Setelah mengantarkan Ressa dan Dhea pulang ke rumahnya untuk mengganti baju dan membawa tas, Gibran melanjutkan perjalanannya mengantarkan mereka ke sekolah.
"Bang? Boleh gak pakai bedak disini?" Ijin Ressa.
Gibran mengangguk, "boleh lah."
"Tapi masalahnya kita pakai bedak baby bang. Nanti jok nya putih-putih." Lanjut Dhea menjelaskan.
Gibran tampak diam sejenak. "Iya boleh." Jawab Gibran pelan.
"Serius nih?" Tanya Vanya lagi.
Gibran menaik turunkan alisnya. "Iya."
"Makasih bang." Ucapnya serempak, dan Gibran hanya mengangguk pasrah sebagai jawaban.
Setelah 20 menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai di sekolah.
"Nanti, gue yang jemput ya?" Ucap Gibran ketika sudah sampai mengantarkan Vanya dan yang lainnya di depan gerbang sekolah.
Vanya mengangguk. "Iya bang Gibran." Jawab Vanya sambil membuka pintu mobil.
"Bisa gak? Mau dibantu gak?" Tanya Gibran saat melihat Vanya masih meringis kesakitan.
"Makasih ya bang, biar sama kita aja dibantuin nya." Ucap Denira yang diberi anggukan oleh Ressa.
Denira dan Ressa turun dari mobil, lalu membantu Vanya turun dan berjalan. Sementara Dhea, ia tetap ada di mobil memperhatikan Gibran.
Gibran yang menyadari masih ada orang di belakangnya pun langsung menengok ke arah Dhea duduk.
Dhea yang kaget pun langsung salah tingkah. "Mau sekolah gak?" Tanya Gibran.
Dhea mengangguk canggung. "Iya bang mau. Ini turun--"
Gibran menaikan alisnya bertanda ia bertanya balik. "Hah?"
"Itu kuc-in-ck-makasih bang." Ucap Dhea susah payah yang pada akhirnya turun dari mobil Gibran dan menutupnya kembali.
Gibran tertawa singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat adiknya itu.
🍃🍃🍃
Vanya berjalan dibantu oleh Ressa dan Denira dan Dhea membawa tas Vanya.
Ditengah koridor menuju kelas, mereka melihat Arga berjalan sambil menatap mereka juga, menatap Vanya lebih tepatnya.
Arga mempercepat langkahnya untuk mengejar mereka. Mereka bertiga diam menunggu Arga. Walaupun sejak tadi, Vanya terus menarik-narik tangan Denira dan Ressa untuk terus berjalan menuju kelas.
"Van?" Ucap Arga sambil menahan tangan Vanya yang sejak tadi ingin kembali berjalan.
Denira menatap Arga tajam. "Kalian lagi punya masalah? Lo punya salah apa sama Vanya? Sampai dia gak mau natap muka lo." Ucap Denira tegas.
Arga menggeleng kuat. "Kita baik-baik aja Ra. Van? Aku mau ngomong sama kamu."
Vanya menganggukkan kepalanya saat Arga mengajaknya berbicara. Vanya melakukan itu karena Vanya rasa, mereka perlu bicara empat mata. Mereka harus menyelesaikan masalah ini baik-baik, tanpa melibatkan pihak lain.
Vanya tersenyum seolah baik-baik saja pada Ressa, Dhea, dan terutama pada Denira yang sejak tadi ia selalu khawatir dan membujuk Vanya untuk bercerita.
"Kalian duluan aja, gue mau ngobrol dulu sama Arga. Dhea, bawain tas gue ya, makasih." Ucap Vanya dan kemudian mulai berjalan.
"Pegangin dong, bantuin jalan doi nya." Sindir Dhea saat melihat Arga tidak membantu Vanya berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif
أدب المراهقين📌[ON GOING] "Jangan suka melarangku, karena aku manusia, aku makhluk sosial, aku butuh orang lain." ~ Hai! Kamu? Iya kamu. Kamu yang baca deskripsi ini, ayo baca cerita ku ini, semoga kamu suka ya! Jangan lupa vomment! Makasiiii! Wufyu! ❤ Rank 🎉...