.
Hanya tersisa satu Minggu sebelum ujian dimulai, meskipun bagi mahasiswa tahun pertama sepertinya ujian sudah dimulai sejak lama.
Seperti bom waktu yang hampir kehabisan waktu. Semua orang berlarian dengan terburu-buru, tidak ada yang peduli apakah itu makan siang atau pesta. Semua itu telah disingkirkan sejak beberapa hari yang lalu. Saat ini mereka hanya punya satu pikiran di kepalanya, 'LULUS UJIAN'.
Dua kata ini, seperti akar rotan, mencambuk tanpa henti, memaksa mereka yang terbiasa bersantai untuk mengerahkan segala upaya. Pada waktu ini, baik mereka yang pintar ataupun kurang, tidak memiliki banyak perbedaan. Semuanya sama rata dengan tulisan miring bercetak tebal di seluruh badan 'SAKIT KEPALA'.
Karena mereka berpikir bahwa kehidupan universitas semuanya menyenangkan dan menyegarkan. Seperti apa yang selalu mereka dengar dari orang-orang tentang universitas. Tetapi orang-orang ini melupakan bagian terpenting saat menceritakannya.
Faktanya ujian semester adalah kata yang dengan paksa menyeret mereka kembali untuk menghadapi kenyataan yang keras dan kejam. Daripada kenyataan biasa, semua orang setuju jika ini adalah neraka.
Tingkat ketegangan yang berbeda terlihat jelas antara mahasiswa tahun pertama dan para senior. Mereka tau bahwa ujian universitas adalah tingkat yang sama sekali berbeda dari ujian sekolah menengah.
Selain itu, dosen universitas mereka terkenal sebagai tukang jagal karena dia bisa memotong leher semua orang dengan tingkat ketegasan dalam soal-soal ujian.
Itulah sebabnya para siswa bahkan berdoa dan bersumpah dengan ketulusan yang mereka sendiri tidak yakin apakah mereka memiliki ketulusan atau tidak. Semua orang berharap setidaknya mereka akan lulus ujian, tapi jika ada yang mendapat nilai A, sebut saja sebagai keajaiban di bumi.
Namun semua orang tau bahwa tidak ada jenis keajaiban seperti itu. Yang datang tiba-tiba hanya dengan sekali minta. Tuhan tidak seramah itu pada model orang tak berbudi.
Pada akhirnya mereka hanya bisa mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Otak dan tangan mereka sebagai satu-satunya senjata yang akan membantu mereka untuk mengalahkan rintangan ini.
Oleh karena itu, adegan para junior meminta pertolongan senior mereka untuk bantuan dan petunjuk untuk mempersiapkan ujian dapat dilihat hampir dimana-mana.
Meskipun mereka memiliki senior yang memberi banyak pelajaran bermanfaat, mahasiswa tahun pertama masih mengalami sakit kepala untuk memahami isinya.
Suho melihat secara bergantian kepada dua temannya yang terus menerus menghela nafas setiap tiga menit sekali. Mencengkeram penanya frustasi.
Namun hal seperti ini, sama sekali tidak mengejutkan. Suho telah memprediksi ini akan terjadi sejak jauh-jauh hari. Mengingat keduanya seringkali bermain-main dan hanya peduli tentang makanan.
Ini juga terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu setiap kali dia dan seyeon akan menghadapi ujian. Jadi tidak perlu terlalu terkejut.
Pertanyaan untuk tes penerimaan sudah cukup sulit, tetapi Jinhwan merasa ini bahkan lebih buruk.
"Bisakah aku kembali ke taman kanak-kanak dan memulai kembali?" Dia menyerah, menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Tidak sanggup lagi.
"Cukup kertakkan gigimu dan bertahanlah, ini akan berakhir sebelum kau menyadarinya. Jika sulit, cukup pikirkan semua kesenangan yang bisa kita dapatkan setelah ujian." Seyeon yang duduk di depan mereka berbalik untuk menghiburnya.
Kalimat terakhirnya membangkitkan rasa ingin tau Suho.
"Memangnya apa yang ingin kalian lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Han Seojun (Suho X Seojun)
Ficção GeralSeojun ditugaskan untuk melindungi Suho, dia tidak pernah berpikir bahwa kedekatan antara dirinya dengan anak itu justru membawanya pada romantisme yang rumit. Alih-alih melindungi sebagai tugas yang dibawanya sejak awal, seojun justru dihadapkan pa...