Coto Makassar (88)

179 24 2
                                    

"Aaaa....."
Baru saja membuka mulut, tiba-tiba....

"Nah hayo ngapain?!"
seseorang mengagetkanku.
"Uhhh makan sendirian tidak ajak-ajak"

"Fahmi?, hehe maaf aku juga tadinya cuma di ajak ke sini"

Fahmi lalu duduk di dekatku.

"Di ajak?, tapi kau sendiri saja...."

"Hehe iya, orangnya lagi ada kerjaan jadinya dia tidak bisa datang"
Jelasku.

"Ohh begitu..., eh wan!"
Fahmi memanggil Wandi.

Wandipun kembali menghampiri meja ini.
"Fahmi?, cie janjian ya?"

"Ah bukan!, yang kayak biasa ya satu!"
Fahmi memesan.

"Oke, Coto campur pake lebih banyak hati kan?, siap bos...."
Wandi segera pergi untuk menyiapkan pesanan Fahmi

"Kau sudah pernah makan di sini bri?"
Tanya Fahmi.

"Hehe belum mi, ini pertamakalinya, tadi juga kaget waktu liat Wandi di sini, omong-omong kau habis dari mana?"
Tanyaku balik.

"Ahhh cuma bosan saja di rumah, juga lagi mau makan Coto"
Jelas Fahmi.

"Ohh begitu.."

"Eh itu cotomu kenapa tidak di makan?"

"Ahh aku tunggu cotomu siap saja, kan rasanya jadi lebih enak kalau makan makan bareng hehe"

"Ya sudah....."

Wandi pun datang dengwanan membawa nampan berisi dua mangkuk coto9)

"Kok dua?, aku pesan cuma satu wan"
Kata Fahmi, sementara itu Wandi ikut duduk di dekat kami.

"Hehe, aku belum makan malam dari tadi, jadi sekalian"
Jawab Wandi.

Kami bertiga segera menyantap semangkuk coto yang sedari tadi tersedia di hadapan kami.

"Mhhh uhhh ahhhhh pedas......, kau membuat sambal ini sendiri wan?"
Tanyaku pada Wandi soal sambal yang ku tuangkan ke cotoku.

"Bukan, itu buatan ibuku"
Jawab Wandi.
"Oh iya, kebetulan kau di sini mi, sekalian aku mau bahas soal porseka"

"Porseka?"
Ucapku bersamaan dengan Fahmi.

"Iya, kita sudah punya dananya, tapi soal kepanitiaannya dan juga waktu di langsungkannya masih belum pasti, kau ada solusi"

"Ehh maaf, apa aku boleh mendengar ini?"
Tanyaku gugup, soalnya aku bukan anggota osis lagi, kan rasanya aneh juga jika aku tanpa sengaja mendengar ini.

"Tidak apa-apa kok bri, lagi pula walaupun kau sudah bukan anggota lagi, tapi bagiku dan Fahmi kau tetap anggota osis"
Kata Wandi yang mana malah membuat perasaanku jadi makin campur aduk.

"Sudahlah bri, tidak perlu pusing dengan itu, porseka ini kan juga akan di langsungkan umum untuk semua elemen di sekolah"
Sambung Fahmi.

"I...iya"

"Jadi bagaimana mi?"
Tanya Wandi lagi.

"Soal kepanitiaan....., mungkin kita bincangkan saja dulu dengan anggota yang lain dan mengadakan rapat pembentukan panitia, kalau soal waktu........ Dua minggu lagi kita sudah Ulangan jadi mungkin baiknya kita ambil jadwal setelah hasil nilai ulangan keluar, bagaimana?"
Jelas Fahmi.

"Hmmm...., boleh juga usulanmu Fahmi!, jadi sepakat ya?, habis ulangan!, Abri apa kau mau jadi bagian dari panitia?"
Tiba-tiba Wandi menawarkanku untuk

menjadi panitia...
Jawabanku?
Tentu saja aku.....

"Hehe maaf wan, mi, aku tidak bisa"
Jawabku.

"Hah?!, ayolah bri....."
Fahmi memohon padaku.

"Kenapa bri?, apa kau tidak mau membantu kita?"

"Bukan begitu wan, aku mau membantu kalian, tapi....."

"Jangan bilang kalau karena persoalan kau bukan anak osis lagi?"
Kata Fahmi.

"Bukan kok mi, aku hanya mau fokus sama PMR saja hehe, tapi kalau ada apa-apa tinggal bilang saja padaku, aku pasti akan bantu"
Kataku.

"Ya sudah, terima kasih ya bri"
Ucap Wandi.

"Sama-sama wan, sama-sama mi hehe"

"Oh iya.... Hehe bri... Ada yang mau aku bicarakan denganmu"
Kata Fahmi.

"Apa mi?"

"Hehe anu.... Sebenarnya.... Aduh.... Maaf ya wan..."

****FAHMI POV****

"Hehe sebenarnya aku..... Aduh bagaimana aku bilang ya?"

"Bilang saja mi...."
Ucap Abri sambil menyuapi dirinya sendiri.
"Mmhh pedas.... Tapi enak.."

"Aku.... Menyukaimu bri!"
BRUUUUUUUUUUUUUUUUUM!!!!!!!

"Arghhhh jam segini itu orang bukannya tidur malah ngebut di jalan! Bising sekali suara knalpotnya!, WOI! LAIN KALI NAIK MOTOR PAKE HEADSET! DENGAR SENDIRI SUARA KNALPOTMU!!!!!!!!!"
Teriak Abri yang kesal dengan pengendara motor yang suara knalpotnya sangat bising barusan.
"Oh iya, tadi kau mau bilang apa mi?"

"Mi, Abri tidak dengar tadi hehe, mau kau ulang?"
Tanya Wandi.

"Au, males...."
Ucapku datar.

*****

Coto mamanya Wandi itu the best!

Jangan lupa vote :D

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang