.
Setelah sarapan bersama yang canggung, Suho mengantar tuan Han kembali. Dia berdiri di sana untuk waktu yang lama bahkan ketika bayangan mobil tuan Han sudah menghilang, dia masih tidak bergeming. Pikirannya menjadi kacau untuk beberapa waktu, percakapan singkat antara dirinya dengan orang itu masih menggema di telinganya. Secara objektif memenuhi kepalanya, dengan keras kepala membangun singgasananya.
Keduanya keluar dari kedai sederhana dan kembali bersama, berjalan bahu membahu dengan langkah selaras.
Walaupun kini usianya telah melewati masa paruh bayanya, tetapi tatapannya yang tajam tidak pernah gagal untuk menimbulkan rasa takut. Bayangan seorang ketua yang mendominasi rupanya membekas di benaknya.
"kau benar-benar menyukainya?" Suho sedikit terperanjat. Dia terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba. Tanpa basa-basi, tuan Han telah menanyakan langsung ke intinya.
"Meskipun kau tau dia laki-laki dan hubungan seperti itu tidak bisa diterima oleh orang lain, kau masih menyukainya?"
Tuan Han tidak berbalik untuk menatapnya, namun dengan suara yang jelas menunjukkan bahwa dia sedang serius.
Untuk sesaat Suho tidak tau bagaimana seharusnya menanggapinya, dia membuka mulut tetapi tak ada suara yang keluar. Rasanya seperti ada sesuatu yang menahan suaranya.
"Aku bertanya bukan karena aku mengijinkanmu, sampai kapanpun aku tidak akan menerima hubungan seperti ini. Aku masih ingin putraku menjadi laki-laki yang menikah dengan perempuan dan memiliki anak-anaknya sendiri, membangun keluarga kecilnya sendiri." Lanjutnya, berhenti dan kini berbalik untuk menghadapnya.
Tatapan dan caranya berbicara, Suho tau ini adalah sesuatu yang sangat serius sehingga dia tidak berani untuk menjadi lengah barang sesaat.
"Saya tau,"
"Apa yang kau tau ?" Sergah tuan Han.
Suho menundukkan wajahnya, mencoba memikirkan kata apa yang paling tepat untuk mengatakan perasaannya. Tetapi seperti apapun dia mencoba, tidak pernah ada kata yang cukup untuk mendeskripsikan perasaannya. Satu-satunya yang dia yakini pasti adalah, perasaannya terhadap seojun.
Dia menarik napas dalam-dalam, memejamkan matanya sebentar dan dengan berani menyuarakan pikirannya.
"Saya tau paman menginginkan yang terbaik untuknya. Saya juga tau, saya mungkin tidak bisa membahagiakannya. Tetapi saya yakin dengan perasaan saya, bahwa sejak awal saya hanya menginginkan seojun anda."
"Kau tidak bisa menikah dengannya,"
"Saya juga tau itu." Suho membenarkan, "tetapi tujuan saya bukan menikah, saya hanya ingin bersama dengannya di sisa hidup saya."
Tuan Han tertawa mencibir, "jika tidak menikah, apa gunanya memiliki hubungan ?"
Suho menelan, "karena menikah belum tentu bersama selamanya."
Di dunia ini, ada berapa banyak pasangan yang menikah, menjadikan pernikahan sebagai tujuan. Tetapi akhirnya berpisah dan menjadi asing satu sama lain. Mereka yang berumah tangga, terikat dalam buku pernikahan, memiliki keluarga kecil, dengan anak-anak di dalamnya. Tetapi kemudian dengan sedikit badai telah mengambil jalan ke arah berlawanan. Pada akhirnya, anak-anak yang dipaksa menelan pil kepahitan.
Tuan Lee dan nyonya Lee juga menikah, tapi mereka tidak seperti pasangan yang menikah. Mereka memiliki anak-anak tapi itu tidak bisa menyelamatkan rumah tangga mereka. Adapun ibunya, mereka saling mencintai tetapi dunia memaksakan perpisahan pada keduanya. Pada akhirnya, baik yang menikah karena cinta atau tidak, bukankah mereka masih tercerai berai dan menjadi asing satu sama lain. Pernikahan hanya di atas kertas, tapi cinta berdasarkan hati. Jika semua orang yang saling mencintai menjadikan pernikahan sebagai tujuan, apakah mungkin akan ada perceraian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han Seojun (Suho X Seojun)
General FictionSeojun ditugaskan untuk melindungi Suho, dia tidak pernah berpikir bahwa kedekatan antara dirinya dengan anak itu justru membawanya pada romantisme yang rumit. Alih-alih melindungi sebagai tugas yang dibawanya sejak awal, seojun justru dihadapkan pa...