1.3

522 22 3
                                    

Bel pulang sekolah hari ini, adalah bel pulang sekolah yang tidak diharapkan Vanya sama sekali. Pasalnya, Vanya akan sendirian dirumah. Jadi dia sedikit malas untuk pulang sekarang.

"Ra, gak ada kumpulan hari ini?" Tanya Vanya sedikit berharap.

Denira yang sedang membereskan bukunya pun menggeleng.

Vanya berdecak kesal. "Adain dong Ra, bahas apa gitu."

Dhea menatap Vanya aneh. "Tumben lo pengen kumpulan, biasanya pengen cepat pulang? Kenapa gabut?"

Vanya menggeleng. "Gue sendiri di rumah. Nyokap nyusl bokap ke LA. kalian nginep di rumah gue ya? Please." Ucap Vanya.

Denira menganggukan kepalanya. "Gue bilang nyokap dulu, nanti kalau dibolehin, gue langsung ke rumah lo."

Vanya yang terlalu senang, langsung refleks memeluk Denira.

"Kalian gimana?" Tanya Vanya pada Dhea dan Ressa.

Ressa mengedikkan bahunya. "Gue bilang dulu deh, katanya malam ini bokap gue datang. Tapi kalau gabisa, gue malam ke rumah lo deh, sampai jam 10, okay?"

"Gue juga ya?" Ucap Dhea.

Vanya mengangguk sambil tersenyum. "Aaa makasih tayang-tayang aku! Lopyu!" Ucap Vanya senang sambil memeluk mereka.

"Ih geli!"

"Gue mau pulang Van!"

"Van berat!"

Vanya melepaskan pelukannya sambil tetap tersenyum. "Yuk pulang!" Ucapnya sambil berjalan merangkul menuju gerbang.

"Pulang sama siapa lo?" Tanya Dhea saat sampai diparkiran.

Vanya menunjuk mobil mininya yang terparkir di ujung sana.

Dhea mengangguk. "Gue duluan ya udah di jemput, nanti gue kerumah lo kok malam. Bye!" Ucap Dhea pamit duluan.

Vanya mengangguk. "Gue juga ya? Gue pulang bareng Denira aja, nanti malam gue kabari lagi." Ucap Ressa.

Vanya mengangguk. "Iya, hati-hati kalian." Ucap Vanya.

"Kita yang harus bilang hati-hati sama lo. Langsung pulang awas, jangan mampir-mampir lo." Nasihat Denira.

Vanya tersenyum dan mengangguk. "Iya kakak, langsung pulang kok tenang." Jawab Vanya sambil mengangkat kedua jempolnya.

Setelah Ressa dan Denira pergi, Vanya mulai berjalan menuju mobilnya. Baru saja Vanya membuka pintu mobilnya, ia melihat Farel mengendarai motornya masuk ke dalam sekolah.

Dalam hati Vanya bertanya. 'Orang lain pulang, kok dia masuk?'

Karena penasaran, Vanya kembali masuk mengikuti langkah Farel yang entah kemana ia akan berjalan.

Lapang basket. Farel terlihat mengambil bola basket di pinggir lapangan dan mulai memainkannya. 5 menit Vanya memperhatikan Farel tanpa sepengetahuannya.

Anak kucing yang melintas tepat di kaki Vanya, membuat Vanya menjerit kaget, dan Farel yang sadar kehadiran Vanya.

Badan Vanya mulai bergetar. Vanya mempunyai phobia dengan anak kucing. Mata Vanya mulai memerah akibat menahan tangis.

Farel yang menyadari itu pun langsung menghampiri Vanya yang sudah menangis ketakutan. Dengan sigap, Farel memindahkan anak kucing itu yang jauh dari jangkauan Vanya.

Dan saat Farel kembali, ia melihat Vanya sudah bersandar pada tembok, badannya bergetar dan mulai menangis dengan isak kecilnya.

"Van?"

Vanya mengangkat kepalanya sehingga, matanya yang merah akibat menahan tangis, menatap kedua bola mata Farel.

Tanpa permisi, Vanya langsung memeluk Farel dan menangis disana. Farel hanya diam, dia tidak membalas pelukannya, atau pun berbicara berusaha menenangkannya.

Setelah tenang, Vanya langsung melepas pelukannya dan mengusap air matanya cepat.

"Sorry, gue refleks tadi." Ucap Vanya canggung.

Farel mengangguk mengerti, "lo pulang sana, udah sore." Ucap Farel sambil kembali mendrible bola basket nya.

"Ya udah, gue pulang duluan ya?" Pamit Vanya dan Farel hanya mengangguk setelah dia berhasil memasukan bolanya ke dalam ring.

"Gerbang ditutup jam 5 sore hari ini. Soalnya gak ada yang ekskull." Lanjut Vanya.

Farel menatap Vanya sekilas, dan kembali memainkan bola basketnya. "10 menit lagi gue pulang kok."

Vanya mengangguk dan kembali berjalan menuju parkiran. Vanya masuk ke dalam mobil dan pada saat setelah memakai seat bealt,

"Arga?"

🍃🍃🍃

Vote.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang