bab 15

647 69 19
                                    

.

"Seperti biasa," kata gadis itu menyodorkan dua cangkir kopi kehadapan Ji-hyun.

Matanya menatap melewati Ji-hyun langsung pada pemuda yang tengah fokus mengerjakan tugasnya di meja yang terletak di dekat jendela.

Ji-hyun mengikuti arah pandang temannya tersebut lalu mengerling bosan, "tidak usah berharap padanya, dia tidak akan menyukai gadis sepertimu."

"Aku tau, kau selalu mengatakannya setiap hari sampai aku bosan." Jawabnya tidak terlalu ambil peduli.

Ss cafe hanyalah cafe kecil pada umumnya, menyediakan berbagai macam minuman ringan dan kopi. Ada juga kue sebagai pelengkap. Selain itu cafe ini tidak dirancang untuk menerima banyak pelanggan, pemiliknya membuka cafe tersebut sekedar untuk menyediakan tempat untuk anak-anak berkumpul. Dan kebetulan teman Ji-hyun bekerja disana, itulah sebabnya dia mengajak Suho untuk belajar disana.

"Oh hampir lupa, nah bawa ini denganmu." Katanya berbalik untuk mengambil beberapa kue yang terlihat lezat.

"Aku tidak memesannya," ujar Ji-hyun merasa tidak memesan.

"Bukan untukmu tapi untuknya," temannya menunjuk Suho.

"Masih tidak menyerah?"

"Bukan begitu, sejak kau membawa temanmu kesini, cafe ini jadi lebih ramai pengunjung. Bosku menyukainya, anggap saja sebagai ucapan terimakasih." Katanya lagi.

Ji-hyun mengerti, dengan enggan membawa nampan berisi kopi dan kue pemberian temannya.

Faktanya bukan hanya temannya saja, tapi beberapa gadis yang berada disana juga tidak pernah melepaskan pandangannya pada Suho. Sesekali mereka akan berbicara pelan hampir berbisik dengan teman disebelahnya, lalu tertawa mengikik seperti menemukan sesuatu yang sangat lucu untuk dibahas.

Suho sendiri tidak terlalu mempedulikan hal itu, sejak datang dia hanya duduk mendengarkan penjelasan Ji-hyun sebelum gadis itu menyerahkan beberapa lembar soal yang telah dia persiapkan sebelumnya untuk dikerjakan.

Pembelajaran sendiri telah berlangsung lebih dari sepekan, setiap sore keduanya akan datang ke tempat itu untuk belajar bersama.

"Kopimu," Ji-hyun meletakkan kopi milik Suho disisi yang kosong, tidak lupa menyerahkan kue titipan temannya.

"Terimakasih," ujar Suho tanpa mengangkat wajahnya, masih fokus dengan soal yang dia kerjakan.

Sedangkan Ji-hyun mengangkat cangkir kopinya sendiri, menghirup aroma manis yang menguar bersamaan kepulan asap, matanya menatap keluar jendela dimana beberapa kendaran berlalu lalang memenuhi jalanan. Beberapa orang tampak berjalan kaki dengan saling bergandengan tangan, tertawa bersama seolah dipenuhi kebahagiaan. Kemudian menyesap kopinya pelan-pelan, rasa manis memenuhi rongga mulutnya begitu menyentuh ujung lidah.

Tiba-tiba perasaannya merindukan masa lalu, dia juga pernah berada di masa-masa indah seperti itu bersama orang-orang terdekatnya.

"Merindukan ayahmu?" Seolah ditarik dari pikirannya yang melayang untuk beberapa saat, Ji-hyun menarik pandangannya dari jalanan kemudian beralih pada orang yang mengajukan pertanyaan.

Dia tersenyum kecil, "sedikit."

Suho menatap gadis itu dengan perasaan tidak nyaman, seolah memahami sepenuhnya bagaimana perasaan ketika merindukan seseorang namun orang itu tidak bisa dijangkau.

Rasanya seperti mengalami semua rasa sakit, sakit karena diremukkan, sakit karena daging dan tulangnya di potong-potong. Sakit karena dibiarkan kehausan sampai mati, seolah sebuah tangan menarik simpul dihatinya dengan kuat sampai berdarah.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang