0.7

888 33 0
                                    

"Berisik oy--"

"VAN!" Pekik mereka bersamaan saat Vanya siuman dan sudah berbicara mengomeli mereka.

Vanya tersenyum tipis. "Gue harus pingsan dulu baru ngumpul berempat ya? Di uks lagi, romantis banget gak sih nungguin gue bangun, tau gitu gue gak bangun biar kalian disini terus." Ucap Vanya sambil terkekeh.

Ressa langsung memukul pelan lengan Vanya. "Lo ngelantur banget sih!"

Denira memutar bola matanya malas. "Tau ah malas gue!" Ucapnya sambil melenggang pergi.

Namun belum sampai pintu Denira berjalan, teriakan Vanya menghentikan langkahnya.

"Aduh perut gue sakit!" Pekik Vanya.

Pekikan Vanya membuat Denira membalikan badannya menghampiri Vanya kembali.

"Sakit banget Van?" Tanya Denira panik.

"Gue telepon guru dulu!" Ucap Ressa panik.

"Gue panggil anggota pmr dulu!" Ucap Dhea sama-sama panik.

"Bwhahahaa!" Tawa Vanya pecah saat ketiga sahabatnya panik.

Ketiganya langsung menatap Vanya kesal dan dengan spontan Denira memukul lengan Vanya, Dhea mencubit pipi Vanya dan Ressa yang sedang duduk lemas di bangku sebelah brankar.

Vanya tersenyum bangga karena telah berhasil menjahili ketiga sahabatnya.

"Ya maaf. Gue kan cuma pengen kalian disini, temenin gue, gue lagi atit." Ucap Vanya merengek seperti anak kecil.

Denira menatap Vanya jijik. "Gue lapar, mau ke kantin." Ucapnya sambil melenggang pergi. Sampai pintu, ia berbalik menatap Vanya. "Oh iya, pulang sekolah ada rapat sama MPK, awas kalau lo gak datang." Lanjut Denira mengancam Vanya.

Vanya melototkan matanya. "Gue kan sakit Ra! Kok disuruh rapat?" Responnya sedikit berteriak sampai Ressa dan Dhea menutup kedua telinganya.

Tapi percuma Vanya berteriak, Denira sudah berjalan lebih dahulu ketika Vanya merespon.

"Ra!"

Ressa berdiri dari duduknya. "Van, berisik, gue ke kantin ya," Dhea melototkan matanya kaget. "Nanti gantian." Lanjut Ressa.

"Eh bentar, yang bawa gue kesini siapa? Kalian?" Tanya Vanya bingung.

Ressa berdecak kesal. "Farel. Tau?" Vanya menggeleng. "Cowok yang pake kaus kaki peach di parkiran kemarin." Jawab Ressa kesal.

Vanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Udh ya? Bye!" Pamitnya. "Arga?" Ucap Ressa saat melihat Arga berdiri di dekat pintu UKS.

Spontan, Vanya dan Dhea pun ikut melihat ke arah arah pintu.

"Kalian kalau mau ke kantin, ke kantin aja, gue yang jaga Vanya." Ucapnya dingin sambil menyandar pada pintu.

Dhea mengangguk. "Ya udah, gue sama Rere ke kantin dulu, lapar, bye!" Ucap Dhea sambil menarik cepat tangan Ressa.

"Heh! Gue juga lapar kali makannya pingsan!" Ucap Vanya berteriak tapi sama saja tidak ada respon.

Dasar teman laknat.

Setelah Ressa dan Dhea pergi meninggalkan Vanya, Arga menghampiri Vanya.

"Kemarin kemana? Gak ada kabar, sekalinya ada kabar, pingsan." Tanya Arga khawatir.

Baru saja Vanya ingin menjelaskan, satu pertanyaan yang keluar dari mulut Arga membuat Vanya mengurungkan niatnya untuk menjelaskan apa yang terjadi kemarin.

"Pulang sama siapa kemarin?" Tanya Arga lagi.

Vanya terdiam. Vanya terdiam bukan karena ia takut, tapi Vanya diam, untuk kebaikan. Ia tidak mau dirinya dengan Arga bertengkar sekarang.

Vanya meringis kesakitan sambil memegang perutnya. "Lapar banget Ar."

"Tadi kenapa gak makan sih?" Tanya Arga.

Vanya menghembuskan nafasnya pelan. "Takut kesiangan Arga, tadi aku bangunnya kesiangan."

"Ya udah, mau makan apa? Biar aku beliin."

🍃🍃🍃

"Parah lu Ra, lu udah makan duluan aja disini." Protes Ressa tak terima saat melihat Denira sudah duduk dan makan di kantin.

"Itu Vanya belum makan tau, kasihan." Ucap Dhea memelas.

Ressa dan Denira sontak menatap Dhea bersamaan. "Ada doi nya ini, ya kali gak dikasih makan." Ucap Ressa yang diberi anggukan setuju dari Denira.

"Emangnya kalian, jomblo!" Lanjut Ressa.

Sontak Dhea menginjak kaki Ressa dan Denira mencubit pipi Ressa sambil berkata. "Lo juga jomblo!"

Fyi, diantara mereka berempat, yang punya pacar sekarang cuma Vanya, tapi bukan berarti mereka gak punya mantan ya, mantan mereka banyak juga loh.

"Nih."

Satu tangan lelaki mengulurkan tangannya membawa satu kotak bubur sukses membuat mereka berhenti tertawa dan menatapnya bingung.

Ressa berdiri dari duduknya. "Apaan nih?" Tanya Ressa ketika melihat siapa yang datang.

Farel menatap Ressa datar. "Lo gak tau ini?" Tanya balik Farel.

"Tau, bubur." Jawab Ressa jutek.

Farel meletakan kotak bubur itu di atas meja. "Nih." Letaknya sambil melenggang pergi.

"Maksud lo apa?" Tanya Denira yang sekarang sudah berdiri menatap tajam Farel.

"Lo punya tata krama gak? Punya sopan santun gak? Ini dari siapa but siapa? Lo pikir kita bisa baca pikiran? Hah? Gak punya akhlak banget." Ucap Denira yang sudah terlanjur kesal.

Farel berbalik dengan muka dinginnya dan kembali menatap Denira tajam.

"Dari bu Sari buat Vanya, gue titip di kalian, karena kalian temennya." Jawabnya santai.

Dhea melototkan matanya. "Setau gue, bu Sari cuma nyuruh ke satu pihak."

Farel menyatukan alisnya bingung. "Gak ngerti ya? Gini nih, maksud gue, bu Sari kalau udah nyuruh lo, udah selesai, cuma nyuruh lo doang, dan gak nyuruh lo buat nyuruh kita lagi. Kecuali minta tolong panggilin orang." Lanjut Dhea menjelaskan.

Farel mengangguk-anggukan kepalanya, mengambil kotak buburnya kembali sambil berkata. "Ribet banget ya btw, temenan sama kalian. Cewek-cewek rese. Kalau gak mau, gak usah ceramahin, panas telinga gue." Ucapnya sambil melenggang pergi.

"Ihh! Lo yang rese!" Balas Ressa yang ingin mengejar Farel namun di tahan oleh Dhea.

"Calm down dong. Gue sendiri nih, gak ada Vanya." Ucap Dhea menenangkan Ressa dan Denira.

🍃🍃🍃

Hmmmmmmmm

Vote

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang