bab 23

429 48 14
                                    

.

Untuk sesaat Suho merasa bahwa keputusannya untuk tinggal adalah benar. Tetapi sesaat berikutnya dia merasa keputusannya untuk mengkonfirmasi perasaannya secara terbuka juga tidak benar.

Suho tidak tau apakah dia sendiri menjadi terlalu rapuh atau dia menjadi lebih serakah.

Kemarin dia masih baik-baik saja untuk tidak bertemu seojun selama berhari-hari. Tetapi sekarang, meskipun itu hanya beberapa jam dia telah merindukannya. Hampir menggila seolah-olah telah tidak saling melihat satu sama lain untuk waktu yang sangat lama.

Dia sudah mengungkapkan perasaannya sampai seperti ini, apa yang dia lakukan dan jalan apa yang dia ambil untuk Seojun, ini adalah keputusannya sendiri. Dia tidak akan menggunakan perasaannya untuk menahan seojun dengan paksa.

Satu pemikiran yang salah karena kecemasan telah membuatnya melangkah maju, ditambah dengan tidak adanya tanggapan pasti dari seojun. Bahkan jika dia memahaminya lebih jelas, sudah terlambat untuk mengatakan apapun sekarang.

Selain itu, seojun tidak pernah benar-benar menolaknya. Memang benar dia pernah menghindar tetapi tidak sampai membuat batas dimana dia tidak bisa melewatinya. Membuatnya merasa memiliki sedikit harapan.

Helaan nafas terdengar panjang saat tatapannya jatuh pada bayangannya sendiri di cermin. Penampilannya yang terbiasa sempurna itu walau tidak sepenuhnya buruk tetapi kesan lusuh masih terlihat jelas.

Mata sayu dengan kelopak mata yang seperti akan jatuh kapan saja. Juga kantung mata dengan lingkaran hitam seperti mata panda karena kurang tidur. Selain itu wajah yang kehilangan sinarnya.

Tetapi siapapun yang melihat akan merasa, selusuh apapun penampilannya. Itu tidak akan cukup untuk membuat mata-mata serakah berhenti melihat.

Misalnya saja hari ini, Suho tengah duduk di kantin sekolah, tepat di samping karena terlalu malas untuk menarik perhatian orang lain. Tapi tetap saja, berpasang-pasang mata masih mencuri pandang padanya. Bahkan ketika dia sendiri tidak peduli, semakin mereka leluasa untuk menatap secara terang-terangan.

"Senior,"

Suho terpaksa mengalihkan perhatiannya dari buku di depannya ketika seseorang memanggil.

Lihat, bahkan jika itu adalah jam istirahat. Suho masih berkutat penuh dengan pelajaran yang membuat kepala semua orang pusing.

Pandangannya bertemu dengan wajah manis seseorang saat wajahnya mendongak.

Suho tidak mengatakan apapun, selain melirik pada nametag di bagian depan seragamnya. Harus diakui, gadis di depannya ini terlihat sangat imut. Seperti anak kecil dengan sedikit make up. Seragamnya sedikit longgar dan tidak menunjukkan tubuhnya yang ramping.

Walau begitu Suho sama sekali tidak merasa tertarik pada gadis yang terlihat baik itu. Tidak sama sekali.

"Kau memanggilku?" Bertanya Suho memastikan.

Bukan hanya Suho, tetapi teman-temannya yang lain yang berada di meja yang sama juga sepertinya menjadi lebih tertarik. Tidak ketinggalan, siswa yang lain juga nampaknya telah mengubah minat mereka dari makanan yang lezat itu.

Gadis itu tampak malu-malu hingga wajahnya yang cantik memerah sampai ke telinga. Tatapan Suho sedikit tajam namun tidak mengesampingkan kelembutan khas anak laki-laki yang terbiasa tumbuh di desa.

"Apa senior sedang sibuk?" Bertanya gadis itu dengan suara rendah.

Dibawah tatapan semua orang terutama Suho, ada semacam tekanan tak terlihat yang membuatnya gugup. Lebih gugup daripada mengikuti ujian seorang diri di ruangan tertutup dengan penjagaan ketat.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang