Kelas 3 (118)

117 21 0
                                    

"Dan juara Umum 1...."
"Jatuh pada........."
"SMAN 8!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Itulah yang harusnya aku dengarkan saat ini, tapi sayangnya aku yang tugasnya sebagai koordinator tenda cuma bisa duduk sambil menjaga tenda seorang diri.

Aku sibuk menyapu dan merapikan sana sini, belum tahu kalau kita yang menang hingga....

Bruuumm
Fahmi datang mengendarai motor dengan wajah bahagia di sertai urai air mata.
Fahmi memarkirkan motornya dan berlari masuk ke tenda tanpa melepas sepatunya.

"Hiks... Hiks......"

"Aku belum kasih tahu bri... Kau sudah menangis duluan!"

"SEPATUMU BODO! CAPEK AKU MENYAPU!"

"KITA MENANG BRI!!!! KITA MENANG!!!!!!"
Fahmi memelukku sangat erat sampai aku kesulitan bernafas.

"le...lepaskan aku dulu!"
Bentakku.
Fahmi segera melepaskan pelukannya.
"Jadi kita menang?!"

"Iya!"
Fahmi mengangguk.
"Aku kesini untuk menggantikanmu, pergilah kesana! Kau juga harus menyaksikannya sendiri!"

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku mengambil kunci motor Fahmi dan langsung pergi ke mimbar yang letaknya lumayan jauh dari tenda kami.
Di sana sudah riuh dengan suara dari toa maupun dari seluruh anak PMR dari tiap sekolah.

Aku mencari rombongan SMAN 8 dan....
"Abri!!!!"
Kak Isman melihatku dan memanggilku.

Aku segera berlari ke sana dan memeluk kak Isman.
"Terima kasih banyak kak! Kita menang!!!!!"
Tangis bahagiaku pecah.

"Kita menang karena kamu juga"
Ucap kak Isman.

"Aku tidak mengikuti lomba apapun...."

"Abri!"
Seorang temanku, Yafina datang membawa piala.
"Abri, ini pialamu"

"Pi...Pialaku?"
Aku heran dan memandangi kak Isman.

"Juara 1 Kategori Koordinator Tenda terbaik"
Kata Yafina.

"be...benarkah?!"
Aku masih tidak percaya.
Aku meraih piala itu dan menggenggamnya.
Piala pertama dalam hidupku.
Rasanya....

"Selamat ya bri!"
Kak Isman mengusap kepalaku.

"Terima kasih bri, kalau kau tidak menjaga tenda dengan baik saat kami pergi lomba atau mandi, kami juga tidak akan bisa mengikuti lomba"
Jelas Yafina.

Air mataku mengalir.
Aku mengangguk senang.

.
.
.

Seminggu kemudian....

Di sekolah....

"Bri, wajahmu kenapa marah begitu?"
Tanya Gusti.

"Nasi Gorengnya di makan sayang...."
Fahmi berusaha menyuapiku namun aku tetap diam dan masih kesal.

"Mi, ada apa dengan Abri?"
Tanya Rajab.

"Aku juga bingung, sejak pagi pas datang ke sekolah wajahnya sangat tidak enak di lihat"

"KALAU TIDAK ENAK DI LIHAT YA JANGAN DI LIHAT!!!!"
Seisi kantin langsung menatap ke arahku.

"Bri duduk!"
Ivan dan Rajab langsung menarikku kembali duduk.

"Memangnya ada apa bri?"
Tanya Ikbal.

"Aku yang susah susah ikut lomba, pialanya untuk sekolah!"
Gerutuku.

"ehehe, setidaknya kau menang bri, kau juga dapat sertifikat kan?"
Tanya Rajab.

"Aku ingin pialaku!!!!! baiklah sudah ku putuskan! Malam nanti aku akan membobol sekolah!"

"Ada cctv bri"

"Jangan halangi aku mi! cctv itu juga cuma gertakan!"

"Gertakan darimana?! Itu!"
Fahmi menunjuk sebuah cctv yang terpasang di kantin.

"Hehe rencanamu sudah ketahuan bri"
Kata Gusti.

"Sial!"

"Ehhh lupakan soal piala, katanya jam pulang nanti Wandi mau rapat angkatan"
Kata Ikbal.

"Rapat angkatan?, mau apa lagi?!, pentingan mana sama piala pertamaku?!"

"Ikut saja bri, ada yang mau di bahas soal kelulusan nanti"

.
.

Pulangnya....

Aku dan Fahmi berjalan menuju ruang osis.
"Bisa tidak terlalu dempetan?"
Aku menegur Fahmi karena dia terus berjalan sambil memelukku.

"Nanti sayangku di ambil orang"

"Man ada!, aku jelek dan cuma retina matamu saja yang salah"

"Retina mata Jalil juga, sama Kakak Erisman!"
Lah malah nyolot.

"kakak Erisman?"

"Kak Isman PMR"
Ucap Fahmi dengan nada kesal.

"Kenapa kau malah bawa-bawa kak Isman?"

"Karena dia menyukaimu!, apa kau tidak sadar bri?"

"Eh! Benarkah?, hehe aku juga sangat kagum dengan kak Isman"

"Dasar tidak peka..., awas ya!, jangan sampau dekat-dekat sama kak Isman lagi!"

"Siap bos, lagipula kak Isman waktu lomba bilang kalau dia punya rencana daftar cpns"

"Wahhh sepertinya kaliam sangat dekat dari yang kuduga"

"Jangan cemburu, kan aku cuma menganggap dia senior yang baik, kau beda lagi"

"Kalau aku apa?!"

"Bucinku! Hehehe"

"Uhh sayang..."

Bruk!
Seseorang langsung menabrak Fahmi hingga jatuh.
"Ups maaf"
Ternyata itu Jalil.
"Hihi, kau tidak apa-apa bucin?"

Aku membantu Fahmi berdiri.
"Lain kali hati-hati lil"

"Iya bri maaf, kan buru-buru untuk rapat"

"KAU SENGAJA BANGSAT!!!!!!!!!!"
Aku segera menahan Fahmi yang hendak memukul Jalil.

"Ja...Jalil cepat pergi duluan!"

"Hehe, sampai nanti bri"
Ucap Jalil sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Heh?! Dasar genit! Jangan menggoda pacar orang!"
Fahmi terus berteriak memaki Jalil.

"Sudah sudah!!!!, ayo nanti kita ketinggalan rapat"
Aku dan Fahmipum segera masuk ke ruang rapat osis.

*****
Selir hati sisa beberapa bagian lagi.

Jangan lupa terus vote dan komentar untuk author ;D

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang