bab 4

1K 110 9
                                    

Orang bertopi mengangkat kepala, bertanya dengan suara tenang namun tegas, "jadi dia masih tidak mau memberitahu kita siapa orang yang menyuruhnya, bagaimana dengan ponselnya?"

Salah satu dari empat orang yang berdiri menjawab, "dia terlalu keras kepala, memilih dipukuli daripada berbicara. Tentang ponselnya, aku sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencarinya, segera setelah kami menemukannya, kami akan memberitahumu."

Orang bertopi terdiam sebentar, matanya yang tajam seperti air di laut yang tenang, tidak memiliki riak namun menyembunyikan kedalaman yang tak pasti.

Dia berjalan ke arah meja, dimana beberapa alat berat dan senjata tajam berjejer rapi, tampak seperti senjata tak bertuan tapi memiliki aura kelam yang mematikan.

Tangannya meraih pisau kecil, dibawah cahaya lampu, saat diangkat, bilahnya bersinar angker menampakkan kilau tajam yang menakutkan.

"Aku suka orang-orang seperti ini, keras kepala tapi setia."

Tidak ada yang tau apa maksud dari ucapannya yang ambigu, mereka hanya tau jika orang yang selalu terlihat tenang ini, menyimpan kekejaman yang tak terkatakan.

Tak ada yang menyela saat dia berbicara, mereka dengan patuh menunggu apa yang akan dilakukannya.

"Tapi orang-orang yang terlalu royal, juga bisa sangat menyusahkan. Aku menjadi sedikit tidak sabar."

Dia berbalik ke arah orang yang kini menjadi tahanan, saat berjalan dia terlihat anggun dan tinggi, jika bukan karena tatapannya yang dingin, seseorang akan jatuh dalam pesona keanggunannya.

Dia berjongkok, ujung pisau yang tajam diarahkan ke wajahnya, bahkan dari jarak ini rasa dingin telah menembus ke setiap molekul kulit.

Seseorang secara naluriah dilahirkan dengan beberapa ketakutan, tidak peduli seberapa kuatnya mereka, dalam keadaan terdesak dan tidak punya kesempatan untuk melarikan diri, bahkan jika orang itu lebih lemah sekalipun, dia masih akan merasa gentar karena ketidakpastian.

Orang bertopi menyeret ujung pisau disepanjang garis wajah orang yang terikat saat berbicara, tubuhnya berguncang karena panik oleh rasa takut, menggeram penuh kebencian,

Orang itu tersenyum miring, "berapa banyak yang kau dapatkan dari orang itu, kau sungguh tidak ingin membuka mulutmu sekarang?. Lihat baik-baik situasimu, kau disini tidak untuk melakukan tawar menawar denganku tapi aku masih berbaik hati untuk memberimu kesempatan. Katakan padaku berapa harganya, aku bisa memberimu lebih banyak...."

"....Tapi jika kau menolak, aku tidak punya pilihan selain membunuhmu, apa itu yang kau mau?"

Orang itu menjauhkan wajahnya dari bilah, seakan mencari tempat untuk bersembunyi meskipun kenyataannya dia masih tidak bergerak satu incipun.

Orang itu melanjutkan, "kau pikir hidupmu sangat berguna, bungkam seperti ini, apa kau yakin orang-orang itu akan mencarimu lalu membebaskanmu. Jangan lupa kau hanya anjing yang dilepaskan untuk menggigit, saat kau tidak lagi berguna, bahkan saat nyawamu lepas kau masih bukan siapa-siapa."

"Aku bertanya sekali lagi, katakan padaku siapa orangnya, siapa yang menyuruhmu untuk mengintai rumahku, jika kau mau bicara aku pastikan untuk mengampuni selembar nyawamu ini tapi jika tidak, kau sudah tau akhir seperti apa yang akan kau dapat. Tapi kau harus ingat juga, aku hanya menawarkan sekali dan jika kau menolak maka aku tidak bisa menjamin apakah tanganku ini akan tergelincir untuk memutus urat di lehermu atau tidak. Ku beri kau waktu untuk berpikir, saat aku kembali kau sudah harus menentukan pilihanmu."

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang