Siapa yang nungguin ABRAXAS up?
Yuk absen pakai warna fav kalian->
"Ikuti alurnya, nikmati prosesnya. Tuhan tau kapan kita harus bahagia."
12 : Perjuangan Alula 2.
Setelah hari dimana Alula di bully, Alula tidak sekolah besoknya. Membuat banyak orang beropini bahwa Alula pindah sekolah.
Kaila dan Manda khawatir, tapi mereka berdua tak bisa berbuat apa apa. Mau menghubungi Alula, tapi mereka tak mempunyai nomor Alula bahkan setahu Kaila Alula juga tak memiliki ponsel.
Opini yang mengatakan Alula pindah jelas salah. Alula tak sekolah karena harus beristirahat total. Kini Alula berjalan menuju kelas sambil dituntun pak Budi.
Alula seakan menutup telinga menghiraukan sindiran terang terangan dari banyak murid yang ada di koridor.
Alula terus berjalan, harusnya Alula masih berada dirumah hari ini. Tapi karena harus menuntaskan sesuatu hari ini juga. Alula memaksakan diri walau rasanya sangat sulit untuk berjalan, belum lagi kepalanya yang masih terasa pusing.
"Makasih pak Budi," ucap Alula saat sudah sampai dan duduk di bangkunya. Kelas masih sangat sepi karena Alula memang datang lebih pagi.
"Kalau ada apa apa bilang ke saya saja nak." Alula mengangguk, dengan senyuman tulusnya pada pak Budi yang memperbaiki tas ranselnya.
Seperti seorang Ayah yang sedang mengantar anak gadisnya untuk kesekolah pertama kalinya.
Pak Budi terlihat jauh lebih tampan sekarang. Setelah lama tak bertegur sapa. Karena setiap pagi Alula jarang melihat pak Budi, tapi entah kenapa tiba tiba saja tadi pak Budi datang dan langsung menuntunnya berjalan. "Makasih sekali lagi pak Budi."
Pak Budi mengangguk, bergegas pergi kembali ke gerbang yang sepertinya sudah mulai ramai dengan murid berdatangan.
*****
"La, Kai, lo bedua diam disini aja. Biar gue yang beliin makanan di kantin. Lo bedua jangan ada yang keluar dari kelas kalau mau aman. OKE." Setelah memberi peringatan mutlak pada Alula dan Kaila, Manda langsung pergi meninggalkan keduanya yang masih membereskan alat tulis.
Kaila tersenyum hangat pada Alula yang menunduk. "Ini demi kebaikan lo, La."
"Iya, Kaila." Alula melipat tangannya di atas meja dengan lesu dan menyembunyikan wajahnya disela sela lipatan tangannya.
Kaila menyingkirkan anak rambut Alula yang menutupi wajah gadis itu. Kaila terkejut saat tak sengaja menyentuh pipi Alula yang terasa sangat panas.
"La, lo sakit?" tanya Kaila, khawatir.
"Engga Kaila," gumam Alula.
"Engga La, ini pipi lo panas banget, coba sini." Kaila mengangkat kepala Alula dengan sangat mudah. Kaila semakin dibuat khawatir merasakan panas dari tubuh Alula. "La, pulang ya?"
Alula menggeleng dengan cepat. "Engga Kaila. Ula mau sekolah!" Kaila hanya membuang nafasnya gusar.
Setelah lebih dua mingguan bersama Alula. Kaila menyadari bahwa sifat yang sedikit menyebalkan pada Alula adalah keras kepala gadis itu.
"Ya udah tiduran lagi aja, nanti kalau Manda udah datang gue bangunin ya." Alula kembali menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan Kaila yang kembali mengusap usap rambutnya. Membuatnya merasa sangat nyaman.
*****
"Ab, anak anak mau balapan nanti malam." Abraxas melirik sekilas pada Bagas, lalu kembali menyenderkan punggungnya pada tembok dengan mata terpejam. Moodnya sejak kemarin sangat buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRAXAS
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai kapan pun! Lula sayang juga sama Abra! Harus!" tuntut Abraxas, manja pada Alula. ...