Waldi yang tegas (32)

255 24 5
                                    

****ABRI POV****

Aku tengah berjalan menuju perpustakaan.

"dedek!"
Kak Waldi keluar dari balik tembok dan membuatku kaget.

"kak Waldi apaan sih, kaget aku"

"hehe maaf, mau kemana?"

"ini mau ke perpustakaan mulangin novel"

"kamu suka baca novel?"

"suka banget kak"

"uhhhh kurang menarik...... "

"apa?"

"ehehe bukan apa-apa bri, itu novel apa?"
Tanya kak Waldi sambil melihat novel yang aku bawa.

"ini judulnya Sejenak kak, ceritanya ada sepasang kekasih yang menjalani kehidupan asmaranya yang penuh liku-liku bersama teman-temannya"

"hmm romansa ya......, baca manga masih lebih bagus"

"kakak tidak suka baca novel ya?"

"hehe, kakak cuma suka manga, sama streaming anime"

"oh ya?, Aku juga suka kak"

"beneran?, sekarang kamu lagi nonton apa?"

"kalau aku dari dulu sampai sekarang itu ngikutin cerita Fairy tail sama One Piece"

"benarkah?! Kakak juga, apa ini tanda kita benar-benar berjodoh hehe"

"ternyata kakak ini orangnya asik ya"
Ucap Abri.

"memangnya......, kamu pikir kakak sebelumnya bagaimana?"
Tanyaku penasaran.

"hehe, awal kita ketemu kan waktu itu kakak menyuruhku scoot jump di lapangan"

"ahh iya iya, maaf ya waktu itu kakak keterlaluan"

"tapi tidak masalah kak!, aku suka sifat tegas seperti itu, itu juga kenapa aku menyukai kakak"

"be...benarkah........ "
Pipiku jadi memerah.

Baru kali ini aku mendengar pujian mengenai sifatku dari seseorang.
Dulu aku hanya di katakan sebagai ketua osis yang cuek, dingin juga menyeramkan bahkan di mata siswa seangkatanku.

"kakak kenapa diam begitu?"

"ah? Hehe tidak apa-apa bri, ayo lanjut"
Aku dan Abri kembali berjalan menuju perpustakaan.

.
.
.
.

Jam pulangnya....

****WALDI POV ****

Aku menunggu Abri di parkiran sambil duduk di atas motor sport warna hitam ini.

Sepertinya kelas Abri belum selesai...
Pikirku.
Tapi aku akan tetap menunggunya, toh aku juga yang menjemputnya pagi tadi, kalau tidak bisa-bisa kakak ipar malah menegurku haha canda kakak ipar.

"kak permisi..... "

"hmm?"
Aku berbalik dan melihat salah satu siswi sekelas Abri.
Namanya April, dia juga salah satu calon anggota osis dari yang ku tahu.
"Ohh, kau yang waktu itu bilang ada ular ya?"

"hehe iya kak"

"kenapa?, ada ular lagi?"
Tanyaku.

"t..tidak kak..., an..anu....., aku.... aku mau.... "

"CEPAT BICARA!"

"aku mau bilang kalau aku menyukai kak Waldi!!!!!!"

"Oh...."

"eh?"

"cuma itu?"

"cuma itu?, maksud kakak apa?"
Tanyanya terlihat bingung.

"hari ini aku sudah mendengar kalimat yang sama dari 3 siswi yang berbeda"

"ti...tiga?!"

"denganmu jadi empat orang"

"Apa?!, eh...ehe..ehehehe.... Maaf kak.."

"tidak apa-apa, aku menghargainya, perasaan seseorang itu tidak bisa di paksakan jadi aku juga tidak bisa marah padamu, walaupun sebenarnya aku ingin.... "

"hah?!"

"Oh iya, bukannya kau teman sekelas Abri?, dimana dia sekarang?"
Tanyaku padanya.

"Eh..... Abri..... "

"NAH BRI! LIHAT ITU APRIL SEDANG MENGGODA KAKAK KETUA OSIS!"
Anak yang sempat aku hukum itu bersama dengan Abri dan menunjukku.
"ya Ampun April....., tidak ku sangka kau se nekat itu!"
Sambungnya.
"jadi pril bagaimana?!, apa kak Waldi menerimamu?!"
Tanyanya pada April.

"eh.... Itu....... Hehehe"

Aku menatap sinis pada April dan....
"Hehe, JALIL MUNDUR RENCANA GAGAL!"
Dia langsung berlari ke arah temannya dan menariknya pergi menjauh.

Sementara itu Abri berjalan ke arahku.

"mereka temanmu kan bri?"
Tanyaku.

"iya kak, memangnya benar tadi April nembak kakak?"
Tanya Abri balik.

"iya, cewek sekarang benar-benar nekat, nih helm"
Aku memberikan helm pada Abri.

"makasih kak"
Ucap Abri sambil memasang helm itu di kepalanya.
Aku lalu membantu memasangkan kait helm itu dan...

Cup!

Aku berhasil mengecup bibir Abri yang mana membuatnya terdiam.

"maaf ya bri hehe"

"t..tidak apa-apa kak....., aku..... Jadi malu"

"hahahaha, sudah ayo naik, nanti kakakmu mencarimu"

"siap kapten!"
Abripun naik ke atas motorku.

.
.
.

****FAHMI POV****

Aku tersenyum....

"akhirnya kau bisa melupakanku"
Ucapku saat melihat adegan barusan.
Saat seorang ketua osis yang di kenal garang mencium seorang adik kelasnya yang mana mereka sama-sama pria.

Kini aku bisa lega....
Aku bisa lepas dari belenggu perasaan Abri padaku dan juga semua masa lalu burukku bersamanya.

"kau juga melihatnya mi?"

Aku mengangguk.
Aku langsung menoleh saat sadar aku tidak sendiri menyaksikan adegan barusan.

"hehe halo mi"

"Rajab?, ahh sudahlah lupakan adegan barusan, itu adegan 18+"

"tapi bukannya itu romantis?"

"romantis?!, jab sepertinya ada yang salah juga denganmu"

"bagiku melihat dua makhluk saling menyukai seperti itu sudah membuktikan kalau perasaan itu ada dan itu adalah sesuatu yang sangat romantis"
Kata Rajab.

"kau sakit.... "
Ucapku.

"Rajab ada benarnya mi, jadi bagaimana pendapatmu?"
Tanya Ivan yang baru saja muncul.

"pe..pendapatku?!"

"sudah ku duga, pertengkaran kalian itu bukan pertengkaran biasa!, jadi ada rasa begitu?"
tanya Ivan lagi.

"ahhh tidak! Dengar kalian berdua, aku ini laki-laki begitu juga Abri, jadi jangan ungkit masalah ini lagi!"

"tapi mi, Bagaimana perasaanmu?"
Tanya Rajab juga.

"aku senang!, kini Abri bisa melupakanku dan memulai hidup yang lebih baik bersama orang lain.... Yang ia sa...yangi........ "

"mi?, ada apa?"
Tanya Ivan.

"bukan apa-apa, aku pulang duluan"
Aku segera mengambil motorku dan pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

*****

Kemarin mau Up bagian ini tapi wifi di rumah lagi down jadi baru bisa up hari ini, maaf ya hehe.

Jangan lupa vote :D

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang