2.2

353 16 5
                                    

"Arga?"

Dengan cepat Vanya mengambil topi yang ada dibelahnya untuk menutupi wajahnya. Meskipun Vanya tau, Arga tidak akan melihatnya karena kaca mobil yabg berwarna gelap, tidak transparan.

Vanya menginjak pedal gas saat lampu hijau menyala. Vanya berusaha menghilangkan pikirannya saat ia mengingat kejadian tadi.

Setelah sampai di sekolah, Vanya langsung memarkirkan mobilnya, melepas topi dan seatbealt nya. Lalu turun sambil membawa tas dan mengunci mobilnya.

Vanya melirik ke arah parkiran motor dimana Arga menyimpan motor. Sayang, motor Arga belum ada disana. Vanya tersenyum sinis sambil mulai berjalan menuju kelasnya.

Dikelas sudah ada Denira, Ressa, dan Dhea yang sedang mengobrol yang sepertinya sangat menarik. Tapi tidak dengan Vanya. Ia langsung duduk dengan muka gelisahnya.

Ressa menyikut lengan Denira sambil menatap satu sama lain. "Kenapa Van? Ditilang?" Tanya Dhea asal membuka pembicaraan.

Vanya menggeleng pelan. "Gapapa."

"Pasti ada apa-apa." Jawab Denira cepat diikuti anggukan dari Ressa dan Dhea.

Vanya tersenyum semangat. "Eh tadi ngomongin apa? Kayaknya seru banget tuh,"

Ressa menatap Denira dan Dhea bergantian. "Kalau kita ngomong, takutnya mood lo ancur lagi Van,"

Vanya menatap ketiganya bergantian. "Ngomongin gue ya?" Tebaknya dengan muka menggodanya.

"Arga Van." Jawab cepat Denira dengan pelan.

Ekspresi muka Vanya langsung datar sambil menatap ketiganya secara bergantian, lalu setelah itu Vanya tersenyum sekilas.

"Arga? Kenapa? Gapapa ngomong aja." Bujuk Vanya agar mereka mau menceritakan kejadian apa yang ingin mereka sampaikan?

Denira menghembuskan nafasnya pelan. "Jadi gini, kemarin gue ke cafe kiran sekitar jam 7 malam. Terus pas gue lagi nunggu, gue-

Denira diam sejenak sambil melirik Ressa dan Dhea dengan tatapan cemas.

"Terus?" Ucap Vanya semakin penasaran.

Denira menatap Vanya sendu. "Gue liat dia sama cewek Van."

Vanya langsung mengalihkan pandangannya ke arah jendela lalu tersenyum. "Lo kenal siapa dia?" Tanya Vanya lagi.

Denira menggeleng. "Tapi, gue gak langsung tanya. Soalnya gue takut itu adiknya atau saudaranya atau sepupunya mungkin?"

🍃🍃🍃🍃🍃

"Van!"

Vanya yang baru keluar dari ruang osis pun langsung menggerakan kakinya masuk kembali ke dalam ruang osis.

Namun cekalan ditangannya menghentikan aksi Vanya untuk masuk kembali.

"Berangkat sama siapa tadi?" Tanya Arga to the point.

Vanya melepaskan tangannya yabg dicekal Arga. "Sendiri."

"Naik?"

"Mobil."

"Kok aku gak liat mobil kamu diparkiran?"

"Pakai mobil mama."

Setelah dikira tidak ada lagi obrolan, Vanya kembali berjalan menuju kelas. Baru saja melangkahkan sebelah kakinya, tangannya kembali di cekal oleh Arga.

"Aku minta maaf. Kemarin kelepasan ngomongnya, aku bener-bener minta maaf. Aku janji gak akan kayak gitu lagi, ya?" Ucap Arga sambil menatap mata Vanya yang ragu.

Vanya tersenyum tipis. "Kamu bilang gak akan pernah kayak gitu lagi?" Tanya Vanya memastikan dan Arga mengangguk semangat.

"Tapi kamu selalu ingkar Ar. Ucapan sama sikap kamu itu gak pernah satu frekuensi. Kamu selalu ngulangin kesalahan yang sama tanpa kamu tau kebenarannya." Jelas Vanya.

Vanya duduk dibangku panjang depan ruang osis. Arga pun berjongkok didepan Vanya. "Van please. Aku tau aku salah. Sorry. Aku janji aku gak akan pernah ingkar lagi." Ucapnya meyakinkan sambil memegang kedua tangan Vanya.

Perlahan, Vanya melepaskan genggaman tangan Arga. "Aku gak tau lagi harus ngomong apa Ar, jujur aku udah capek. Jujur aku udah---

"Kasih aku kesempatan Van, please, ya?" Rayu Arga. 

🍃🍃🍃

Pas ngetik part ini masih US, mungkin pas upload udah selesai kali ya US nya, hehehe

Enjoy guys, jangan lupa vomment! Luv♥️!

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang