"Tuhan mempunyai alasan, kenapa kamu dan aku dipertemukan."
6 : PERTEMUAN
Seminggu kemudian.
"Abra udah mau sekolah sayang?" tanya Vio saat melihat Abraxas turun dari tangga, lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Mau sarapan dulu?"
Abraxas menggeleng. Lalu menyalimi tangan Vio. "Gak bun."
"Baik baik di sekolah, udah cukup istirahat nya, cepet berangkat udah terlambat ini."
Revan beralasan pada Vio bahwa Abraxas butuh istirahat karena terlalu banyak membantunya mengurus perusahaan semasa Abraxas libur kenaikan kelas. Vio percaya percaya saja, tak merasa curiga sama sekali. Memang selama liburan Abraxas banyak membantu Revan dalam mengelolah perusahaan.
"Berangkat." Abraxas mengecup kening bundanya. Berlalu pergi ke bagasi, mengambil motor kesayangannya setelah berpamitan.
Ayahnya sudah berangkat ke kantor, setiap Revan tak ada Abraxas selalu mengecup kening Vio sebelum berangkat.
Abraxas sangat menyayangi Vio melebihi sayangnya pada Revan. Bahkan Abraxas memiliki rasa benci dan dendam pada ayahnya karena kejadian di masa lalu.
Setiap mereka berjalan berdua, Abraxas dan Vio selalu di kira sepasang kekasih. Tinggi Abraxas yang melebihi Bundanya, di tambah wajah Vio yang masih layak di katakan anak kuliahan. Membuat mereka serasi.
***
Seorang gadis mengayuh sepedanya dengan cepat, sampai berdiri diri. Pasalnya dia sudah sangat terlambat sekarang.
Dia bangun kesiangan karena jam Bekernya terjatuh saat dia tidur dengan tidak aestheticnya. Saat tidur kepalanya masih berada di bantal dengan selimut yang melekat di tubuhnya. Tapi saat bangun posisinya sudah sangat berubah dengan selimut yang terjatuh dari kasur, dia sering berfikir apa hantu yang memindahkan kannya?.
Saat tiba di depan gerbang sekolah, gerbangnya sudah tertutup rapat.
"Yah, Ula masuknya gimana," ucapnya sedih, sambil turun dari sepedanya dengan nafas tersegal segal karena capek.
"Pak Budii, Ula ada di sini loh."
Pak Budi yang berada di pos satpam merasa ada orang di luar gerbang langsung beranjak memeriksa dan ternyata benar ada gadis manis yang sedang menunduk sambil menahan sepeda.
"Loh tumben kesiangan nak."
Alula mendonggakkan kepalanya. "Pak Budi," panggilnya girang.
"Pak Budi mau bukain pintu buat Ula kan?" tanya Alula dengan puppy eyes nya yang ditunjukan pada Pak Budi yang ada di depannya hanya di batasi gerbang saja.
"Loh nak Ula kan terlambat, jadi tidak bisa masuk, atau mau dihukum pak Riko?"
"Tapi pak Budi, ini bukan salah Ula, Ula gak bangun karena jam Beker punya Ula rusak," adunya.
"Tapi tidak bisa nak, sudah pulang saja sebelum pak Riko lihat, nanti malah dihukum loh." Pak Budi kembali menakut nakuti Alula dengan membawa bawa nama Pak Riko.
Guru pkn sekaligus guru Bk yang kalau memberi hukuman yang tak pernah gagal membuat muridnya menangis agar tak dihukum, kecuali beberapa anggota Pazinco dan inti Pazinco yang sering kabur kaburan dengan Pak Riko agar tak diberi hukuman.
"Alula pengen sekolah pak Budi, Alula harus ketemu Pangeran tampan, kalau Ula gak ketemu hari ini nanti Ula gak boleh sekolah lagi," ucap Alula frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRAXAS
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai kapan pun! Lula sayang juga sama Abra! Harus!" tuntut Abraxas, manja pada Alula. ...