.
Aroma obat di udara belum hilang, ada sebuah figur yang berbaring dalam sunyi. Pelayan yang bertugas melayani tuan Lee berdiri di satu sisi ruangan sementara dokter yang dikatakan kepala pelayan masih berkutat dengan peralatannya. Melakukan pemeriksaan dengan cermat dan hati-hati.
Selain dokter, disana juga ada tuan Han yang berdiri dengan tangan bersilang. Nyonya Lee dan Joongi juga terlihat duduk di kursi dengan tenang. Mereka hanya melihat sekilas padanya lalu kembali diam seperti semula.
Kecuali Joongi yang masih melihat padanya sekilas dengan ekspresi dingin seolah bertanya, "sedang apa kau disini? cepat pergi, Kau tidak dibutuhkan."
Setelah beberapa saat, dokter yang memeriksa tuan Lee akhirnya selesai. Dia dengan tenang berkata akan menuliskan resep untuk ditebus. Juga memperingatkan untuk tidak terlalu lelah.
Tuan Lee tertawa ringan, "tubuhku sudah tua sudah tidak bekerja lagi. Ini murni karena faktor usia, bukan karena sibuk dengan pekerjaan. Dokter terlalu berlebihan."
Dokter, "saya harap juga begitu. Bagaimanapun juga saya seorang dokter, jika tuan tidak mendengarkan nasihat saya. Saya bisa mempersulit tuan agar dirawat di rumah sakit sampai benar-benar sembuh."
Tuan Lee, "hahaha dokter terlalu perhatian. Saya merasa sangat tersanjung."
Lalu setelahnya dokter langsung pamit pergi.
"Biarkan saya mengantar ke depan," Joongi berkata dari samping, langsung maju menemani dokter keluar dari ruangan.
Pada saat itu tuan Lee akhirnya menyadari kehadiran putranya yang lain. Kilasan senyum terbentuk di wajahnya yang pucat.
Tuan lee melambaikan tangannya, mengisyaratkan Suho untuk mendekat. Suho melirik ke arah nyonya Lee, tapi wanita itu masih bersikap acuh tak acuh. Seolah keberadaannya tidak terlihat.
Suho berjalan mendekat dan merasa bahwa orang tua ini sangat menyedihkan.
"Kalau begitu aku keluar. Sepertinya akan ada pembicaraan panjang antara ayah dan anak. Aku tidak ingin mengganggu." Seru nyonya Lee bangkit, tanpa menoleh lagi langsung pergi begitu saja.
.
Sementara itu dibelahan bumi yang lain, seseorang mengenakan pakaian serba hitam berdiri di bawah pohon besar, keberadaannya tidak terlihat karena terhalang cahaya. Sebagian wajahnya tersembunyi dibalik cadar dengan warna senada, topi hitam sedikit rendah menyisakan garis sempit untuk matanya melihat.
Tatapannya dalam, melihat dengan seksama ke arah rumah besar di seberang jalan. Tembok yang mengelilinginya tidak terlalu tinggi namun juga tidak bisa dikatakan rendah, beberapa penjaga berdiri seperti patung batu. Mereka bergantian dalam beberapa jam sekali.
Tidak ada yang tau sudah berapa lama dia berdiri disana. Membuat perhitungan waktu dengan cermat.
Pada saat itu sebuah mobil datang dari ujung jalan, seorang penjaga bergegas membukakan pintu. Dari tempatnya, orang itu mengintip dari kegelapan. Samar-samar dia bisa mendengar percakapan singkat sebelum perempuan muda itu berjalan masuk ke dalam rumah.
Si pengintip yang tak lain adalah seojun menunggu waktu yang tepat sebelum bergerak dalam sunyi. Gerakannya sangat gesit saat berlari di sepanjang dinding bagian luar. Satu waktu dia akan menempel pada dinding seperti cicak, lalu pada kesempatan lain setelah melihat ke kanan dan kiri, dia mundur sekitar tiga sampai empat langkah. Mengambil ancang-ancang lalu melompat ke atas dinding seperti bola yang memantul, gerakannya ringan, sama sekali tidak menimbulkan suara bahkan saat kakinya menjejak tanah.
Butuh waktu lama baginya berkeliling seluruh gedung, ditambah ketatnya penjagaan membuatnya tidak bisa untuk tidak berlaku hati-hati.
Seojun menyelinap keluar masuk dari satu ruangan ke ruangan yang lain, tidak jarang dia harus bersembunyi dengan nafas tertahan ketika beberapa orang kebetulan lewat di dekatnya. Dia tidak pernah berpikir bahwa menyelinap ke rumah seseorang seperti ini lebih melelahkan daripada menginterogasi orang lain, dia hanya perlu memasang wajah dingin dan berlaku kejam. Jika menolak menjawab cukup pukul dan jika masih bersikeras kepala, cukup habisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han Seojun (Suho X Seojun)
General FictionSeojun ditugaskan untuk melindungi Suho, dia tidak pernah berpikir bahwa kedekatan antara dirinya dengan anak itu justru membawanya pada romantisme yang rumit. Alih-alih melindungi sebagai tugas yang dibawanya sejak awal, seojun justru dihadapkan pa...