bab 29

565 65 28
                                    

.

"Suho lepaskan," seru Seojun berusaha melepaskan tangan Suho yang kini memeluknya dari belakang.

Ada satu hal lagi yang seojun pelajari tentang Suho setelah mereka berkencan. Selain tidak tau malu, dia juga menjadi orang tuli. Apapun yang dia katakan tidak akan di dengar selama itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Itu sangat erat sampai dia merasa tubuhnya akan gepeng sebentar lagi.

"Suho lepaskan, disini panas." Ulang seojun.

Alih-alih melepaskannya, suho justru semakin mempererat pelukannya sampai Seojun merasa tidak ada ruang antara mereka. Punggungnya menempel di dada Suho seperti diberi perekat.

Tidak tau darimana asalnya kekuatan itu. Dia merasa anak ini tidak hanya tubuh fisiknya saja yang semakin tinggi, tapi kekuatannya menjadi lebih kuat darinya.

Suho tidak bergeming, "nyalakan ac-nya jika panas."

Mengetahui suho tidak akan menyerah, dia mulai mengeluh.

"Bukan, maksudku kau terlalu dekat. Ini sangat panas."

"Lepaskan bajunya jika panas, aduh..."

Tangan Seojun terangkat dan memukul kepala anak itu, merasa bahwa anak ini menjadi semakin tidak tau malu.

Seojun akhirnya berhenti berjuang, membiarkan Suho memeluknya semaunya. Dia hanya fokus pada panci di atas kompor yang mulai mengeluarkan asap.

Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk menghangatkan makanan yang asisten rumah tangga masak kemudian simpan di lemari es. Karena keluarga ini hanya memiliki dua orang dan itupun mereka selalu sibuk dengan urusan masing-masing.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Seojun bertanya untuk mengubah topik.

"Tidak terlalu buruk, kakak tidak lagi menentang keberadaan ku disana." Jawab Suho menghela nafas.

Walaupun posisinya tidak bisa di sebut penting. Tapi setidaknya joongi tidak lagi menaruh permusuhan padanya.

Secara berkala, dia mulai melihat padanya. Mungkin karena dia benar-benar menunjukkan keseriusannya dalam bekerja. Selain itu, dia juga menegaskan kepada pihak lain bahwa keberadaannya di sana bukan untuk mengambil alih posisi joongi melainkan membantu.

Saat dia berkata akan mengambil semua haknya, itu juga tidak bisa disebut kebohongan. Faktanya dia benar-benar menginginkannya. Hanya saja alasan antara dia dan joongi sama sekali berbeda.

Joongi melakukannya karena ambisi, dengan tekat memiliki segalanya di tangannya. Tetapi baginya, itu hanya cara agar dia dapat membuktikan kelayakannya pada orang lain. Sehingga orang itu tidak ragu padanya, dan menyadari bahwa ia benar-benar serius.

Beberapa hari yang lalu joongi bahkan mengajaknya makan bersama setelah bekerja. Tidak banyak yang dibicarakan, hanya obrolan ringan seperti halnya kakak laki-laki dan adik laki-laki lainnya. Joongi bahkan mengenalkannya pada seorang teman yang kebetulan ada di sana.

"Benarkah? Apa dia cantik?" Seojun memiringkan kepala saat bertanya.

Menyebabkan sisi lehernya terbuka secara bebas dan itu menjadi kesempatan bagus bagi Suho.

"Kya berhenti mencium." Teriak seojun mendelik sebal sembari menekuk lehernya. Terkejut karena suho mencium lehernya tanpa permisi.

"Aromanya wangi, aku menyukainya." Suho tersenyum, tidak peduli dengan tatapan seojun yang tampak akan membunuhnya kali ini.

Seojun, "Cepat jawab, kau belum menjawab pertanyaanku. Apa di cantik?"

Suho, "Tidak tau, aku tidak memperhatikannya."

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang