"Padahal tadi ke kelas dulu aja gapapa. Gue nanti tunggu di UKS aja." Ucap Vanya ketika Farel sudah sampai di UKS.
Farel menggeleng. "Enak aja. Enggak mau. Janji gue mau kan antar lo dulu ke UKS, kalau lo udah fine, gue ke kelas dulu bentar, ambil buku." Jawabnya tegas.
Vanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Makasih ya Rel,"
"Santai aja kali."
Hening...
"Lo tidur aja, gapapa, gue juga mau ngerjain tugas." Ucap Farel.
Vanya mengangguk. "Kalau ada apa-apa, kasih tau gue ya? Harus pokoknya." Pinta Vanya.
Farel mengangguk. "Iya siap." Jawab Farel sambil terkekeh.
Setelah itu, Vanya mulai memejamkan matanya, dan Farel mulai mengerjakan tugasnya. Selang beberapa menit, Farel mendengar suara isak tangis. Spontan matanya langsung mengarah kepada Vanya yang sedang berbaring membelakanginya.
"Van?" Panggil Farel.
"Gue tau lo belum tidur. Kalau lo mau nangis, nangis aja gapapa, mau teriak juga gapapa, gue temenin." Ucap Farel.
Badan Vanya mulai bergetar menahan tangisan yang semakin menjadi. "Ya udah, gue keluar ya, gue tunggu diluar. Lo nangis aja, sepuasnya." Ucap Farel. "Nih," lanjutnya sambil memberikan sebuah sapu tangan.
Tanpa menunggu jawaban, Farel segera keluar. Tak lupa, ia membawa bukunya juga. Sepeninggalan Farel, tangis Vanya pecah seketika.
Farel bisa mendengar tangisan dari dalam sana.
"Mana Vanya?" Tanya Arga sedikit emosi saat melihat Farel didepan pintu UKS. "Pasti dia di dalam kan? Awas lo."
"Wait! Bentar dong, dengerin." Ucap Farel tegas sambil menahan Arga untuk tidak masuk ke dalam UKS.
"Nangis?" Tanyanya bingung pada Farel.
Farel mengangguk. "Dia lagi lepasin semuanya, jadi lo diem dulu."
"Lo apain dia sampai dia nangis kayak gitu? Kalau lo berani macam-macam sama Vanya, lo habis sama gue." Ucapnya mengancam, bahkan jari telunjuknya sampai menunjuk tepat di depan wajah Farel.
"Awas." Lanjutnya sambil menyingkirkan Farel dari depan pintu UKS.
Pintu terbuka menampakan keadaan Vanya dengan mata sembab menatap kaget arah pintu yang tiba-tiba terbuka.
Arga langsung menghampiri Vanya dengan panik. "Kamu kenapa? Kenapa nangis? Kamu di apain sama dia? Bilang sama aku, jangan takut."
Vanya mengusap air matanya pelan. "Kenapa? Emang urusan disitu?"
"Lho? Kok gitu? Aku cowok kamu Van, otak kamu udah dicuci sama dia nih pasti." Ucap Arga sambil menunjuk Farel.
Vanya menggeleng. "Bukannya kebalik? Otak lo yang udah di cuci sama cewek lain, siapa namanya? Andin?"
"Andin cuma anak cheerleaders dia temen aku. Jadi wajar aku deket sama dia." Jelas Arga.
"Devin juga temen aku, partner aku. Farel juga temen aku. Jadi wajar juga dong, aku deket sama mereka?" Tanya balik Vanya.
"Ya tapi gak baik, punya banyak temen cowok." Ucapnya.
Vanya tertawa sekilas. "Kata siapa? Mereka baik, kita juga gak lebih dari teman. Gak kayak lo sama Andin kan? Yang jelas-jelas punya hubungan." Jelas Vanya.
"Van please, aku sama Andin cuma temanan. Dia emang kayak gitu, manja anaknya. Suka nge godain pacar orang. Ya contohnya aku, aku di godain sama dia." Jelas Arga. Lagi.
"Di godain sama Andin? Dan lo nya ke goda? Good Arga. I'm so proud of you. And one more, kata Andin gue yang manja dan bikin lo susah, iya kan?" Ucapan Vanya membuat Arga diam tak bersuara lagi.
"Tinggalin gue ya? Gue mau istirahat." Ucap Vanya da berbaring kembali.
Baru saja Arga berbalik bermaksud keluar dari UKS, ucapan Vanya menghentikan langkahnya.
"Tolong Ar, panggil Farel. Suruh dia masuk." Ucap Vanya.
🍃🍃🍃
Hehe, maaf baru up:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif
Teen Fiction📌[ON GOING] "Jangan suka melarangku, karena aku manusia, aku makhluk sosial, aku butuh orang lain." ~ Hai! Kamu? Iya kamu. Kamu yang baca deskripsi ini, ayo baca cerita ku ini, semoga kamu suka ya! Jangan lupa vomment! Makasiiii! Wufyu! ❤ Rank 🎉...