3.1

267 20 0
                                    

"Turun."

Vanya yang sedang setengah tidur pun terperanjat kaget. "Ngapain?" Tanyanya polos.

"Udah sampai Vanya." Jawab Farel lembut.

Vanya menerjapkan matanya sambil melihat keadaan sekitar. "Ini cafe nya?"

Farel mengangguk. "Iya, ayo."

Vanya turun dari mobil sambil membawa handphonenya. "Penuh Rel, males ah." Ucap Vanya karena melihat ramainya pengunjung.

"Ada yang kosong kok, ayo cepat." Ucap Farel sambil menutup pintu mobil bekas Vanya.

"Males Ar, take away aja. Makan di mobil." Ucap Vanya malas.

Farel menggenggam tangan kiri Vanya. "Ayo Vanya, gue lapar." Ucapnya sambil menarik Vanya masuk ke dalam Cafe.

"Selamat sore menuju malam mas Farel, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang waiters lelaki saat Farel masuk.

"Penuh?"

"Iya mas, tempat biasa aja. Kebetulan mas Gilang mau datang sebentar lagi." Jawabnya.

Farel mengangguk. "Ya udah, gue naik dulu."

"Mau pesan sekarang?" Tanyanya.

Farel menatap Vanya, dan Vanya menggeleng. "Banyak orang, gue gak suka." Bisik Vanya

"Di atas aja pesannya, lo ke atas sekalian ambil buku menunya." Jawab Farel pada waiters.

"Ya udah, saya ambil buku menu nya dulu."

Farel kembali menggandeng tangan Vanya ke lantai atas, dan masuk ke dalam satu ruangan. "Disini?" Tanya Vanya saat mereka sudah sampai di private room.

"Katanya gak mau yang banyak orang? Ini udah sepi lho," jawab Farel sedikit kesal.

"Ya gak private room juga kali." Ucap Vanya pelan.

"Emang kenapa? Takut lo? Takut sama apanya? Sama ruangannya atau sama gue nya?" Tanya Farel.

"Ya sama lo lah. Kan gue takut kalau nanti lo--

"Jangan terlalu percaya diri. Gue gak akan apa-apain lo. Lagian ni ruangan ada cctv-nya, ruangan ini bukan ruangan buat umum. Ini cuma buat gue sama temen-temen gue, dan bukan di pakai buat tempat yang gak baik." Jelas Farel yang membuat Vanya diam melongo.

Farel membuka gorden kacanya. "Ada rooftop, jadi kalau lo gak nyaman bisa duduk diluar."

Tok! Tok! Tok!

Ketuk waiters, padahal pintunya tidak ditutup.

"Masuk!" Ucap Farel.

"Permisi mas? Ini menunya." Ucap waiters tadi sambil memberikan menunya.

Farel menerimanya lalu diberikan pada Vanya. "Pilih, mau pesan apa?"

Vanya mulai membuka buku menunya. "Nachos, sama matcha tea."

"Iced or hot?"

"Iced."

"Hot!"

Vanya melotkan matanya. "Lo mau matcha tea juga?"

Farel menggeleng. "Ya terus kenapa jawab hot?"

"Karena lo lagi sakit, jadi gak boleh minum iced. Udah hot aja." Ucap tegas Farel pada sang waiters.

"Engg---

"Gue, crispy squid, onion rings, and iced taro latte." Ucap Farel.

"Hot taro latte mas, jangan iced. Dia juga baru olahraga. Gak baik."

"Dih ngatur."

"Lo ya yang mulai."

"Lo kali. Gue tuh cuma kasih tau."

"Ya gue juga cuma kasih tau kok."

"Udah lah. Hot aja dua-duanya, biar adil." Ucap Gilang tiba-tiba sambil terkekeh dan menepuk pundak waiters untuk memerintahkan ia keluar.

"Hai bro! Apa kabar? Ya ampun, kemana aja lo?" Sapa Gilang.

"Ya elah lebay lo, kemarin lusa kan gue kesini." Jawab Farel.

"Iya deh, sekalinya kesini bawa cewek." Ucap Gilang sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Dih." Ucap Vanya spontan saat melihat Gilang mengedipkan sebelah matanya.

Farel berdehem. "Kenalin Lang, ini Vanya. Temen sekolah gue." Ucapnya.

Gilang menganggukan kepalnya. "Gue Gilang, sahabatnya Farel dari SMP. Lebih tepatnya, gue kakak kelasnya, gue lebih tua dua tahun." Ucap Gilang sambil mengulurkan tangannya.

Vanya menatap Farel, dan Farel mengarahkan kepalanya pada tangan Gilang yang belum dijabat oleh Vanya.

Vanya mengulurkan tangannya menjabat tangan Gilang. "Vanya."

Gilang menyipitkan matanya menatap ke arah Vanya. "Wait wait, kayaknya gue pernah ketemu deh sama lo." Ucap Gilang seperti mengingat sesuatu.

Vanya langsung melepaskan tangannya dan mengalihkan pandangannya. "Gak. Gue gak pernah ketemu sama lo."

"Gue yakin itu lo. Jelas-jelas gue yang nolongin lo waktu itu. Ya cuma kita gak sempat kenalan." Jelas Gilang.

Vanya ingat sekarang, Vanya ingat siapa Gilang. "Gue mau ke toilet, sebelah mana ya?"

"Bawah tangga." Jawab Gilang dan Vanya langsung berlalu keluar.

Sepeninggalan Vanya, waktunya Farel yang bertanya. "Lo pernah ketemu Vanya? Dimana? Kok gak pernah cerita?"

"Ya mana gue tau kalau dia temen lo. Gue liat dia di pinggir jalan waktu itu." Jawab Gilang sambil mengeluarkan sebatang rokoknya.

Farel menyipitkan matanya. "Terus?"

"Gini, lo inget malam dimana lo balapan dan lo kalah?" Tanya Gilang dan Farel mengangguk.

"Disitu gue ketemu Vanya." Ucap Gilang.

Farel tertawa garing. "Ya jelasin dong. Yang detail. Mana gue ngerti sama ucapan lo tadi."

🍃🍃🍃

Baru publish sekarang karena disini hujan lebat banget+petir+bad signal.

Pdhl mau check out, mumpung 6.6 hehehe:)

Kalau ini ke publish, berarti ada signal, hehehe.

Happy reading:)

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang