ABRAXAS | TIGA PULUH LIMA

40.2K 8.2K 7.9K
                                    

‼️🔞⚠️‼️

JANGAN BACA PAS MAKAN!

JALAN AMANDLE BELUM DI UP❗
INGAT CUMA 3 JAM AJA
KHUSUS CHAPTER AMANDLE‼️
[Bakal di info kan di Instagram]

JALAN AMANDLE BELUM DI UP❗ INGAT CUMA 3 JAM AJAKHUSUS CHAPTER AMANDLE‼️[Bakal di info kan di Instagram]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Abra," panggil Putri menghentikan Abra yang sedang bermain basket di tengah lapangan.

Abra hanya melirik sekilas pada Putri dan terus memasukkan bola kedalam ring. Sebentar lagi jam istirahat pertama tapi Abra keluar dari kelas lebih dulu karena ingin menemani Alula makan dikantin sekolah.

"Maaf ya kak, aku ganggu ya? Tadi aku keruang ganti, habis istirahat nanti kan olahraga terus liat kak Abra disini jadi aku mau temanin kakak." Putri menunduk, merasa bersalah karena sudah menganggu Abra.

Abra lagi-lagi hanya melirik Putri, berjalan kepinggir lapangan dan duduk di kursi yang berada di bawah pohon besar. Putri ikut menyusul Abra dan duduk manis di samping laki-laki itu.

Abra tak mengucapkan apapun, dia mengeluarkan ponselnya dan mengabari Alula kalau dia sudah keluar dari kelas dari tadi.

"Em, kak Abra aku mau ngomong serius." Putri membasahi bibir bawahnya berkali-kali, gugup saat melihat Abra dari jarak dekat seperti ini.

Putri menyingkirkan anak rambutnya kebelakang telinga. "Kak Abra ingat kejadian 11 tahun lalu di taman Italia?"

Abra mengerutkan keningnya, sempat menoleh kesamping mendapati senyum hangat dari Putri.

Ponsel Abra bergetar tanda seseorang menelpon, Abra tersenyum tipis melihat ponselnya, kembali melupakan keberadaan Putri. Saat Abra ingin mengangkat panggilannya, Alula mematikan panggilan itu.

"Kak Abra lupa sama aku?"

Abra yang sejak tadi tersenyum pada ponselnya mendengus dan menoleh pada Putri sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Putri. Adiknya kak Nathan sama kak Bagas." Putri terkekeh melihat respon Abra.  "Jadi kak Abra beneran lupa sama aku yah, hehe."

Abra memasukkan ponselnya ke kantong hoodienya dengan kesal saat mendengar nada suara Putri yang nyaris akan menangis. "Lo mau ngomong apa?"

"Putri, nama aku cantik kan kak." Putri menghadap ke depan, mendongakkan kepalanya sambil mengipasi matanya agar air matanya tak jatuh. "Semua orang manggil aku Put, tapi sahabat kecil aku manggil aku Ri. Putri, sampai sini kak Abra belum paham yah?"

Abra menenguk ludahnya, lalu menghadap pada Putri. "Ri?"

Putri mengangguk sambil menutup mulutnya rapat. Abra yang melihat Putri menahan tangis, memberanikan diri menepuk punggung Putri, walau masih menutup semua tangannya dengan hoodie.

ABRAXASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang