1.1

606 27 3
                                    

"Morning sayang!" Ucap Lia menyambut Vanya yang baru keluar dari kamarnya.

"Morning!"

Vanya menatap bingung ke arah pintu. Di sana ada satu koper besar. Dengan langkah panjangnya Vanya menghampiri Lia yang sedang sarapan.

"Ma?"

Lia hanya menganggukkan kepalanya karena mulutnya sedang mengunyah.

"Mama mau kemana?" Tanya Vanya panik.

Setelah makanan yang Lia kunyah habis, Lia tersenyum sambil mengelus kepala Vanya. "Mama mau ketemu papa, kangen mama." Jawabnya sambil terkekeh.

Vanya melototkan matanya. "Ke LA?" Lia mengangguk.

Dengan cepat Vanya menggelengkan kepalanya cepat. "Gak. Vanya gak setuju mama ke sana."

"Loh? Kok gitu? Kenapa coba mama gak boleh ke sana?" Tanya Lia bingung.

"Ma, aku sendiri dong disini? Sama satpam, sama bibi, sama supir dong aku disini. Gak mau, ma. Gak ada temen curhat dong." Keluh Vanya yang mulai uring-uringan.

Lia terkekeh. "Itu gak sendiri juga. Temen kamu aja suruh nginep disini, Dhea, Denira sama Ressa. Asal jangan Arga aja yang nginep." Respon Lia.

Vanya menggeleng. "Ma, mereka punya rumah sendiri kali. Mereka gak akan nginep kalau gak ada projek yang harus di kerjain."

Lia mengedikkan bahunya tak acuh. "Ya udah bikin projek. Pokoknya mama mau tetap berangkat ke LA. Sekarang jam 9. Mama tau kok, kamu ngelarang mama, karena kamu pengen ikut."

"Kalau mama udah tau kenapa tetap berangkat?" Ucap Vanya yang mulai kesal.

"Biar kamu mandiri." Jawab Lia sambil mencubit hidung Vanya. "Udah makan cepat, jam 7 bentar lagi." Lanjutnya.

"Ma? Aku sendiri dong?"

Lia mengedikkan bahunya dan berdiri, berjalan menuju kamarnya untuk touch up. Sedangkan Vanya ia terlihat sangat frustasi karena pertama kalinya ia akan ditinggal sendiri di rumah. Di Indonesia.

Terlihat sedikit manja, tapi itulah kenyataannya.

🍃🍃🍃

"Pagi kak!"

"Halo kak!"

"Hai kak!"

Vanya hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyuman, tanpa sapaan balik.

Ressa menatap Vanya aneh. "Tumben lo. Kenapa? Badmood kenapa coba?" Tanya Ressa.

"Gue ditinggal mama." Jawab Vanya tanpa menjelaskan.

Ressa melotkan matanya. "Ya ampun, innalillahi---"

"Apaan sih? Kok lo gitu?" Potong Vanya kesal.

"Iyakan kata lo tadi?" Ucap Ressa pembelaan.

"Gue ditinggal ke LA Re! Gue sendiri di rumah!" Ucap Vanya kesal.

"Bagus dong! Lo jadi bisa cari jati diri lo." Ucapan Ressa sukses membuat Vanya berhenti berjalan dan menatapnya kesal.

"Lo kok gak bantuin gue sama sekali sih!" Ucap Vanya kesal dan berjalan mendahului Ressa.

"Aww!" Ucap Vanya ketika ia bertabrakan dengan,

"Arga?" Ucap Vanya terkejut sambil.

Ressa tersenyum jahil. "Gue duluan ya! Babay!" Ucapnya sambil melenggang pergi.

Arga menarik tangan Vanya menuju taman. "Ar?"

"Maafin aku ya? Soal kemarin, aku bener-bener emosi banget." Ucapnya lemah lembut.

Vanya menundukkan kepalanya, lalu Arga mengangkat dagu Vanya pelan agar tetap menatapnya. "Van?"

Vanya tersenyum singkat dan mengangguk. "Iya. Aku duluan ya, bye!" Jawabnya cepat.

Arga mencekal tangan Vanya, "Van---"

Vanya menghempaskan tangan Arga pelan sambil tersenyum. "Memaafkan bukan milik orang lemah. Memaafkan milik orang kuat yang berani ngebuktiin kemampuannya untuk menahan ego dirinya sendiri." Jelas Vanya dan langsung meninggalkan Arga.

Vanya bergegas pergi, karena Vanya yakin Arga bisa mengerti dengan ucapannya tadi, dan biarkan dia mencerna ucapannya tadi sampai benar-benar sadar.

🍃🍃🍃

Vote

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang