bab 12

683 89 22
                                    

.

Ketika masih kecil seseorang menginginkan pemuda tampan, ketika remaja mereka inginkan pemuda kaya, ketika dewasa mereka inginkan orang yang bertanggung jawab. Sementara Suho tidak memerlukan ketiganya, asal memiliki seojun disisinya dia bisa menjadi yang pertama, kedua dan ketiga.

Dedaunan bergemerisik pelan tertiup angin malam, udara dingin menelusup kebalik pakaian setiap orang. Kendaraan berlalu lalang dengan lampu jalanan yang menyorot dalam diam. Seolah menjadi saksi bagaimana perasaan seseorang bermekaran seperti bunga di musim semi, hanya dengan berjalan bersama dalam diam, Suho merasakan hatinya menghangat.

Segala sesuatu yang ada di sekitarnya seakan tak berarti oleh kehadiran seojun, matanya menatap tak berkesip pada punggung orang yang kini berjalan sekitar dua langkah di depan.

Langkahnya menjadi sangat lambat, dengan harapan bisa bersama sedikit lebih lama untuk menikmati waktu. Sejak mereka memasuki kediaman tuan Lee, sampai dia dekat dengan dohyun tak sekalipun seojun menunjukkan dirinya, membuatnya yang terbiasa dengan kehadirannya merasa kehilangan. Ketika kesempatan seperti ini ada, bukan hanya ingin memperlambat tapi dia berharap waktu bisa berhenti untuk sejenak.

Berbagai macam perasaan bercampur aduk antara rindu dan kasih sayang. Beberapa kali tangannya terulur untuk mencapai seojun, keinginan untuk menggandeng tangan itu datang dan pergi seperti arus. Pada akhirnya dia hanya bisa mengurungkan niat lalu bersikap seperti tidak terjadi apapun.

Karena terlalu banyak melamun, Suho hampir saja menabrak punggung seojun ketika pemuda itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Wajahnya terangkat untuk melihat seojun, pemuda itu tengah menatap ke langit malam nun jauh, tidak tau hal apa yang menarik untuk diperhatikan.

Matanya berkedip berulangkali melihat fitur wajah seojun, bahkan dilihat dari samping seperti ini dia masih terlihat tampan.

Seojun menunjuk di kejauhan, "lihat seseorang melepaskan kembang api, bukankah itu bagus?"

Seojun bermaksud menunjukkan betapa bagusnya kembang api seperti itu, matanya berbinar melihatnya.

"Iya itu sangat bagus, aku benar-benar menyukainya." Kedengarannya seperti Suho menyetujui apa yang seojun katakan.

Hanya pada awalnya, karena maksud sebenarnya adalah apa yang dilihat Suho saat ini bukan kembang api yang sering dia lihat di acara-acara besar melainkan wajah seseorang.

Merasa diperhatikan, seojun menarik pandangannya dari kejauhan untuk berpaling pada Suho yang kini menatap padanya dalam diam.

Untuk beberapa saat mereka saling berbagi pandangan. Tatapan Suho begitu lembut, ada ketulusan di dalamnya, sesuatu yang jarang dia perlihatkan sebelumnya atau memang dia yang kurang memperhatikan.

"Apa yang kau sukai, kembang api atau wajahku?" Tanya seojun mengedipkan sebelah matanya dengan genit kemudian tertawa.

"Keduanya..." Gumam Suho pelan, sengaja agar seojun tidak sampai mendengarnya. "Bisnya sudah datang,"

Seru Suho beranjak lebih dulu ke arah mana bis datang. Diikuti seojun yang juga berlari agar tak ketinggalan.

Kediaman tuan Han tidak terlalu besar, dikelilingi pagar besi setinggi orang dewasa, bagian dalam terdapat halaman yang sengaja dibiarkan kosong, beberapa pohon tidak terlalu tinggi tumbuh diatasnya. Rumput liar yang dibersihkan setiap hari terlihat seperti permadani hijau diatas tanah yang rata.

Cukup lama Suho memandangi rumah dimana seojun dibesarkan, ini adalah pertama kalinya dia datang untuk berkunjung. Seperti awal musim gugur, perasaannya berdebar dalam gelombang tak terlihat.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang