"Lo gak apa-apa? Gue khawatir, soalnya gue telepon, handphone lo gak aktif." Ucapnya dengan penuh rasa gelisah.
Vanya tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa tadi. "Gak kok, gue gak apa-apa. Handphone gue lowbat, tuh lagi charger." Jawab Vanya berusaha tenang.
Farel langsung menarik Vanya ke dalam pelukannya. "Nangis aja gak apa-apa. Biar lega." Bisik Farel.
Tangis Vanya pecah, Farel dengan sigap mengusap-usap punggung Vanya pelan. "It's okay Van, ada gue." Bisiknya lagi.
Setelah menangis kurang lebih 5 menit, Vanya melapaskan pelukannya. Ia menutup wajahnya dengan medua telapak tangannya.
"Malu. Terus gue baru skin care an tadi, luntur." Ucapnya parau.
Farel terkekeh. "Malah mikirin skin care. Pikirin itu problem nya."
Vanya tersenyum tipis sambil menatap Farel. "Makasih Rel, udah selalu ada buat gue." Ucapnya.
"Lo kalau mau cerita, cerita apa aja, mau telepon tengah malam, mau suruh gue samperin lo kapan saat lo butuh, gue siap kok. Jangan shy shy dog." Jawab Farel dengan candanya.
Vanya menepuk bahu Farel sambil tertawa. "Eh? Kok dog? Cat dong."
Farel terdiam memperhatikan Vanya. "Nah gitu dong, ketawa lagi. Gue suka liat lo bahagia." Ucapan Farel membuat keduanya diam.
Farel berdehem. "Gue pulang ya? Gak apa-apa kan gue tinggal?" Tanyanya.
Vanya mengangguk pelan. "Emang, kalau gak boleh pulang, lo akan terus disini?"
Farel terlihat berfikir sejenak. "Gue balik dulu, kalau ada abang lo, gue balik lagi." Jawabnya.
Vanya tersenyum sambil mengangguk mengerti. "Okay deh, besok aja kali ya ketemu nya di sekolah. Soalnya biasanya abang gue suka lupa waktu."
Farel berjalan menuju motornya. "Okay, gue balik dulu. Ini pagarnya mau di gembok atau gimana?"
"Oh iya." Ucap Vanya lalu ia berjalan mengikuti Farel. Setelah Farel keluar dari pagar rumah Vanya, Vanya mulai menutup dan menguncinya.
"Udah sana masuk." Ucap Farel saat ia melihat Vanya masih diam di depan pagar menunggunya pergi.
Vanya mengangguk. "Okay, gue masuk ya? Hati-hati, jangan ngebut." Ucap Vanya memperingati.
Farel mengarahkan jari jempol tangan kanannya. "Kalau ada apa-apa, telepon gue."
"Okay!" Jawab Vanya sambil mengangkat kedua jempolnya.
Baru saja Vanya melangkahkan kakinya, Farel kembali memanggilnya. "Van!"
Vanya mengangkat alisnya bertanya. "Gws buat bibi, biar kalau ada bibi gue bisa lebih lama disini."
Vanya tertawa singkat. "Iyaaa, nanti gue bilang sama bibi."
Lalu setelah itu, Vanya berlari kecil menuju pintu rumahnya yang terbuka lebar. Melambaikan tangannya ke arah Farel lalu masuk dan menutup pintu.
Farel diam sejenak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Farel Farel, inget cewek orang." Ucapnya pelan lalu melenggang pergi dari depan rumah Vanya dengan motor kesayangannya.
🍃🍃🍃
"Lo kemana saja sih?" Ucap Ressa berbisik.
Vanya hanya tersenyum tipis lalu duduk dibangkunya. Belum dapat jawaban, Ressa pun duduk di sebelah Vanya. "Are you okay?" Tanya Ressa dan Vanya hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif
Teen Fiction📌[ON GOING] "Jangan suka melarangku, karena aku manusia, aku makhluk sosial, aku butuh orang lain." ~ Hai! Kamu? Iya kamu. Kamu yang baca deskripsi ini, ayo baca cerita ku ini, semoga kamu suka ya! Jangan lupa vomment! Makasiiii! Wufyu! ❤ Rank 🎉...