1.9

400 17 2
                                    

Setelah keluar dari toilet, Vanya kembali berjalan ke kelas melewati lapangan basket. Terlihat oleh Vanya bahwa sedang ada kelas yang mata pelajaran penjas, ya kelas Farel.

Kebetulan sekali, ketika Vanya melewatinya ada Farel yang berjalan juga ke pinggir lapangan untuk sekedar mengeringkan keringat dan menghilangkan rasa hausnya.

"Vanya? Kaki lo gimana?" Tanya Farel ketika menyadari ada Vanya.

Vanya tersenyum tipis. "Udah gak sakit, tinggal bengkaknya aja."

Farel mengangguk dan kembali meneguk minumannya. "Makasih ya!" Ucap Vanya sebelum Farel kembali ke lapangan.

Farel mengangguk singkat dan kembali berlari tengah lapang dan Vanya kembali berjalan menuju kelas.

Vanya memperhatikan koridor dan setiap kelas yang sepi. Iya, KBM sedang berlangsung dan Vanya sudah ketinggalan KBM selama 20 menit.

Vanya menghela nafasnya pelan saat pintu kelasnya tertutup rapat. Vanya mengetuk pintu dan membukanya.

"Bu maa---"

"Lu bikin kaget aja si!"

"Vanya dong, gue kira bu Tuti."

"Ah elu ngagetin aja."

"Cacing gue mati dong!"

Vanya menyatukan alisnya bingung. Ternyata kelasnya jamkos. Vanya tidak memperdulikannya, ia terus berjalan menuju bangkunya dan duduk disebelah Denira yang sedang fokus membaca buku.

"Ra? Bu Tuti gak masuk?" Tanya Vanya dan Denira hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ada tugas?" Tanya Vanya lagi.

Denira mengangguk sambil mengeluarkan buku tulisnya dari bawah meja.

"Tugasnya kelompok, 4 orang. Kita udah selesai. Tapi coba koreksi aja takutnya ada yang salah." Ucap Denira sambil memberikan buku kelompoknya.

Vanya mengangguk dan tersenyum. "Okay, makasih ya udah dikerjain."

Denira mengangguk. "Revisi kan tugas lo, hehehe."

Vanya mulai mengkoreksi dan Denira kembali membaca buku. Satu tepukan di pundak Vanya membuat dirinya menengok ke belakang.

"Apa?"

Ressa menggeleng sambil menunjuk Dhea. "Apa Dhea?"

Dhea menggeleng juga. "Gapapa sih, cuma mau nanya tadi lo dari mana? Kok lama banget?"

"Toilet."

Dhea menatap Vanya tajam. "Mata lo sembab, habis nangis?"

Pertanyaan Dhea membuat Denira dan Ressa langsung menatap Vanya, menyelidiki mata Vanya yang kata Dhea bilang matanya bengkak.

"Lo nangis? Kenapa Van?" Tanya Denira mulai khawatir.

Vanya menggeleng pelan dengan tawa garing nya. "Apaan sih? Iya, gue emang nangis. Emangnya kenapa?"

"Sama Arga?" Tanya mereka serempak.

Tawa Vanya berhenti untuk sesaat dan kembali tertawa untuk menutupi yang sebenarnya terjadi. "Haha, apa sih? Ya enggak lah. Gue nangis, karena gue tadi nabrak tembok, kaki kiri nabrak lagi." Jelasnya.

Sontak ketiganya langsung mendengus kesal. "Ya maap, bikin panik." Ucap Vanya bersalah.

Jawaban mereka hanya menganganguk dan kembali pada kegiatannya masing-masing. Merasa bosan, Vanya berinisiatif untuk ke perpustakaan untuk menenangkan pikirannya sejenak.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang