bab 34

398 42 12
                                    

.

Pemandangan yang sedikit berbeda terlihat di kafetaria. Pada saat ini, kafetaria penuh dengan orang dan Jin hwan menarik seyeon ke tempat yang tidak terlalu ramai untuk mengantri. Kerumunan tiba-tiba bergerak dan secara otomatis berpisah.

Bomin dengan kedua tangan di saku berjalan dengan santai, terlihat menikmati hak istimewa ini dengan wajah angkuh. Mengikuti di belakangnya, dua orang yang memiliki ekspresi tak kalah angkuhnya.

Melihat hal ini, wajah seyeon berubah menjadi buruk. Tidak hanya penampilannya yang berantakan layaknya sekelompok berandalan, wajah angkuh mereka membuat tangan seyeon gatal, berharap bisa memberinya sedikit pelajaran.

Menyadari ekspresi buruk temannya, Jin hwan menekan bahu seyeon. Berbisik pelan, "biarkan saja, jangan cari gara-gara."

Seyeon memalingkan wajahnya tidak senang, "siapa yang cari gara-gara, aku hanya melihatnya."

Sementara mulutnya berkata tidak, hatinya telah gatal dan tak berhenti mengutuk, "kelihatannya kau mengenal mereka."

Jin Hwan mengedikkan bahu, jelas ini bukan pertanyaan melainkan pernyataan, "tidak kenal, hanya sekedar tau."

Bomin dan kedua temannya merupakan seniornya di sekolah menengah. Hampir semua orang di sekolah mengenalnya. Dia tinggi, tampan, khas anak-anak yang bersiap untuk menjadi seorang idol. Sayangnya, wajahnya yang tampan tidak membantu sama sekali karena karakternya yang buruk.

Keluarganya tidak bisa di sebut kaya, tapi cukup berkecupan. Entah karena alasan apa, bomin telah di kenal luas sebagai pengganggu di sekolah. Dia suka mengganggu siapapun untuk bersenang-senang. Hal ini membuat beberapa orang tidak berani mendekat apalagi memprovokasinya.

Tahun lalu dia telah di panggil karena melakukan kekerasan terhadap teman sekelasnya, dan hukuman yang dia terima sama sekali tidak memberinya efek jera.

Pernah tersiar kabar bahwa dia terlibat perkelahian kembali dengan seseorang, sayangnya lawannya kali ini lebih unggul dalam hal kekerasan. Dia dibuat jatuh berlutut dan beberapa bagian dari wajah tampannya meninggalkan memar.

Semua orang mempertanyakan kebenaran dari berita, tapi tak ada yang datang untuk memperjelasnya. Baik dari pihak bomin maupun si pemenang, maka gosip dengan cepat berlalu dan bomin perlahan seperti menahan diri. Seringkali dia terlibat adu mulut tapi tidak sampai separah sebelumnya, jadi dia tidak bisa ditindak lanjuti karena tidak adanya bukti dan tidak ada satupun yang datang untuk mengakui sebagai korban.

Sebenarnya, bomin ditakuti bukan karena dia kuat sehingga tidak ada yang bisa menaklukkan, tapi karena dia cukup kejam. Meskipun ada banyak orang yang melihat, mereka akan tetap diam dan berharap dapat menutup mata.

Dia mengaku memiliki kehidupan yang buruk dengan hampir tidak ada yang tersisa di keluarganya. Ketika dia bertarung, dia membiarkan dirinya pergi seolah-olah sedang mempermainkan hidupnya sendiri.

Hari ini dia berada di sana entah dengan maksud apa, tapi keduanya telah merasakan perasaan buruk.

Bomin berdiri di tengah-tengah kafetaria, memutar kepalanya seolah-olah sedang mencari-cari. Semua orang yang hadir menegang, tidak tau harus bersikap seperti apa. Mereka ingin lari tapi takut, tinggal bahkan lebih menakutkan.

"Dia masih pengganggu yang sama." Guman jin hwan. Suaranya sangat kecil sehingga tidak bisa mencapai pendengaran orang lain, tetapi terdengar jelas ketika mencapai pendengaran seyeon.

Seyeon tersenyum mencibir, "kedengarannya kau sangat kesal."

Jin Hwan membenarkan, "sangat kesal sampai mati. Tidak akan ada yang tahan dengan sikapnya tapi..."

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang