0.5

1K 38 0
                                    

Sebelum baca, part kemarin udah di vote belum? Yang belum yuk vote. Jangan lupa juga vote part ini😉

🍃🍃🍃

Devin mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau Arga?" Tanya balik Devin.

Bukannya menjawab, Vanya hanya tersenyum tipis dan berjalan mendahului Devin.

"Kok malah senyum?" Tanya Devin bingung.

Bukannya menjawab, Vanya terus berjalan menuju mamanya. "Halo mam, kenalin, ini Devin, temen Vanya." Ucap Vanya memperkenalkan Devin kepada mamanya yang sedang menonton.

Lia, mama Vanya pun tersenyum saat Devin menyalimi tangannya.

"Temen sekelas?" Tanya Lia.

Vanya menggeleng. "Temen ekskul mam. Dia Devin, sang ketua OSIS." Jawab Vanya.

Lia membulatkan matanya sempurna membuat Devin berdiri dengan tegap.

"Ouh jadi kamu ketua OSIS nya?" Tanya Lia.

Devin mengangguk. "Maaf tan, kalau Vanya selalu pulang ke sorean, kadang suka malam."

Lia menepuk pundak Devin. "Gapapa kok, dari pada kelayapan gak ada manfaatnya."

Devin tersenyum lega. "Hehehe, iya tan, makasih."

Setelah makan selesai, Devin langsung berpamitan untuk pulang karena awan telah berganti menjadi gelap.

"Makasih ya makannya." Ucap Devin saat Vanya mengantarkannya sampai luar.

Vanya mengangguk. "Iya sama-sama. Ya udah sana pulang, udah malam, gak enak sama tetangga." Ucap Vanya sedikit mengusir.

Devin tersenyum. "Iya Van, iya." Jawabnya diikuti dengan kekehan sambil masuk ke dalam mobilnya dan keluar dari garasi.

"Van!"

Vanya yang akan menutup pagar pun terdiam menatap Devin yang memanggilnya lagi.

"Tadi, gue gak sengaja liat Arga chat lo. Cuma mau ngingetin, takutnya lo gak baca. Bye!" Ucapnya dan hanya diberi respon anggukan oleh Vanya.

🍃🍃🍃

Setelah Devin pergi, Vanya langsung masuk ke kamar untuk sekedar membersihkan diri. Setelah mandi, Vanya mengeringkan rambutnya di depan cermin menggunakan hairdyer.

Bunyi notifikasi di handphonenya, mengalihkan pandangan Vanya dari cermin kepada handphonenya yang ada di tepi kasur.

Vanya berjalan menghampiri. Senyumnya mengembang saat dia tau kalau Arga yang menelpon. Baru saja Vanya menekan tombol warna hijau, handphonenya langsung mati.

Vanya berdecak kesal dan ia langsung men-charger handphonenya di dekat meja belajar.

Untuk menghilangkan kegabutan, Vanya keluar dari kamarnya untuk membuat cokelat panas dan menyiapkan beberapa toples kue untuk dibawa ke ruang keluarga.

Vanya membuka aplikasi line di laptopnya. Ada panggilan video tak terjawab dari Ressa dan Dhea. Vanya menanggil mereka kembali dan tampaklah muka mereka.

Percakapan mereka sudah berjalan 30 menit dan semuanya membahas hal yang unfaedah.

"Gue mau nanya nih." Ucap Vanya serius sambil sesekali memasukan snack nya ke dalam mulut.

Vanya menatapnya kesal karena ucapannya diharaukan, sebab mereka sedang membahas sesuatu yang menurut mereka lucu.

"Hei!" Tegur Vanya terlanjur kesal.

"Apasi zheyeng?" Tanya Ressa.

Vanya memajukan sedikit wajahnya. "Arga ada teleponan gak sama kalian? Maksudnya, ada chat atau apa gitu nanyain gue?" Tanya Vanya.

Dengan serentak, Ressa dan Dhea menggelengkan kepalanya. "Lo kan pacarnya, masa nanya sama kita." Jawab Ressa bingung.

Vanya memutar bola matanya malas. "Tadi dia nelepon gue, tapi handphone gue mati. Mau chat lewat line, dia kan gak punya line, lagian teman gue di line kalian doang."

Dhea menatap Vanya curiga. "Lo lagi berantem masalah apalagi sama Arga?"

Ressa melototkan matanya. "Heh Dhea! Mulut gak ada akhlak ya?"

Vanya tersenyum tipis. "Gak ada masalah apa-apa kok, gue tidur dulu ya? Sampai ketemu di sekolah besok." Ucap Vanya dan langsung memencet tombol warna merah.

Vanya tahu mereka peduli, tapi ia memilih untuk diam dan menganggap semuanya baik-baik saja. Karena Vanya takut, mereka berpikiran yang aneh tentang Arga. Dan Vanya tidak ingin, mereka ikut dalam masalahnya.

🍃🍃🍃

Baru selesai bagi rapot ni kemarin jumat, jadi baru publish lagi. Semoga ALONE bisa lanjut lagi, vote jangan lupa, bye!

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang