bab 21

518 56 7
                                    

.

Hari ini meskipun matahari sudah terbit dari pagi hari di langit. Memasuki pertengahan hari, langit mulai menampilkan arak-arakan awan dengan suasananya yang begitu suram.

Ada suara geraman yang datang dari langit yang memiliki beberapa campuran awan gelap yang dapat di dengar. Seperti merefleksikan hati, pikiran dan situasi Suho saat ini. Cuaca hari ini benar-benar tidak stabil seolah-olah kumpulan awan itu akan segera jatuh.

Suho menatap kosong keluar jendela, pandangannya bergerak tak menentu seolah tidak dapat menemukan titik fokus.

Ujian sudah di depan mata tetapi dia tidak bisa fokus sama sekali. Setiap kali dia memaksakan, pikirannya kembali pecah, tersebar ke segala arah untuk mencapai sudut-sudut bahkan di kegelapan.

Dia telah berjanji untuk melindungi orang itu, tetapi semalam, tepat di depan kedua matanya sendiri, orang itu berlumuran darah. Di bawah kecemasan yang berlebihan, dia telah bertindak ceroboh, terlalu gegabah. Dinding yang telah dibangunnya dengan sangat hati-hati ditendang begitu saja sampai runtuh.

Dia tau ini akan terjadi cepat atau lambat. Dengan sifat seojun yang tak kenal takut, pengendalian atas dirinya secepatnya akan hancur. Itu sebabnya dia memaksa dirinya sendiri untuk lebih bekerja keras. Dia harus menjadi kuat lebih cepat.

Tetapi sekarang dia tampak menjadi bodoh, idiot yang tidak tau malu. Dia bahkan tanpa akal sehat berani menyentuh bibirnya.

Setelah ini, jika seojun membencinya, dia tidak akan punya kesempatan untuk membuktikan diri.

Ekspresinya menekuk suram saat ia bergumam, "jika dia benar-benar membenciku, aku tidak punya pilihan selain berhenti."

Tentu saja, dia hanya perlu merapatkan tangan. Memohon kepada tuan Lee untuk mengirimnya kembali ke desa.

Tetapi jika seojun mau memaafkannya dan menganggap ini tidak terjadi, sekalipun itu menyakitinya, selama dia bisa bersama seojun. Berada di dekatnya, dia akan menahannya. Menelan semua luka yang mungkin membunuhnya perlahan.

Dia benar-benar mencintai seojun, sangat amat menyukainya sampai rasanya ia tidak ingin orang lain melihat atau bahkan menyentuhnya. Bahkan kepada hanbin, dia tidak menyangkal bahwa kecemburuan itu ada.

Ia begitu takut jika suatu saat nanti ada seorang gadis yang akan merebut seojun darinya. Hanya membayangkan seojun membagi perhatiannya kepada orang lain saja dia sudah ketakutan.

Suho menyukai setiap hal yang ada pada seojun, segala sesuatunya sampai ia berpikir itu adalah obsesi sesaat. Tetapi seiring waktu berlalu, kedekatan yang biasa telah beranjak menjadi kebutuhan sebelum sempat dia sadari.

Dia telah menawarkan hatinya kepada orang lain, menipu dirinya sendiri sepanjang waktu. Jika kini keinginannya tak sesuai harapan, itu adalah konsekuensi yang mau tak mau harus diterima.

Sama seperti bagaimana semua orang tau mereka akan mati suatu hari nanti, seperti mimpi buruk yang berulang, dia masih berlari dengan panik. Tidak semudah bagaimana kata-kata itu dikatakan, sebagian besar dari mereka tidak akan dapat menerimanya dengan mudah.

Dunianya terasa kabur dan hening dalam semalam, semua warna dan cahaya yang menyilaukan perlahan kabur lalu berantakan.

Seperti yang diharapkan dari seorang pemuda tampan, dimanapun dia berada akan selalu ada berpasang-pasang mata yang melihat. Baik yang sembunyi-sembunyi sampai yang secara terang-terangan.

Sejak Suho melewati pintu utama rumah sakit, hampir semua mata telah tertuju padanya, menatap dengan penuh minat juga serakah. Keberadaannya terlalu mencolok, sangat sulit untuk diabaikan. Tipe orang yang gampang menarik perhatian.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang