bab 1

6.2K 266 17
                                    

* * *

Matahari sudah condong ke arah barat, menciptakan lukisan abstrak dengan warna orange keemasan di langit sebelum akhirnya tenggelam di penghujung sore.

Hari ini dia benar-benar merasa kelelahan, kemarin dia tidak bisa tidur nyenyak karena gonggongan anjing sialan milik tetangga yang tepat berada di samping rumahnya. Entah apa yang salah pada si anjing buluk itu, dia terus menerus menyalak seperti anjing penjaga yang sedang mendapatkan ancaman musuh.

Pagi harinya dia terbangun dengan mata panas karena kurang tidur, lingkaran hitam dibawah matanya sudah terbentuk mirip mata panda. Akibatnya dia tidak bisa berkonsentrasi saat pelajaran, dia hanya mampu meresap penjelasan guru setengah di awal tapi dari pertengahan sampai akhir semuanya nol, seperti gelembung air yang melayang sebentar di udara sebelum akhirnya pecah tanpa bekas.

Suho menjatuhkan kepalanya yang terasa pusing diatas meja, memejamkan matanya sebentar untuk beristirahat ketika jam istirahat. Berharap bisa terlelap meski beberapa menit saja. Namun nyatanya dia terkejut saat seyeon mengguncang lengannya, saat membuka mata, semua orang sudah kembali memenuhi kelas ini. Dia bangun dengan mulut menguap, mengucak matanya yang masih setengah terpejam. Lalu melanjutkan belajar dengan sisa-sisa tenaga dan semangat.

Setelah berkutat dengan banyaknya materi di kelas, yang hampir setengahnya tidak bisa dia proses ke dalam otak, dia masih harus menyeret tubuh lelahnya itu ke salah satu gedung kursus pada sore harinya. Tak ada waktu untuk sekedar makan, mau tak mau Suho harus bersyukur dengan sedikit keberuntungan karena pagi ini seseorang sepertinya dengan sengaja menyelipkan sebungkus roti dengan selai coklat di dalamnya. Meskipun tidak membuat kenyang, setidaknya itu cukup untuk mengganjal perutnya sampai kelas berakhir.

Diam-diam merencanakan pembalasan pada anjing sialan itu begitu pulang. Karena telah berani mengganggu ketenangannya.

Suho dibesarkan dalam keluarga sederhana, tak ada ibu yang akan memasakkan makan malam untuknya. Atau membukakan pintu untuk menyambutnya. Ayahnya bekerja dan jarang pulang,  kadang dia hanya pulang seminggu sekali atau bahkan tidak pulang sama sekali.

Suho menghentikan sepedanya di depan kedai kecil di ujung gang, memesan beberapa makanan untuk dibawa pulang, dan juga tidak bisa menahan diri untuk mendapatkan dua kotak susu strawberry dan memasukkannya ke dalam tagihan.

Dia merasa cukup pantas untuk mendapatkan dua kotak susu sebagai pengganti roti tadi siang, meskipun terkadang dia akan mengeluh panjang pendek, tidak mengerti akal sehat manusia satu itu tentang jenis pikiran yang mengatakan susu stoberi adalah yang terbaik dari semua jenis minuman di dunia. Tidak masalah jika itu adalah anak gadis kecil dengan wajah bulat dan menggemaskan. Masalahnya orang ini sudah besar sampai pada tahap dewasa.

Tidak ada wajah bulat dengan pipi chubby di kedua sisinya, tidak ada mata bulat seperti boneka. Sebaliknya dia hanyalah laki-laki berusia dua puluhan dengan tubuh jangkung, sedikit berotot meskipun jarang terekspos, mata sipit yang jika tersenyum, setiap sudut matanya akan tertarik menyisakan dua garis melengkung.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah. Suho langsung masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan sepedanya di garasi, saat mengedarkan pandangannya dia yakin orang itu belum kembali, terbukti dari motornya yang masih belum kelihatan. Karena biasanya motor itu terparkir tepat di sebelah sepedanya. Menjadi rukun setiap saat, sangat berbeda dengan pemiliknya yang tak pernah membuatnya merasa nyaman, selalu saja ada hal aneh yang dia lakukan untuk membuatnya kesal.

Terkadang dia berpikir anak ini menjadi besar sebelum waktunya, sehingga di usianya yang sudah tua masih suka bertingkah seperti anak kecil. Untung saja dia adik dari ayahnya, jika tidak, sudah sejak lama dia menendangnya di pantat.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang