1.2

610 24 3
                                    

Vanya datang ke kelas dengan wajah cerianya. Vanya sama sekali tidak menampakkan kesedihan di wajahnya.

Vanya berjalan menghampiri Denira teman sebangkunya yang sedang membaca buku. Vanya melihat ke barisan paling belakang. "Ketebalan sebelah tuh blush on nya!" Tegur Vanya saat melihat kumpulan cewek di sana belakang sana sedang ber make up ria.

"Ambil dong." Ucap Denira memerintah Vanya. Dengan wajah garangnya, Vanya menghampirinya, tanpa permisi Vanya mengambil blush on dari tangan mereka.

"Van, bentar lagi seriusan, ini gue sebelah lagi belum." Rengek nya karena baru sebelah pipi yang ia baru taburi blush on.

Vanya mengedikkan bahunya tak peduli dan pada saat akan kembali, Vanya melihat sepatu dan kaus kaki yabg berwarna-warni.

"Ra!" Panggil Vanya dan Denira dengan cepat menghampiri Vanya.

"Buka!" Perintah Denira.

Sementara Denira merazia semua yang ada di kelas, Vanya melihat Farel.

"Bentar Ra!"

"FAREL!" Teriak Vanya saat melihat Farel berjalan melewati depan kelasnya.

Merasa terpanggil, Farel berbalik dan menunggu Vanya yang sedang berjalan mendekatinya.

Vanya tersenyum. "Hai Farel, selamat pagi." Sapa Vanya untuk sekedar basa-basi.

"Pagi." Jawab Farel seadanya.

"Btw, makasih ya jaket nya. Dan jaket nya ada di mobil, nanti pas pulang gue balikin." Ucap Vanya.

Farel mengangguk, lalu kembali berbalik untuk melanjutkan jalannya. "Rel!" Panggil Vanya lagi.

Dengan malas Farel membalikan badannya kembali sambil menaikan sebelah alisnya. "Nanti sekalian gue kasih kaus kaki sekolah ya? Di mobil gue ada stock, khusus lo gratis deh. Kayaknya lo gak punya kaus kaki sekolah, warna-warni mulu dari kemarin." Ucap Vanya dengan senyumnya lalu pergi berjalan masuk kembali ke dalam kelas.

Farel mengedikkan bahunya tak peduli. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

🍃🍃🍃

Bel istirahat adalah bel surga bagi anak sekolah. Begitupun dengan Vanya dkk, mereka langsung keluar kelas dan berjalan menuju kantin.

Ressa merangkul Vanya. "Lo pulang sama siapa kemarin?" Tanya Ressa di tengah perjalanannya menuju kantin.

Vanya menunjuk dirinya sendiri. "Lo nanya ke gue?"

Ressa memutar bola matanya malas. "Lo pikir?"

Vanya terkekeh. "Gue kemarin--"

"Pasti di jemput Arga lah. Ya kan Van?" Sambung Dhea yang sekarang jalan di depan mereka dengan langkah mundurnya.

Denira tersenyum dan mengangguk sambil merangkul Ressa. "Iya lah, emang kayak kita jomblo!" Sambung Denira juga.

Dhea menatap Denira sambil terkekeh. "Lo ngebet pengen punya cowok, tapi lo nya galak, lo nya sibuk, gimana coba?" Gurau Dhea.

"Dih, lo juga?" Sewot Ressa aneh.

"Lo juga! Galak mulu sih, sewot mulu sama orang, makannya gak dapat cowok!" Ucap Dhea gerak cepat.

Yang membuat Vanya, Denira tertawa karena melihat muka Ressa yang kesal.

"Benar lo kemarin sama Arga? Gak ada masalah kan? Soalnya gue telpon kemarin handphone lo gak aktif mulu." Tanya Ressa yang masih tidak percaya.

Vanya terdiam, memikirkan apakah ia harus menceritakan kejadian kemarin? Menceritakan saat Arga membentaknya dan menarik rambutnya? Sebenarnya banyak yang ingin Vanya katakan dan ceritakan, hanya saja Vanya rasa tak perlu.

Vanya tak ingin mendengar respon mereka yang buruk tentang Arga. Vanya tak mau hubungannya dengan Arga menjadi di atas negatif thinking mereka, dan Vanya rasa kemarin Arga terlalu emosi.

Vanya mengangguk. "Iya, gue pulang sama Arga kemarin." Jawabnya sambil tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Terkadang seseorang memilih tersenyum hanya karena ia tidak mau menjelaskan kejadian buruk yang sebenarnya terjadi dan tidak mau memberatkan pikirannya.

Denira menarik Dhea dengan sekali tarik yang membuat genggaman tangannya dengan Dhea lepas, saat Dhea akan menabrak orang-orang karena gaya berjalannya yang masih mundur.

Dhea yang kehilangan keseimbangannya pun langsung mencari tangan orang untuk menegakkannya kembali. Namun, takdir berkata lain, tak ada orang yang lewat saat itu, posisi Denira, Vanya, dan Ressa pun jauh dari jangkauannya dan alhasil Dhea terduduk lemas di dekat tong sampah.

"HAHAHAHA!" Tawa mereka bertiga lepas secara bersamaan.

Dhea langsung melemparnya dengan kedua sepatunya yang sengaja ia lepas.

"Bantuin berdiri woy malu gue!" Rengek Dhea sambil menahan malunya karena orang-orang mulai berkerumun.

Denira dibantu Vanya, langsung menarik tangan Dhea untuk berdiri, dan Ressa membersihkan belakang rok Dhea yang sedikit kotor.

Setelah itu mereka kembali tertawa sampai mereka sampai di kantin dan duduk di tempat favorit mereka. Dhea hanya menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil bilang.

"Sabar Dhea, mereka emang gak ada akhlak."

Dan ucapan itu yang semakin membuat mereka tertawa terbahak-bahak mengingat muka melas Dhea tadi.

🍃🍃🍃

Vote.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang