1.6

502 23 0
                                    

Farel mengangguk sambil melenggang pergi keluar kamar Vanya. "Nanti panggil aja." Ucap Farel sebelum menutup pintu kamar Vanya.

Farel menuruni tangga dan duduk di di sofa ruang keluarga ketika dipersilahkan duduk oleh bi Ratih setelah ditanya dirinya akan minuman apa.

Farel mengeluarkan handphone nya dan memainkannya. Wait. Lebih tepatnya, Farel membuka aplikasi instagram dan mencari akun Vanya.

Setelah menemukannya, Farel langsung men click dan yang Farel liat hanya 15 postan. 10 Foto pemandangan, 3 foto bersama ketiga sahabatnya, 1 foto bersama anggota OSIS, dan satu foto bersama Arga.

Baru saja Farel akan mengclick akun Arga karena tagan, bi Ratih datang sambil membawa segelas jus alpukat.

"Makasih bi," ucap Farel.

Bi Ratih mengangguk. "Ya sama-sama den, kalau gitu bibi ke dapur lagi ya?"

"Eh bi tunggu!" Ucap Farel. Farel melihat keadaan sekitar terutama ke atas. "Bi, saya mau nanya, tapi bibi janji gak bilang sama Vanya ya?" Ucap Farel dan bi Ratih mengangguk.

"Bi Arga pacarnya Vanya suka kesini?" Tanya Farel pelan.

"Den Arga? Suka den, tapi akhir-akhir ini jarang, kadang gak pernah. Katanya sih sibuk." Jelas bi Ratih.

Farel mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh gitu ya? Kalau boleh tau, udah berapa lama mereka?"

"Mau 2 tahun den, kalau gak salah 2 tahunnya itu nanti den 3 bulanan lagi." Jawab bi Ratih. "Udah kan den?" Lanjutnya karena bi Ratih melihat Farel yang diam sambil memikirkan sesuatu.

Farel tersenyum tipis. "Makasih bi."

Setelah bi Ratih kembali ke dapur, Farel melihat foto mereka berdua sedang berada di sebuah pantai, dan ya foto itu di ambil 1 tahun yang lalu, dengan caption.

happy one year for us

Farel menutup lockscrean nya saat terdengar obrolan beberapa orang perempuan di luar sana. Dan kebetulan Vanya memanggilnya di atas sana, jadi Farel tidak tau siapa yang datang.

"Paling mereka bertiga." Pikir Farel dalam hati.

Farel berjalan ke atas menemui Vanya yang sudah menunggunya di depan pintu kamar. "Teman-teman lo, udah datang kayaknya." Ucap Farel yang mulai membantu Vanya berjalan.

Vanya mengangguk. Sambil mengeratkan tangannya pada baju Farel. Farel yang merasa bajunya ditarik pun berhenti berjalan.

"Kenapa lo? Sakit?" Tanya Farel dan Vanya hanya mengangguk.

Farel langsung berjongkok dihadapan Vanya dan menyuruhnya untuk naik ke atas punggungnya.

"Seriusan? Gue berat loh Rel, apalagi harus turun tangga." Ucap Vanya merasa tak enak.

Farel berdecak. "Emang lo pikir, tadi siapa yang gendong lo dari mobil sampai kamar? Udah cepatan naik." Ucap Farel dingin.

Vanya menganggukan kepalanya meng'iya'kan ucapan Farel tadi meskipun Farel tidak melihatnya. Vanya langsung naik ke punggung Farel dan Farel membawa Vanya ke ruang tengah dan menurunkannya di sofa.

"Vanya!" Pekik Denira, Dhea, dan Ressa secara bersamaan saat mereka melihat kaki kiri Vanya yang bengkak.

Ressa menatap Farel tajam. "Heh, lo lagi lo lagi. Lo kan yang bikin Vanya celaka?" Tanya Ressa kesal.

Farel memutar bola matanya malas. "Dih lambe lo tuh yang bikin celaka." Balas Farel sinis.

Ressa memelototkan matanya. "Kok lo ngelunjak? Mau gue telponin Arga? Biar dia tau kalau kaki Vanya bengkak gara-gara lo."

Farel tertawa sekilas. "Telpon? Telpon aja sekarang, speaker in sekalian. Gue mau denger. Atau gak gue yang ngomong." Ucap Farel tak peduli dengar ancaman Ressa.

Vanya langsung menahan tangan Ressa yang akan menelpon Arga. "Gak usah Re. Gue gapapa kok. Lagian ini bukan salahnya Farel, ini salah gue sendiri. Gue tadi ceroboh, jadi malah nendang ban mobil." Jelas Vanya sambil tersenyum menutupi kejadian yang sebenarnya.

"Terus lo ngapain disini?" Tanya Denira pada Farel yang tiba-tiba ada dirumah Vanya.

Vanya menunjuk Farel. "Oh dia? Dia bantuin gue tadi, gue kan gak bisa nyetir karna kaki gue sakit banget, untungnya ada Farel, jadi gue minta tolong dia buat nyetir mobil gue."

Semuanya memperhatikan Vanya ketika ia menjelaskan, berbeda dengan Dhea. Ia terus memperhatikan kaki Vanya yang bengkak.

"Van! Gue liat, kaki lo bukan bengkak karena lo nendang ban mobil deh, bengkaknya itu kayak habis diinjek." Ucapan Dhea polos. Sontak membuat Farel dan Vanya saling menatap beberapa detik lalu memutuskannya kembali.

Mata Denira berbinar menatap Vanya. "Seriusan Van? Lo di injek apaan sampai bengkak gini? Gajah? Sapi? Kerbau? Atau orang jahat?" Tanya Denira panik.

Vanya menggeleng sambil tertawa. "Yakali ada yang berani nginjek kaki gue? Mau gue kasih point?" Gurau Vanya dengan tawanya.

Farel tersenyum tipis saat melihat Vanya yang masih bisa tertawa. Kadang, seseorang memilih tersenyum karena ia tidak mau berbagi kesedihan pada orang lain. Ia tidak mau hati yang lain ikut terluka.

"Bahagia banget nih?" Godanya di saat mereka semua tertawa. Vanya langsung melihat ke sumber suara dan menjerit kesenangan.

"Bang Gibran!" Teriak Vanya sambil membuka tangannya berharap dipeluk.

Tapi lelaki yang bernama Gibran itu tetap diam mematung agar Vanya yang memeluknya duluan.

"Bang sini! Kangen!" Ucap Vanya kesal karena Gibran tidak berjalan mendekatinya.

Gibran tersenyum mengejek. "Sini dong, peluk gue duluan."

Vanya menggeleng. "Kaki gue sakit." Ucap Vanya pelan.

Dengan cepat Gibran berjalan menghampiri Vanya dan melihat kaki Vanya. "Kok bengkak?" Tanya Gibran bingung.

"Biasa bang, ceroboh, nendang ban mobil." Jawab Ressa mendahului Vanya dengan kekehannya.

Gibran menaikan sebelah alisnya. "Nendang ban mobil? Lo sehat? Lo gak tau ban mobil keras ya?" Cecar Gibran.

Vanya hanya menyengir sambil berfikir harus mencari alasan apalagi. Gibran menatap Farel yang berdiri dekat Vanya sejak tadi.

Gibran tersenyum jahil. "Van, baru? Ganti nih?" Tanyanya jahil.

"Hah?" Ucap Vanya tak mengerti. Gibran langsung mengarahkan matanya ke arah Farel .

"Oh dia? Kenalin bang ini Farel, teman Vanya. Rel, ini bang Gibran, abang gue yang baru pulang setelah 2 tahun gak pulang." Jelas Vanya.

"Gibran,"

"Farel."

"Permisi. Non, den, makanannya sudah siap." Ucap bi Ratih.

"Iya bi." Jawab mereka serempak.

"Kalian duluan aja," ucap Gibran pada Dhea, Denira, dan Ressa. Langsung saja mereka berjalan menuju meja makan.

Gibran membantu Vanya berdiri. "Ayo Farel, kita makan sama-sama." Ajak Gibran.

Farel tersenyum dan menggeleng. "Makasih bang tawarannya. Tapi saya harus pulang sekarang." Pamit Farel.

"Ya udah gue antar ya?" Tawar Gibran.

Farel pun tersenyum kembali dan menggeleng. "Makasih banyak bang, tapi saya mau ke sekolah dulu ambil motor, saya naik taksi atau ojek online aja gapapa." Ucap Farel sopan saat menolak tawaran Gibran untuk makan bersama.

"Kok di sekolah?" Tanya Gibran kepo.

Vanya mencubit perut Gibran. "Tadi Farel yang anterin Vanya ke sini bang." Jelas Vanya.

Gibran menganguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Pulang dulu bang, assalamulaikum." Ucal farel lalu berlalu keluar rumah.

🍃🍃🍃

1045 Words dong...
Vote.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang