Anak (99)

161 22 4
                                    

Army sudah menjelaskannya.
Abri memang ayahnya.
Katanya dulu ibunya bertemu Abri setahun setelah Abri lulus dari pendidikannya.
Yang artinya sebelum Abri kembali ke sulawesi selatan dulu.

Ternyata dulu Abri sudah menikah disana dan di saksikan langsung oleh almarhum Aryo.

"Maaf pak..., sepertinya pak Fahmi sangat mengenal mendiang ayahku"

"Bukan kenal lagi..., kami sangat dekat!, kamu tidak akan mengerti sedekat apa kami"

"Maaf lagi pak Fahmi....., tapi saat aku kecil.. Ibuku pernah bilang kepadaku saat aku mencari ayahku, beliau bilang kalau ayahku lebih memilih orang lain daripada ibuku sendiri"
Jelas Army.

"Jadi.... Selama ini Abri sudah punya pasangan selain aku?!"p..

"Pak Fahmi ini....."

Aku mengangguk.
"Saya adalah orang yang Abri maksud"

"Tapi kenapa kamu bisa ada di sini?!"

"Itu...., sebelum meninggal karena sakit, keluarga ibuku mengirimku tinggal di panti asuhan di sini, hiks... Mereka tidak mau menerimaku karena mereka menganggap aku anak haram"

Aku yang tadinya duduk di depan Army kini berpindah ke sampingnya.
Aku merangkulnya untuk menenangkan suasana hatinya.
"Maafkan saya Army, karena saya hidup kamu jadi seperti ini"

"ti...tidak pak.... Justru ini memang takdir saya"

Aku menyeka air mata di wajahnya.
"Jangan menangis lagi, saya janji saya akan membuat hidup kamu lebih bahagia sekarang, apa yang tidak pernah kamu dapatkan dari ayahmu akan saya berikan"
Aku memeluk erat tubuh Army.

"Pak Fahmi...."

"Jangan panggil pak Fahmi lagi mulai sekarang"
Aku menatap dalam mata Army.
"Panggil ayah"

Air mata Army kembali berlinang, namun kini ada senyuman terpahat di wajahnya.
Dia mengangguk dan memelukku dengan erat.
"Ayah! Aku menyayangi ayah...."

"Ayah akan selalu menyayangimu"
Aku membalas pelukannya, seketika tangis bahagiaku pecah.
"Bri..., terima kasih sudah membawa Army ke dunia ini, ini anak kita bri..."

.
.
.
.

Malam harinya...

Kriiik

Aku membuka pintu kamar Army.

"Army?, sudah tidur?"

"Aku baru saja mau tidur yah"

"Hmm.... Mau tidur bareng?"
Ajakku.

"Tentu!"

Aku masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu.
Aku naik ke atas ranjang Army dan merebahkan diriku tepat di sampingnya.

"Ayah ini.... Seperti anak muda saja"
Kata Army yang melihat tingkah manjaku.

"Memang kenapa?, ayah tidak boleh mesra sama anak ayah? Hahaha..."
Aku mengelus lembut kepalanya.
"Untung sayang..."

"Ayah benar-benar manja ya orangnya"

"Iya my, beginilah ayah dengan ayahmu dulu, kamu itu sangat mirip dengannya"

"Ah... Ketemu langsung saja tidak pernah, Army mana tahu sikap Ayah Army seperti apa"

"Coba kamu nilai sendiri diri kamu, nah hehe begitulah ayahmu dulu orangnya"

"Ayah..."

"Hmmm?"

"Kira-kira ayahku sekarang sedang apa?"
Tanya Army.

"Ayahmu sekarang pasti bahagia di sana..., dia pasti senang melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang baik... Pintar.... Dan juga tampan sepertiku hehe"

"Ayah bisa saja"

"Hehe uhuk uhuk!"

"Ayah kenapa?!"

"Tidak apa-apa..., ayah uhuk uhuk! Tenggorokan ayah kering, ayah minum dulu ya"
Aku keluar dari kamar dan ke dapur untuk minum.

Setelah selesai aku kembali ke kamar Army.
Tapi Army sudah tidur.
Perlahan aku kembali rebahan di sampingnya dan menatap wajahnya.

"Terima kasih sudah datang ke hidupku sayang...., ayah akan selalu menjaga kamu"
Aku mengecup keningnya dan ikut terlelap bersamanya.

.
.
.
.

4 Tahun kemudian....

"Ayah! Kakek! Nenek!"
Army dengan balutan seragam polisinya berlari ke arah kami yang sedari tadi menunggu upacara peresmiannya selesai.

"Ayah!"
Ucap Army sembari memelukku dengan erat.

"Anak ayah sudah besar!"

"Terima kasih! Ayah sudah mau menerimaku!, kakek.... Nenek..."
Army juga memeluk ayah dan ibuku.

"Sama-sama sayang... Ayah akan selalu ada di sisi kamu uhuk uhuk!"

"Ayah kenapa?!"
"Fahmi?, kenapa?"
Tanya Army dan ibuku.

"Kamu baik-baik saja kan?"

"Tidak apa-apa pak, cuma kering saja tenggorokanku, ayo kita pulang ke rumah"

"Sebentar yah, kek, nek!, kita foto keluarga dulu!"
Tahan Army.

Army lalu memanggil seorang anggota polisi yang saat itu bertugas memotret momen-momen bahagia di sini.

Kami berempat berpose...

Ckrek!

.
.
.

Kemudian...

Aku menempelkan foto beberapa hari yang lalu saat pendidikan Army dulu selesai di dinding.

Army menghampiriku dan memelukku.

"Sudah jadi polisi tapi masih manja sama ayah..."

"Kan sayang..... Hehe"

"Iya, sampai kapanpun Ayah akan selalu sayang padamu"
Aku memeluk Army dan mengecup keningnya.

.
.
.

----------------------------------------------------------------------

*****

Selanjutnya akan ada Abri-Fahmi lagi :)

Jangan lupa vote ;)

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang