Hi, siapa yang nungguin ABRAXAS up?
Sebelum baca mari absen pakai nama hewan->
Kalian pada bar bar banget, capek aku tu😫! Targetnya berapa ya😭, gatauuu, ini penulis wattpad apa gak depresot kalau ceritanya rame? Aku depresot plis😭.
Udah woi jangan pada rusuh. Harap tenang sabar dan tentram🤧. YANG NGIKUTIN CHANNEL AKU DI TELE PASTI TAU SEBERAPA ☺️nya aku☺️.
19 : Detik detik
Pak Doni memasuki ruang rawat Alula. Mendapati gadis tengil itu sedang berkaca dan dengan pedenya memuji dirinya sendiri.
"Tuan muda akan pergi ke club malam ini."
Alula menyengir lucu pada pak Doni yang menatapnya bahagia. "Makasih pak Doni, Ula nanti juga ikut loh."
Pak Doni yang tadinya akan tiduran di sofa ruang rawat Alula karena terlalu lelah memesan semua ruang rawat disetiap rumah sakit, dan menyewa club sesuai perintah tuan mudanya. Bangkit.
Berjalan ke arah Alula dengan langkah tegas. Siap memukul kepala Alula agar otak gadis itu tak miring dan kembali normal. Tapi niatnya harus terhenti. Karena pintu ruang rawat Alula terbuka.
Menampakkan seorang pemuda yang melihat pak Doni dengan wajah yang sangat datar.
Pak Doni yang tadinya akan memukul kepala Alula, melanjutkan tangannya yang sempat mengambang di udara menjadi mengacak-acak rambut Alula gemas.
Mungkin jika orang lain yang mengacak rambut Alula menandakan orang itu gemas karena Alula lucu. Berbeda dengan Pak Doni yang memiliki artian gemas yang lain.
Alula mengomel karena rambutnya menjadi acak acakan. "Ihh, rambut Ula!"
Pak Doni tersenyum. Berjalan ke samping kanan hospital bed karena Abraxas duduk di kursi hospital bed samping kiri Alula.
"Udah makan?" tanya Abraxas lembut sambil mengelus rambut Alula yang masih sedikit acak acakan.
Alula menggeleng cepat. Pak Doni yang melihatnya melotot. Jelas jelas gadis rakus itu tadi sudah makan hampir dua kotak pizza, sate, nasi goreng, dan lainnya saat Abraxas kembali kerumah berganti pakaian.
Abraxas melirik tajam pada pak Doni. "Mau makan apa, nasi ya?" Abraxas mengambil ponselnya dan mulai memesan makanan sesuai mau Alula.
Alula terdiam lama melihat wajah Abraxas yang terdapat luka seperti bekas tonjokan. Alula mengalihkan pandangannya pada pak Doni lalu senyum senyum tak jelas.
"Kak Abra, Ula ikut ya nanti," mohon Alula.
Pak Doni yang melihatnya berdecih. Alula melirik sinis pada pak Doni. "Kak Abra, kok pak Doni liat Ula kayak gitu." Alula menunduk. Mengadu pada Abraxas.
Lagi lagi Abraxas menatap pak Doni tajam. Pak Doni hanya membalas dengan senyum.
"Tuan muda, saya permisi," pamit pak Doni tak mau berlama lama dengan kedua manusia yang sama sama menyebalkan tapi dengan cara berbeda.
"Pak Doni duduk di sana!" tunjuk Alula pada sofa. Tak membiarkan pak Doni pergi.
"Tapi nak Alu---" pak Doni menutup bibirnya rapat. Berjalan kesofa dan duduk di sana. Abraxas baru saja menatapnya seperti mengatakan jangan membantah.
Alula senyum senyum sendiri melihat pak Doni menurut dengan cepat. "Kak Abra Ula ikut ya."
"Tempat itu gak bagus." Abraxas memberi pengertian pada Alula.
Abraxas dan Alula kini sudah berbaikan. Keduanya tak sengan sengan menyebarkan keuwuan mereka di depan pak Doni.
Pak Doni hanya bisa tersenyum paksa. Entah sampai kapan ia akan terus sabar dan menahan tangannya agar tak menempeleng kepala kedua sejoli yang sejak bocah sudah membuatnya harus banyak bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRAXAS
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai kapan pun! Lula sayang juga sama Abra! Harus!" tuntut Abraxas, manja pada Alula. ...