0.1

1.8K 53 2
                                    

"Sorry Dev, tadi ada sedikit problem." Ucap Vanya dengan nafas yang terengah-engah.

Devin pun menaikan sebelah alisnya bingung. "Lo lari dari parkiran?" Tanya Devin memastikan.

Vanya mengangguk. "Sorry Dev, gue telat." Ucap Vanya sekali lagi.

Devin tersenyum tipis dan mengangguk. "It's okay, no problem. Lo ke ruang OSIS aja dulu, simpan tas sekalian minum. Upacara dimulai 10 menit lagi, dan gue bisa handle semua."

Vanya menerjapkan matanya tak percaya. "Seriusan gapapa? Lo gak marah? Lo gak kerepotan? Tadi Ressa bilang gue dicariin sama lo karena lo butuh gue." Jawab Vanya merasa tidak enak.

Devin terkekeh pelan. "Tadi emang gue butuh lo, tapi sekarang, gue liat keadaan lo capek kayak gini, mending lo istirahat dulu."

"Seriusan?"

"Gue gak marah, dan gue juga gak kerepotan. Lagian masih banyak kan anggota OSIS yang lain, mereka juga udah pada dewasa, harusnya pada sadar diri, kalau setiap hari senin jam 7, itu harus upacara. Gue gak mau ya, dianggap ketua yang gak peduli sama anggotanya."

Vanya mengangguk mengerti. "Ya udah, gue ke ruang OSIS dulu."

🍃🍃🍃

Pengibaran bendera dan serangkaian kegiatan lainnya telah di laksanakan, sekarang waktu nya mendengarkan pengumuman.

Pengumuman biasanya membahas tentang prestasi siswa dan masalah siswa. Kali ini, pak Teguh selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengumumkan tentang kejuaraan futsal.

"Cie doi nya maju tuh." Ucap Ressa jahil.

Vanya tersenyum saat melihat Arga memberikan piala kepada pihak sekolah.

Arga Permana. Sang ketua Futsal itu tersenyum saat melihat Vanya mengangkat dua jempolnya sambil tersenyum ke arah Arga.

Setelah dibubarkan, tempat utama para murid setelah upacara adalah kantin. Tapi tidak dengan anggota osis, sebelum ke kantin, mereka harus membereskan peralatan dan perlengkapan upacara tadi, setelah itu mereka akan breafing terlebih dahulu di ruang osis.

"Kantin Van," ajak Ressa.

Vanya mengangguk, "lo duluan aja, gue mau ke toilet dulu."

Ressa menepuk pundak Vanya pelan. "Duluan, gue tunggu." Vanya mengangkat jempolnya.

Baru saja Vanya melangkahkan kakinya menuju toilet, namanya dipanggil.

"Vanya!" Seru Devin.

Vanya membalikan badannya. "Iya? Kenapa Dev?" Tanya Vanya.

"Mau ke kantin?" Vanya mengangguk.

"Gue boleh minta tolong gak?" Tanya Devin.

Vanya menganggkat alisnya bingung. "Apa?"

"Tolong simpan proposal ini, ini proposal buat pensi, simpan di atas meja kepala sekolah. Gue harus cari sponsor buat pensi." Ucap Devin sambil memberikan proposal.

"Nyari sponsor? Sekarang banget? Sama siapa? Kenapa gak pulang sekolah aja?" Tanya Vanya beruntun.

Devin terkekeh. "Iya sekarang, gue kesana sendiri, kalau pulang sekolah gak bisa, soalnya mereka bisa di temuinya sekarang."

"Yaudah, gue temenin ya? Gue ke ruang kepsek dulu nyimpen ini, lo tunggu di parkiran." Ucap Vanya.

Devin menahan tangan Vanya. "Gak usah, gue bisa sendiri. Lo disini aja, kalau gue belum balik, gue kasih lo kepercayaan. Lo pimpin kumpulan osis pulang sekolah nanti. Jadi gue cari sponsor, lo cari ide lagi." Ucap Devin bijak.

Vanya mengangguk. "Seriusan gapapa? Kalau gitu ditemenin bayu aja, atau Ressa? Atau siapa? Biar gue telpon."

"Gak usah, gue bisa sendiri, gue bisa handle sendiri selagi gue bisa. Ya udah gue minta ijin dulu sama bu Fitri, nanti keburu siang, bye!" Ucap Devin sambil melambaikan tangannya.

"Hati-hati!" Ucap Vanya sedikit berteriak.

🍃🍃🍃

Vote.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang