Hi, siapa yang nunggu ABRAXAS up?
Sebelum baca, ayo absen jam berapa kalian baca chapter ini->
"Jadilah kuat, tapi jangan kasar.
Jadilah baik hati, tapi jangan lemah."15 : Alula maaf
Membuang nafasnya dengan kasar. Pak Doni memegang kepalanya yang terasa akan pecah karena ulah gadis tengil tuan mudanya.
Berjalan dengan malas malasan ke arah hospital bed. "Yey, makasih pak Doni," ucap Alula girang sambil mengambil Alih gorden yang habis pak Doni copoti dari jendela.
"Nakkkkk, Alula iniiiiii buaattttt apaaaa?" tanya pak Doni, mulai lelah dengan kelakuan Alula.
Alula menghiraukan pertanyaan pak Doni, menidurkan dirinya pada hospital bed lalu bergerak gerak mencari posisi ternyaman nya.
Pak Doni menghiraukan kehebohan gadis tengil itu berjalan ke sofa mengambil ponselnya.
Satu jam yang lalu dokter datang dan menganti perban yang ada di kepala dan kaki Alula. Pak Doni saja sampai melupakan jika gadis tengil itu masih sakit karena keaktifan gadis itu.
Saat ditanya Alula hanya mengatakan masih terasa pusing sedikit dan kakinya sudah tak sesakit kemarin kemarin.
"Pak Doni, bantu tutupin Ula dong," teriak Alula sambil berbaring.
"Astaghfirullah, ada rencana apa lagi kali ini?" Pak Doni memicingkan matanya curiga saat Alula menyengir. "Buat apa?"
Lagi lagi Alula menghiraukan pertanyaan pak Doni. "Tutupin kaki sampai muka Ula." Pak Doni menuruti keinginan Alula tanpa banyak bicara.
Menutupi bagian kaki sampai wajah Alula dengan gorden putih yang tadi ia copoti dari jendela.
Alula terkekeh dibalik gorden. "Pak Doni, Ula udah kayak orang meninggal belum?"
Pak Doni berjalan mundur sedikit dan duduk dikursi samping hospital bed Alula.
Menangkup kepalanya yang terasa akan meledak menghadapi gadis tengil yang sedang berekting terdiam kaku layaknya orang mati di bawah kain gorden yang mengembang kempis pada bagian wajah karena gadis tengil itu bernafas.
"Belum,"
"Loh Jadi Ula harus gimana?"
"Tarik nafas, tahan terus," ucap Pak Doni asal tanpa melirik Alula.
Ruang rawat Alula terjadi keheningan beberapa detik. "Eh ehhh," kaget pak Doni saat tangannya di tarik tarik oleh Alula.
Pak Doni berdiri dari duduknya, membuka gorden yang menutupi wajah Alula. "Ehhh nafassss, nafassss," suruh pak Doni menepuk nepuk punggung Alula, sambil membantu gadis itu duduk dengan wajah memerah karena menahan nafas.
Alula mengambil nafas sebanyak banyaknya. Setelah merasa sudah lebih baik Alula menatap pak Doni kesal. "Pak Doni! Ula harus nahan sampai kapan! Biar kayak orang meninggal beneran," cetus Alula.
Pak Doni bernafas lega saat Alula sudah mulai mengomel. Jika gadis tengil itu mati, maka dirinya juga akan ikutan mati dengan tragis di tangan tuan mudanya.
"Sedikit lagi saja, nak Ula sudah akan seperti orang meninggal," gumam pak Doni, yang masih dapat didengar Alula.
"Yahh, ishh Ula coba lagi kali ya?"
"JANGANNN!!!!" teriak pak Doni panik, saat Alula kembali merebahkan diri bersiap memulai bunuh diri tanpa gadis itu sadari.
Alula menggerutu, menatap pak Doni kesal. Lalu senyum senyum sendiri membuat pak Doni memicingkan mata curiga. "Pak Doni, nyalain hp nya deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRAXAS
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai kapan pun! Lula sayang juga sama Abra! Harus!" tuntut Abraxas, manja pada Alula. ...