bab 31

447 49 9
                                    

.

Sore hari berlalu dengan suara ceramah berkepanjangan. Sangat panjang seolah menghabiskan puluhan ribu kata yang membuat seyeon merasa sebentar lagi kepalanya akan meledak karena di paksa mengingat semua materi yang begitu sulit. Diam-diam merasa menyesal karena memilih departemen ini.

Baru setelah dosen menghentikan kelas, setelah beberapa kata cepat, ruang kelas yang tenang dan serius menjadi lebih santai.

"Haruskah aku pindah departemen, kelas ini sangat sulit." Keluhan terdengar saat dia menjatuhkan diri ke meja. Memikirkan berapa banyak energi yang harus dia kumpulkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah malam ini.

Hanya memikirkannya saja, seyeon ingin tidur.

Tetapi pindah berarti akan mengeluarkan biaya tambahan, dan itu akan menyulitkan orang tuanya. Meskipun orang tuanya selalu memanjakan, tapi menyusahkan mereka untuk sesuatu seperti ini, kedengarannya sangat menyebalkan.

Dia merosot di mejanya, bosan.

Saat itu ponselnya bergetar berulangkali dengan tidak sabar. Meskipun dia penikmat sosial media, tetapi dalam kondisi ini. Satu-satunya yang dia harapkan adalah pulang secepatnya.

Tentang pekerjaan rumah, dia sebenarnya tidak harus berpikir terlalu berlebihan. Ketika dia menemui masalah, berpikir sebentar dan jika masih tidak bisa. Lalu pergi bertanya pada Suho, masalah akan selesai. 

Dengan lesu seyeon mengangkat ponsel di depan wajahnya dengan telapak tangan sambil membalas pesan seseorang. Saat selesai mengetik balasannya, seyeon menoleh dan kebetulan melihat Suho juga melihat padanya.

"Para senior bertanya apa kau akan bergabung atau tidak. Kau harus memberi mereka jawaban secepatnya atau aku akan gila karena pesan mereka."

Seyeon bertanya disertai keluhan karena para seniornya mendesaknya dan terus menerus mengirim pesan yang hampir semua isinya sama. Dia mengira pesan itu di copy paste secara berulang sebelum dikirim. Lalu menyimpan ponselnya kembali.

Teman-teman di ruangan itu berangsur-angsur pergi. Ada beberapa teman wanita yang namanya tidak bisa dia ingat, duduk di sisi lain ruangan mengobrol.

Sebenarnya Suho sudah mendapat pemberitahuan ini sejak dua Minggu lalu, alasan kenapa dia diinginkan partisipannya jelas karena dia adalah rumput sekolah yang menyegarkan mata.

Meskipun tidak ada statistik resmi untuk membuktikannya, namun rumor mengatakan semua orang dari semua fakultas mengenalnya.

Tidak hanya di kalangan wanita, Suho juga cukup dikenal di kalangan para pria.

"Aku pria lurus, tapi jika itu Suho, tidak masalah. Aku pikir menjadi sedikit bengkok tidak akan rugi."

Kedengarannya seperti Suho adalah pemakan segala, tapi sebagai teman yang telah mengenalnya cukup lama. Seyeon diam-diam mengasihani mereka terutama para gadis. Berpikir bahwa pria lurus rela bengkok demi bersama Suho, tapi Suho yang lurus dengan mudah di bengkokkan oleh pamannya sendiri.

Berbicara tentang Seojun, seyeon bertanya-tanya kemana perginya orang itu beberapa hari ini. Dia telah menghilang seperti asap di udara tanpa meninggalkan bekas.

"Aku akan pergi," celetuk Suho dari samping, menghempaskan pertanyaan di benak seyeon ke bawah kakinya dengan cepat.

"Apa?"

"Aku akan pergi menemui mereka, kemasi barangmu sekarang." Tanpa menjelaskan apapun, Suho telah mengatur barangnya ke dalam tas.

Seyeon mengerutkan kening erat, "kenapa tiba-tiba berubah pikiran, apa sesuatu menabrak kepalamu?"

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang