bab 13

680 76 29
                                    

.

Apakah itu gunung emas atau lautan perak yang ditawarkan, pendirian Suho tidak akan pernah berubah. Dia bukan orang yang haus tahta dan kekuasaan, bukan juga orang yang akan terguncang karena kursi berlapis permata. Baginya memiliki sedikit uang sudah cukup selama ketenangan bisa dicapai.

Siapa yang peduli apakah dia putra sah atau bukan, bahkan jika tuan Lee meletakkan mahkota di kepalanya, dia sudah siap untuk menurunkannya segera.

Tinggal beberapa bulan di rumah besar ini, dia telah diperlihatkan bagaimana kehidupan setiap orang. Apakah itu hubungan suami dan istri atau hubungan orang tua dan anak, setiap orang memiliki pisau kecil di balik punggung masing-masing, hanya tinggal menunggu waktu paling tepat kapan harus menggunakannya untuk menusuk lawan.

Mereka yang berada dibawah berusaha keras untuk naik dan mereka yang berada diatas memasang diri untuk tidak jatuh.

Ada banyak hal yang dia pelajari selama kehidupannya disana, jika kau tidak memiliki kekuasaan ditanganmu sebagai benteng maka satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah menjilat. Tidak peduli apakah itu jalan yang benar atau salah, selama bisa membuatmu aman bahkan jika itu adalah tulang yang tersangkut di tenggorokan, kau masih harus menelannya bulat-bulat.

Dia seharusnya lari untuk menyelamatkan hidupnya saat itu karena sama sekali tidak akan ada beban bagi siapapun. Dia juga tidak harus disebut pengacau yang membuat semua orang melihat padanya dengan tatapan benci hingga bersiap untuk menendangnya secepat mungkin hanya dengan satu kesalahan.

Dia bisa menjadi kuli panggul atau petani dan memutuskan hubungan dengan orang-orang sepenuhnya. Namun jika dia memutuskan untuk lari, dia harus lebih dulu meninggalkan seojun.

Ketika dia mulai memikirkan ini perutnya terasa sakit seperti dipotong-potong. Dia tidak punya pilihan selain menyingkirkan pemikiran ini untuk sementara waktu.

Tapi begitu dia melakukannya, seojun telah mengantarkannya ke hadapan tuan Lee.

Sejak tuan Yoon memintanya untuk tidak mempercayai siapapun. Dia merasa bahwa hari-hari yang bahagia dan sederhana itu tidak akan pernah kembali lagi.

Suatu ketika saat dia merasa lelah, Suho memiliki mimpi buruk yang sama sekali berbeda dari biasanya. Dia bermimpi bahwa seojun memiliki pisau di tangannya dan menusuknya tepat di dada. Darah mulai menyembur keluar, wajahnya sepucat kertas, matanya gelap dan tatapannya tersebar ketika perlahan-lahan kehilangan fokus. Aliran darah tipis mengalir di sudut bibirnya.

Suho memanggil seojun dengan lemah.

Dibanjiri darah dia duduk dengan kesakitan, tanpa sadar menyentuh bagian yang berlubang.

Suho tersentak bangun, keringat dingin membanjiri tubuhnya dari kepala sampai kaki. Bajunya telah basah seolah dia baru saja diangkat dari kubangan. Dadanya naik turun antara cemas dan takut. Mimpi itu terlalu nyata.

Tangannya menekan pada dada yang tertusuk tapi itu baik-baik saja, tidak ada darah tidak ada lubang yang menganga. Namun ketakutan masih menyelimuti dirinya.

Suho menyeret dirinya turun dari tempat tidur, tangannya menggapai pada apa saja guna menopang tubuhnya yang masih lemah. Kakinya bergetar seakan semua urat dan tulang di kakinya telah dicabut keluar dari tempat.

Butuh beberapa waktu untuk bisa menenangkan dirinya, baru setelah itu dia berjalan ke dapur untuk mencari segelas air. Begitu kembali dia baru sadar jika ini masih tengah malam. Dia berusaha memejamkan matanya kembali namun yang terjadi justru hanya berguling dari satu sisi ke sisi yang lain. Sampai pagi menjelang, dia hanya bisa duduk memikirkan apa arti di balik mimpinya yang menyeramkan. Apa makna yang tersembunyi dibaliknya.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang