bab 8

738 91 8
                                    

.

Dalam keadaan yang tidak menguntungkan, memberontak atau melarikan diri sama sekali tidak ada gunanya. Satu-satunya hal yang bisa Suho lakukan hanyalah meringkuk ditanah, memegangi dadanya yang terasa sakit.

Ditendang, ditinju lalu diinjak, berbagai macam siksaan datang bertubi-tubi seperti hujan. Anyir darah memenuhi indera penciumannya ketika akhirnya dia tidak tahan lagi untuk memuntahkan seteguk darah.

Nafasnya menjadi tidak beraturan, dadanya kembang kempis seakan udara di sekitarnya baru saja menipis.

Dengan kepalanya yang masih berada dalam sandera, Suho menyipitkan mata guna mengintip pada orang yang terus menerus melayangkan tendangan mendekat, wajahnya yang jelek memandang dengan tatapan meremehkan.

"Aaaaaa..." Teriak Suho menahan sakit ketika orang itu mengangkat kaki, menginjak lututnya hingga rasanya akan patah.

Dia tertawa puas melihat ekspresi kesakitan milik Suho, semakin Suho berteriak semakin dia bersemangat, jika dia tidak bisa menyiksa seojun, menyiksa orang terpentingnya juga tidak masalah, ini adalah penghiburan.

Dia berjongkok, "bagaimana rasanya, apa semenyakitkan itu?"

Suho ingin berteriak tapi yang keluar hanya suara lemah, "kalau kau ingin membunuhku, lakukan saja, tidak usah bertele-tele."

"Membunuhmu itu sudah pasti, tapi aku tidak akan melakukannya sekarang. Kita harus menunggu seseorang datang lebih dulu, aku harus melihat bagaimana wajahnya saat melihat orang yang ingin dia lindungi berada dalam keadaan sekarat hahaha."

"Huh"

"....."

"Kalian benar-benar orang yang bodoh," suho tersenyum mengejek, "kau pasti salah orang, seojun itu selain pemalas dia juga orang yang ceroboh, dia... Uhuk... Bukan orang yang akan melakukan hal jahat seperti kalian."

"Huh apa kau yakin?" Seru orang itu bertanya, nadanya penuh cibiran.

Dia berdiri dengan santai, melihat pada Suho yang terlihat begitu lemah dalam ketidakberdayaan. Tidak jauh beda dengan tikus jalanan yang sekarat dan hampir menuju jalan ke kematian.

"Hei kau dengar itu?" Katanya bertanya pada temannya, mencebikkan bibir, lalu tertawa kembali seolah apa yang dikatakan Suho tidak lebih dari dongeng jaman dulu untuk menghibur anak-anak sebelum tidur.

"Kalau bukan seojun yang pandai berbohong pastilah kau yang terlalu gampang dibodohi," katanya membuat Suho ingin menampar wajahnya, "anak kecil, kau ini benar-benar telah ditipu oleh seojun itu. Dia itu bukan orang bodoh seperti yang kau kira, kau pikir siapa dia hah? Anak kecil yang hanya tau makan dan tidur sepertimu, jika dia setolol dirimu, apakah dia akan punya keberanian untuk melindungimu."

Sebenarnya tanpa harus dijelaskan lagi, Suho sudah bisa menyimpulkan ini secara samar. Jika seojun memang sebodoh itu, bagaimana mungkin dia tertipu sampai sejauh ini. Bukankah dia sendiri telah dibohongi oleh tuan Yoon, jika bukan karena situasi ini, dia pasti masih berpikir semua baik-baik saja. Tentang seojun terutama, jika saja dia tidak melihat bagaimana hanbin, dia akan sepenuhnya menolak percaya jika orang yang dalam ingatannya hanyalah pemalas yang tidak tau malu itu adalah ketua dari orang yang bertarung dengan sengit hingga berdarah.

Setelah berdiam diri untuk waktu yang lama, Suho bertanya dengan suara bergetar, "kenapa kau sangat membencinya?"

"Aku?" Dia berbalik menunjuk dadanya, "kenapa kau tidak tanyakan itu padanya langsung, bagaimana dia menghabisi temanku. Jika kau tau betapa busuknya dia, aku khawatir kau sendiri akan mati sebelum aku siksa."

Dia melirik pada temannya dengan perintah, "siksa dia tapi jangan sampai mati, dia harus melihat bagaimana anjing peliharaannya datang untuk membuat penebusan nyawa hahaha."

Han Seojun  (Suho X Seojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang