ABRAXAS | TIGA PULUH

52.5K 9.8K 6.6K
                                    

SIAPA YANG NUNGGU ABRAXAS UP?

KALIAN LAGI NGAPAIN?

SUDAH PADA SEKOLAH OFFLINE?

HEHE, MAAFIN KEMARIN NGILANG LAGI KAGA UP. KALI INI AKU BENER BENER GAK BAKAL NGILANG LAGI DI WATTPAD😭🤚

TEMBUS 5K VOTE + 5K KOMEN BESOK AKU JANJI UP 🥰❤️. [Ini beneran janji loh. Soalnya ini ngejar deadline up😭🤚]

Aku ingetin nama tokoh di bawah ini di komen.

"Loh, pak Doni ada disini?" Remaja laki-laki yang membawa keranjang buah di tangan kirinya mengambil tangan Pak Doni dan menyalami nya.

"Saya sering disini. Tapi bersembunyi agar tidak ketahuan oleh kalian," ucap pak Doni sambil mempersilahkan Farel masuk.

Arka yang sejak tadi mondar mandir tak bisa diam, memukul punggung Farel  pelan sebelum Farel masuk. "Lo ngapain anjir?" tanya Arka heran dengan wajah bodohnya.

Bagas berdecak, mendorong Arka agar menjauh setelah Farel, Bagas lalu Nathan menyalimi pak Doni.

"Udah pak, tutup aja."

Saat Arka akan berjalan masuk, Farel dengan kuat mendorong Arka lagi agar menjauh dari pintu. "Salim dulu kalau mau masuk!"

Arka berdecak, berjalan mendekat menyalami pak Doni. Pak Doni hanya geleng geleng kepala, sambil tersenyum hangat. Tidak ada yang menyadari akan hal itu.

"Abra ada kan pak?" tanya Bagas.

"Ada, sedang dikamar mandi."

"Mash Abrah akuh datang nich." Arka berjalan sambil menutup nutup mulutnya seperti perempuan centil yang sedang malu-malu.

Nathan mengelus dada Farel dari belakang dengan nafas naik turun menahan emosinya. Seolah olah sedang menahan Farel agar tak menyerang Arka. "Sabar rel, sabar Lo harus sabar."

Bagas terkekeh melihat kembarannya, begitu juga dengan Farel. Mereka berdua tau, Nathan lah yang sebenarnya sangat gregetan dengan Arka, bukannya Farel.

Dari tadi, Arka selalu memanggil Abra dengan nada centil dan agak mendesah. Setiap disuruh berhenti, Arka selalu mengatakan, "Gapapa kali, biar kalau Abra lagi sama cewek di dalam apartemen, ceweknya ngamuk gara gara ngira gue selingkuhan Abra. Arwhh."

Arka mengangkat tangannya lagi seperti mengaung sambil mengedipkan matanya centil pada Nathan yang melihatnya dengan tatapan jijik. "Arwhhhhhuu, Arwhu."

Pak Doni mengedarkan pandangannya saat sudah berada diruang tengah. Arka, Nathan, Farel dan Bagas buru-buru duduk di sofa. 

Buah buahan yang dibawa Farel ditaruh di atas meja kecil di depan Sofa.

Sebelum ke apartemen Abra, Bagas meminta Farel agar mampir membeli Buah-buahan untuk Alula yang cowok itu ingat sedang berada di apartemen Abra.

"Loh? Si Abra suka nonton Sofia?" tanya Nathan melihat televisi yang menyala.

"Aduh mas Abrah kenapah lupa dimatiin sih televisinya." Arka menyilangkan kakinya, layaknya ibu sosialita dan berlagak seolah olah menyingkirkan anak rambutnya kebelakang telinga dan mengambil remot televisi di meja.

Nathan menengok pada Arka, mengambil bantal sofa dan melempar tepat pada wajah sahabatnya itu.

"Sekali lagi lo ngomong ngedesah gitu, gue tampar mulut lo Ar," ancam Nathan tak main main. Tangannya digerakkan seperti akan menampar orang, membuat Arka menyengir.

"Abra mana?"

"Masih tidur kali."

"Gak mungkin, lagi bareng Alula kali."

ABRAXASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang