ABRAXAS | DUA PULUH ENAM

125K 14.9K 13.4K
                                    

Hi, siapa yang nunggu ABRAXAS up?

Sebelum baca absen kalian baca chapter ini  pas lagi ngapain ->

-------------------

Setelah dua hari gak up☺️, akhirnya up juga😱☺️.

Chapter ini lagi lagi panjang. Jangan bosan ya, kalau ada typo kasih tau. Gak cek ulang soalnya☺️🙏.

3,3k vote + 7k komen
Huft kali ini pakai target lagi ya. Kalau ada mood, target belum tercapai, aku up lagi tenang aja. Seminggu tembusnya ya. Biar gak depresot aku☺️🙏

Semua orang menatap aneh pada Icha yang menangis histeris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang menatap aneh pada Icha yang menangis histeris. Arka dan Nathan yang sejak tadi bersama Icha juga dibuat bingung terlebih Icha meminta agar dibawa pergi dari Alula sekarang juga.

"Hai kak Icha," sapa Alula pada Icha yang terduduk jatuh seperti tak punya tenaga.

Abraxas mengalihkan pandangannya dari Alula. Menatap datar Nathan yang berdiri di belakang kursi roda Arka, serta Icha yang terduduk di depan kursi roda Arka dengan tampang memelas.

"Mau minta bantuan apa sih maniez?" Arka mengedipkan sebelah matanya pada Alula. Ingin membuat Abraxas cemburu.

"Kak Arka matanya penyakitan? Kedip kedip gitu?" tanya Alula polos.

Membuat semua orang menahan tawa, saat melihat Arka yang tadinya tersenyum cerah jadi menyunggingkan senyumnya dan tertawa garing.

Tak mendapat jawaban dari Arka, Alula berniat pergi mengambil remot televisi di atas terpal tempatnya menonton tadi.

Baru satu langkah, tapi karena pertanyaan Arka langkah Alula langsung terhenti.

"Lo mau jualan semvaq kayak di pasar malam?" tanya Arka dengan mempelesetkan ucapannya. Baru menyadari ada terpal, beserta payung jualan di depan televisi besar itu.

Sama persis seperti pejual pakaian dalam yang sering dia lihat di pasar malam.

Sama persis seperti pejual pakaian dalam yang sering dia lihat di pasar malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ABRAXASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang