bab 37

428 31 10
                                    

.

Lee joongi menjawab dengan satu kata, "oke" kemudian menutup telpon dan melemparkannya ke atas meja.

Dia tidak khawatir orang-orang ini akan menolak. Bagaimanapun grup Lee adalah yang terbaik di industri ini. Ada banyak orang yang menginginkan koneksi tetapi mereka tidak pernah bisa mendapatkannya. Jadi siapapun dengan sedikit ambisi tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Secara kebetulan joongi menjadi pemegang saham terbesar untuk saat ini, dengan akumulasi milik dohyun dan ibunya, dia berada di posisi teratas.

Di industri ini, apakah itu orang tua atau anak muda. Mereka tidak terlalu peduli selama memberi lebih banyak keuntungan. Selain itu, joongi telah menunjukkan kinerjanya yang mengesankan, tidak sulit untuk menarik minat semua orang untuk mendapatkan kerja sama.

"Terimakasih kak," Suho berkata kepada joongi.

"Tidak perlu berterimakasih, aku bukan orang yang melakukan pekerjaan dengan cuma-cuma." Nada bicara joongi ringan.

"Aku tau, aku tidak akan lupa dengan kesepakatan kita." Suho bersandar dengan santai di kursinya.

Dengan alasan makan bersama, Suho menelponnya setengah jam yang lalu akan tetapi dia bahkan belum sempat menghangatkan kursinya tetapi dia telah diminta untuk mengurus beberapa masalah. Sungguh adik yang sangat pengertian.

Sejak memasuki industri ini, Suho dengan patuh mempelajari bagaimana cara mereka bekerja. Dia harus memberi satu untuk mendapat satu. Apalagi joongi adalah seorang pengusaha dan hanya melakukan hal-hal yang memberinya keuntungan.

Dengan alasan ini, Suho telah membuat kesepakatan lisan bahwa dia akan menyerahkan semua aset yang mungkin dia dapatkan dari tuan Lee kepadanya.

Joongi mengambil sumpit, dia melihat piring diatasi meja. Mengambil sepotong tipis daging dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan anggun.

"Tapi, apa kakak tidak takut aku akan mengingkari janji ketika saatnya tiba? Bagaimanapun juga ini hanya kesepakatan lisan, kakak tidak akan menemukan bukti apapun untuk menuduhku."

Joongi meliriknya dan berkata tanpa ekspresi, "semua kekayaanmu ada padaku, kenapa aku harus takut?"

Suho tertawa renyah, dia tidak tau bagaimana dirinya dan joongi yang sejak awal diperkirakan akan menjadi musuh abadi telah sampai pada tahap untuk saling membantu. Meskipun kelihatannya seperti terjadi karena bisnis, tetapi dia tau bahwa joongi benar-benar tulus ingin membantunya.

"Kalau-kalau ayah kebetulan lupa dan menyerahkan perusahaan itu langsung padaku, itu tidak akan sepadan dengan apa yang telah ku kumpulkan bukan?"

Tanpa ada yang mengetahui, diam-diam Suho telah menceburkan diri ke dalam pasar saham. Dengan bantuan joongi, itu menjadi semakin mudah. Dia tau ayahnya memperhatikannya, oleh sebab itu dia tidak bisa bertindak ceroboh dan dengan sengaja menyimpan semua uangnya dari hasil kerja kerasnya atas nama joongi.

Lagipula, dengan semua kekayaan tuan Lee. Apa yang dia miliki saat ini, bukankah itu hanya setetes air di lautan.

Joongi mendengus, "jika itu terjadi, kau pikir kau masih akan membutuhkan bantuan ku?"

Suho tertawa kembali. Dia telah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang. Penuh kehati-hatian dan memperhitungkan segalanya dengan cermat.

Joongi mengukurnya dengan mata yang cerdik, hanya untuk menyadari bahwa adiknya telah sangat berubah. Dari sudut manapun dia melihat. Dia tidak bisa menemukan wajah lugu dari anak desa saat pertama kali dia datang.

Satu persatu, penampilan, fisik, dan kepribadiannya telah tumbuh semakin matang.

Langsung ke intinya, dia bertanya, "sejak kapan itu di mulai? Dengan anak itu?"

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang