bab 5

1K 108 27
                                    

Seojun tidak tau sejak kapan dia tertidur, malam sudah larut saat dia kembali. Suho juga sudah tertidur saat dia datang untuk memeriksanya. Memperhatikannya diam-diam.

Saat pagi menjelang, dia pergi berolahraga seperti biasa sebelum berangkat ke kampus. Beberapa gadis berdiri di pinggiran jalan, atau mereka yang malu-malu hanya akan mengintip di halaman rumahnya masing-masing. Ini seperti mereka telah menghafal jadwal lari seojun diluar kepala.

Saat itu kebetulan bertemu nyonya lim, dia berjalan dengan tubuh miring karena mengangkat beban berat. Sebagai tetangga yang baik, seojun menawarkan diri untuk membantu. Membawakan banyak sekali barang belanjaan ditangannya, seojun bertanya kenapa tidak meminta bantuan tuan Lim atau naik ojek saja.

Nyonya lim berkata semua orang sangat sibuk di pagi hari, juyeon dan Eunjo terburu-buru pergi ke sekolah. Tuan Lim juga sibuk bekerja, dia tidak ingin menyusahkan orang lain dan berpikir untuk melakukannya sendiri.

Seojun memuji di dalam, "benar-benar wanita yang baik."

Suatu hari nanti dia harus menemukan satu seperti nyonya lim untuk dijadikan istri, memikirkan ini dia menjadi malu sendiri. Kemudian mencibir dirinya sendiri, dia selalu berkeyakinan jika kau baik kau juga akan mendapatkan pasangan yang baik, jika kau buruk kau juga akan mendapatkan pasangan yang buruk.

Dan dia adalah orang kedua.

Ingatannya melayang kembali pada kejadian kemarin, dia begitu kejam seperti itu. Siapa yang akan mau hidup bersama dengannya.

Mendapatkan satu saja sudah merupakan keberuntungan, di dunia ini, dimana dia bisa menemukan orang yang siap menerima dirinya dengan baik.

"Sebelum aku bisa membawanya pulang untuk dinikahi, dia mungkin sudah pingsan jika mengetahui latar belakangku. Ini semua gara-gara orang tua sialan itu. Benar-benar hidup yang sial."

Apakah dia harus melajang seumur hidupnya?

"Astaga apa yang aku pikirkan, kenapa jadi memikirkan sesuatu seperti itu. Kepalaku pasti lelah."

Kemudian tersenyum geli sendiri saat berpikir seandainya seseorang bisa meletakkan kepalanya saat lelah, atau melepaskan giginya saat sakit, saat sudah membaik dia akan mengambilnya lagi untuk dipasang lagi.

Suara nyonya lim membuyarkan lamunannya, berkata dengan ekspresi tidak enak, "biar bibik saja yang membawanya, bibik tidak tega melihatmu membawa beban seberat ini."

Seojun mengulas senyum, berkata dengan ringan, "tidak nyonya, ini sama sekali tidak berat. Seorang laki-laki jika tidak bisa membawa beban berat seperti ini, bagaimana dia akan berpikir untuk memikul beban rumah tangga di pundaknya nanti."

Mendengar lelucon ini nyonya lim tidak bisa tidak tertawa, "kau benar-benar bermulut manis."

Seojun tertawa kecil mendengar pujian setengah menyindir ini.

Nyonya lim, "jika saja aku punya seorang putri, aku pasti akan sangat bahagia untuk mengambilmu sebagai menantu."

"kalau begitu nyonya bisa mengambilku sebagai anak sebagai gantinya, tapi nyonya harus tau ini lebih dulu." Seojun merendahkan suaranya hingga berbisik, "aku sangat suka makan, nyonya mungkin akan langsung bangkrut dalam beberapa hari."

Kemudian mereka tertawa bersama, memiliki seseorang untuk berbagi cerita, kemudian tertawa oleh hal-hal kecil seperti ini. Seojun berpikir ia ingin memilikinya nanti, mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti saat ayahnya sudah menyerah untuk bertahan di sisi tuan Lee.

Berjalan dengan beberapa obrolan ringan, nyonya lim dan seojun akhirnya sampai di depan rumah nyonya lim. Menyerahkan barang belanjaannya kepada pemiliknya.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang