"Tidak mungkin semua orang menyukai kita, walau kita selalu berbuat baik sekalipun. Tidak usah aneh dan kecewa, terus saja berbuat baik, sebab itulah yang kembali pada kita nantinya."11 : Bullying
SMA Xaviariaver[AVER] sangat ramai pagi ini membicarakan kejadian kemarin saat istirahat kedua. Alula berjalan dengan sedikit terpincang di kaki kanannya menuju kelas setelah memarkirkan sepedanya. Aneh? memang. Alula kesekolah menggunakan sepeda dengan susah payah.
Mau naik angkot? Alula tak punya uang banyak. Terpaksa harus tetap naik sepeda walau sedikit susah. Setelah dibawa Uks kemarin, Alula lansung disuruh pulang mengingat saat itu Alula dan Kaila juga telat masuk jadi mereka berdua pulangkan saja agar beristirahat.
Anak anak Aver banyak yang bertanya tanya. Kenapa Abraxas tak dikeluarkan dari sekolah? kenapa mereka boleh membicarakan kejadian Alula kemarin? tapi tak boleh membicarakan tentang Laura?
"Iya juga ya, kok kita gak boleh ngomongin tentang kejadian Laura?" bisik salah satu siswi sepelan mungkin agar tak ada yang mendengar kecuali pada temannya di samping.
Siswi lainnya mengangguk. "Iya nih, kok gitu yah."
"Mungkin karena Laura sampai matanya hilang."
"Alula juga hampir hilang kakinya."
"Kan baru hampir, untung Kak Abra cs lagi gak masuk hari ini."
"Iya, mereka tanding basket di sekolah tetangga."
Abraxas dan keempat inti Pazinco bertanding basket di sekolah tetangga, yang otomatis tidak masuk sekolah pagi ini. Makanya banyak siswa dan siswi yang terang terangan berghibah masalah kemarin.
Tidak semua inti Pazinco yang ikut andil, Arka dan Nathan tak suka bermain basket mereka berdua lebih suka futsal. Dan hanya ikut ikutan saja dengan embel embel pemain cadangan, dari pihak sekolah tak ada yang mempermasalahkan karena sudah di izinkan Pak Doni selaku kepala sekolah.
"Punya nyali juga tuh cewek masih sekolah disini."
"Alay banget sih, sok di pincang pincangin gitu."
"Caper banget ke Abra, najis."
"Sok cantik banget."
"Emang dia cantik sih," ceplos salah satu siswa yang langsung mendapat pelototan tak terima dari para gadis bergincu merah tebal.
Alula terus berjalan dengan pedenya sambil menebarkan senyum pada semua orang. Alula menghiraukan bisikan bahkan ungkapan terang terangan dari semua siswi yang dia lewati di koridor.
Kenapa? karena Alula hanya mendengar ungkapan bahwa dirinya cantik, selebihnya dia tidak dengar karena para siswi berbicara sangat cepat.
Memasuki kelasnya. Alula kembali menjadi pusat perhatian. Kaila yang melihat Alula sedikit kesusahan berjalan ke bangku mereka, berlari menuntun Alula.
"Kaila tau gak? kaki Ula sakit banget, untung udah di obatin sama bu Sinta."
"Iya, La." Kaila memperhatikan kaki Alula yang sudah diperban. "Jangan dekat dekat sama mereka lagi. Terutama kak Abra ya La."
Alula mengerjapkan matanya polos. "Loh kenapa?"
"Mereka inti Pazinco La. INTI PAZINCO," tekan Kaila.
"Pazinco?"
Menatap mata Alula dalam. Mencari kebohongan di mata sipit gadis itu. "Lo beneran gak tau Pazinco?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRAXAS
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai kapan pun! Lula sayang juga sama Abra! Harus!" tuntut Abraxas, manja pada Alula. ...