2.3

355 15 2
                                    

"Van! Ayo kantin!" Ajak Denira ketika melihat Vanya sedang melamun. Menghiraukan bel istirahat. Padahal ketika bel berbunyi, biasanya Vanya lah yang paling bersemangat untuk pergi ke kantin.

"Gue ke toilet dulu ya? Kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Jawab Vanya disertai senyum tipisnya.

"Mau ditemenin?" Tanya Dhea.

Vanya menggeleng. "Gak usah gak apa-apa. Gue bisa sendiri."

"Seriusan? Kita bareng aja, nanti kita tungguin lo di depan toilet, jadi ke kantinnya bareng, ya?" Usul Ressa khawatir karena melihat muka Vanya yang sedikit pucat.

Vanya menggeleng lagi. "Seriusan deh, gue gak apa-apa sendiri. Kalian ke kantin duluan aja, cari tempat kosong, ya?"

"Tapi lo pu---

Vanya langsung memegang kedua pipinya. "Pucat? Gak apa-apa kok, gue sehat. Makannya gue mau cuci muka, biar segar."

"Ya udah kalau gitu, kita jalan sekarang?" Ucap Denira pada akhirnya.

Vanya mengangguk, "nanti gue nyusul, bye!"

Vanya berjalan menyusuri koridor menuju toilet. Sesampainya di sana, Vanya langsung berdiri didepan wastafel sambil mulai mencuci muka.

Kenapa dirinya sekarang? Sakit? Padahal kejadian kakinya yang bengkak sudah lewat. Bukan. Ini bukan sakit secara fisik, tapi sakit hati secara tidak sadar. Vanya tersenyum miring, "gue ngomong apa tadi sama Arga? Gue kasih dia kesempatan? Jelas-jelas Arga udah jahat. It's crazy!" Batinnya.

Vanya menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah dirasa tenang, Vanya keluar dan berjalan menuju kantin.

Dari jauh, Vanya melihat ada seorang siswa didepan sana yang sedang membelakanginya memakai sepatu Jordan merah. Jelas-jelas aturannya kalau untuk sekolah memakai warna hitam. Vanya segera bergegas menuju siswa itu dan menepuk pundaknya pelan.

"Boleh gue ambil sepatunya? Soalnya gak sesuai sama peraturan." Ucapan Vanya membuat orang yang ditepuk menghadap ke arah Vanya.

"Farel? Kan udah gue bilang, sepatu sama kaus kakinya yang benar." Ucap Vanya jengah.

Farel mengangguk. "Sorry, habis main basket tadi. Lupa ganti." Jawabnya santai.

Vanya menatap mata Farel dalam. "Rel, please. Gue lagi gak mau debat. Jadi sekarang, lo bisa ikut gue ke ruang OSIS, ayo."

"Eh bentar!" Ucap Farel ketika Vanya sudah berjalan terlebih dahulu.

Vanya menengok sekilas. "Apa lagi?"

"Lo sakit? Pucat banget." Ucap Farel dingin.

Vanya menggeleng. "Mungkin kurang istirahat. Ayo cepat."

Terpaksa, Farel harus menahan tangan Vanya agar ia berhenti berjalan. "Apa lagi Farel?"

"Kita ke kantin dulu, baru ke ruang OSIS." Ucap Farel dingin.

"Apaan sih lo? Alibi aja terus, sampai mampus. Lo kalau mau bikin masalah jangan sekarang deh, gue gak mood." Ucap Vanya menolak.

"Lo perlu makan. Lo makan, gue makan. Udah itu, baru kita ke ruang OSIS. Clear." Ucap Farel tegas.

Vanya menatap Farel bingung. "Gak mau. Pokoknya lo ikut ke ruang OSIS. Sekarang."

Farel melepas cekalan tangannya. "Terserah. Tapi kalau pingsan dijalan, gue gak mau angkat lo."

"Eh mau kemana lo?" Tanya Vanya saat Farel berjalan melewatinya.

"Ruang. OSIS. Cepat." Jawabnya dengan sedikit penekanan.

"Tungguin, jangan cepat-cepat napa! Gue gak bisa jalan cepat, ish!" Keluh Vanya.

Farel berhenti dan menatap Vanya kesal. "Tadi suruh cepat. Udah cepat jangan cepat-cepat. Mau nya apa sih? Hah? Lo tau gak, kenapa gue jalan depan lo?"

Vanya menggeleng. "Biar nanti kalau lo pingsan, gue gak tau. Karena gue, gak tega lihat cewek pingsan." Ucap Farel.

"Rel tunggu, gue pusing." Ucap Vanya.

Farel mendekat ke arah Vanya. "Mau ke UKS?" Tanyanya pelan.

Vanya menggeleng. "Ke kantin aja, gue butuh makan kayaknya."

Farel tersenyum manis. "Kan udah gue bilang dari tadi, ayo kantin."

"Pelan-pelan jalannya!" Rengek Vanya karena lagi-lagi Farel mendahului Vanya.

"Ya udah sini, gue bantuin jalan." Ucap Farel sambil merangkul Vanya, dan ia mengangguk.

Sepanjang koridor menuju kantin, banyak yang memperhatikan mereka, ada yang senyum, ada juga yang sinis. Ya biasalah, manusia.

"Van, lo jalan sendiri bisa gak sih?" Tanya Farel merasa risih.

Vanya berhenti berjalan, yang otomatis Farel pun berhenti. "Kenapa? Takut cewek lo marah?" Tanya Vanya.

"Kebalik kali. Cowok lo yang marah sama gue. Siap-siap babak belur nih gue." Jawab Farel sinis.

"Ya maaf," Ucap Vanya sambil menunduk.

"Maaf apa?"

"Udah bikin lo babak belur Rel, maaf." Ucap Vanya lagi.

"Santai aja kali. Lagian, yang bikin gue babak belur kan bukan lo, tapi si anjay yang gak tau sopan santun." Ucap Farel sedikit kesak di akhir kalimat.

"Eh?"

"Apa?" Tanya Vanya bingung.

"Gue maki-maki cowok lo tadi, gak sadar ternyata ada ceweknya disini." Ucap Farel sedikit panik.

Vanya terkekeh pelan. "Gapapa sih, santai. By the way, nanti gue yang jelasin deh, kalau misalkan Arga salah paham lagi sama lo." Ucap Vanya pelan dan mulai berjalan lagi.

Farel mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalian, couple goals banget ya di sekolah ini?" Tanya Farel penasaran.

Vanya terkekeh pelan. "Rel, mereka tuh cuma tau luar nya aja, mereka tau nya lurus-lurus aja. Dalam sama tikungannya kan gak tau."

"Oh my god Vanya!" Ucap Dhea histeris.

Ya. Mereka sudah sampai di kantin. Tatapan demi tatapan mengarah kepada dua manusia yang baru saja datang, apalagi dengan Farel yang masih merangkul Vanya, plus teriakan Dhea tadi.

Ressa langsung berdiri dan mendekat ke arah Vanya dan Farel, dan tanpa permisi Ressa memisahkan Farel dan Vanya, dan ia berdiri di tengah-tengah mereka.

"Apa sih Re?" Tanya Vanya bingung.

Ressa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo sadar gak sih? Apa yang udah lo lakuin tadi? Lo di rangkul sama Farel. Kalau Arga tau gimana? Bisa babak belur nih anak." Jelas Ressa sambil menunjuk Farel.

"Udah pernah." Ucap Farel santai.

"Hah?" Ucap Ressa, Dhea, dan Denira kompak.

Vanya menginjak kaki Farel pelan. "Farel tuh rangkul gue karena gue pusing, dia bantuin gue jalan dari toilet kesini." Jelas Vanya.

Denira memutar bola matanya malas. "Kan udah gue bilang tadi, kita antar lo ke toilet, bandel sih kalau dibilangin."

"Ya maaf."

"Nama siapa sih? Karel?" Tanya Dhea sambil menunjuk Farel.

"Gue? Farel. Enak aja jadi Karel, di akta gue Farel. Ingat, jangan suka ganti-ganti nama." Jawab Farel dingin.

Dhea melototkan matanya. " Ya udah kali biasa aja. Gue cuma mau tanya sih, emang lo siap di hajar lagi sama Arga?"

"Emang dia kenapa?" Tanya Arga tiba-tiba.

🍃🍃🍃

Ayoo
Siapa nih yang nanti mau UTBK?
Atau siapa yang mau daftar kedinasan?
Semangat ya!

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang