Nginap (114)

133 23 0
                                    

Keesokan harinya...
Panasku mulai mereda, namun kepala masih sangat pusing, badan lemas, bibir pecah-pecah, mata sayu, kulit pucat, kayak vampire di filem filem.

"Bukannya sembuh, kamu malah tambah parah bri...."
Ibu semakin khawatir dengan kondisiku yang sekarang.
"Kita ke rumah sakit saja ya! Biar kamu rawat inap"

"Aku tidak apa-apa bu....."
Ucapku berusaha tegar sambil mengangkat jempol walaupun gemetar hebat.

"Tidak apa-apa bagaimana?! Bu, aku bereskan barang-barang Abri ya, ibu siap-siap, kita ke rumah sakit!"
Kak Aryo sampai membentakku yang sedang sakit.

"Tidak usah bu..... Kak....."

"Setidaknya di periksa dulu bri"
Ibu terus berusaha membujukku.
"Kalau kamu begini terus, sekolahnya juga bisa terganggu"

Sekolah?!
Sialan...
Aku baru ingat, sebulan lagi aku akan ada ulangan semester.
Akhirnya aku mengangguk.

.
.
.

Siang harinya, aku sudah pindah dari ranjang kamarku ke ranjang rumah sakit.
Ternyata aku kena DBD, maklum rumahku di pinggir sungai.

"Untung kamu cepat-cepat di bawa ke rumah sakit dek"
Hela kak Aryo.

"Ibu mana kak?"

"Lagi urus surat sakitmu, untuk di kirim ke sekolah"

"Aku rindu teman-temanku...."

"Teman-teman atau Fahmi...."
Pancing kak Aryo.

"Kak Aryo.... Terlalu buru-buru, hp ku jadi ketinggalan di rumah!"

"Iya maaf, mau telfon Fahmi?"
Kak Aryo menawarkan hpnya untuk ku pakai.

Tanpa ragu aku langsung mengambil hp kak Aryo dan memasukkan nomor Fahmi.

Drrrr...
Drrr....
Drr...
"Halo...."
Fahmi mengangkat telponnya.

"Mi... Hiks... Aku rindu....."

"Liat ke pintu"

Aku langsung menoleh ke pintu kamar, ada Fahmi yang tersenyum sembari melambaikan tangan ke arahku.
"TIDAK LUCU KALIAN BERDUA!!!!!!!!!"

Sontak kak Aryo dan Fahmi tertawa.
"Hahahahahahahaha....."

"Hehe maaf ya dek..."
Kak Aryo mengelus kepalaku.

Aku hanya diam menatap mereka berdua dengan tatapan sinis.
"Ehh, suaminya datang kok marah?"
Goda kak Aryo.

"Kakak diam bisa?!"
Bentakku dengan lemas.

"Bri, bagaimana kabarmu?"
Fahmi menghampiriku.

"Bacod!"

"Eh! Siapa yang ajari pakai bahasa begitu?!"
Kak Aryo marah mendengar kata yang barusan keluar dari mulutku.

"Aku bawa makanan kesukaanmu bri, bolu gulung, buatan ibuku"
Fahmi meletakkan paper bag di atas meja.

"Tidak nafsu makan...."

"Ya sudah untuk kakak saja...."
Kak Aryo mengambil paper bag itu dan hendak membawanya keluar.
Sembari berjalan, kak Aryo mengambil sepotong bolu gulung itu dan memakannya.
"Mmmmm enak......."

"Ahhh kak Aryo mau!!!! Itu untukku!!!!!!"

"Tadi katanya tidak nafsu makan?"

"Sekarang sudah!"

Kak Aryo kembali berjalan ke arahku dan hendak menyuapiku bolu gulung itu.
"Aaaaa....."

Aku membuka mulut dan...
"Ettt biar Fahmi!"

"Hehe, biar aku ya kak...."
Fahmi mengambil bolu itu dari tangan kak Aryo dan langsung menyuapiku.

"Mmm enak.... Rasanya membuatku terhura"

"Terharu!"
Kak Aryo kenapa jadi kayak cemburu?

"Maaf kak..."
Ucap Fahmi.

"Mi...."

"Iya sayang?"

"Nginap ya..., kan besok minggu"
Pintaku.

"Kau lihat aku bawa tas, tentu saja sudah siap nginap hehe"

"Ahhh sayang...."

"Iya sayang...."

"Au!"
Bentak kak Aryo dan dia langsung keluar dari kamar.

"Kak Aryo kenapa bri?"
Tanya Fahmi.

"Sudah biasa itu...., eh! Telpon yang lain biar rame!"

"Tenang, yang lain sudah dalam perjalanan dari tadi"

Dan benar saja, Gusti, Rajab, Ikbal dan Ivan tak lama kemudian datang dan sudah menggelar tikar tepat di sebelah ranjangku dengan beberapa cemilan dan tas mereka yang berhamburan.

Dalam sekejap kamar rawatku bagaikan kapal pecah sejak ada mereka.
Tapi...

"Hahaha, jadi Fahmi tersiksa aku tidak di sekolah?!"

"Haha iya bri, kau harus lihat dia sampai di push up waktu latihan sama kak Zul, gara-gara terlalu ngebucin"
Jelas Ivan.

"Lagian ngebucin sampai terbawa mimpi!"
Ikbal mengejek Fahmi.

"Hei, kau tahu darimana?"
Tanya Fahmi kesal.

"Hehe, jangan mengelak mi, kau tidur waktu rapat osis dua hari yang lalu nyebut nama Abri terus wkwkwk"
Kata Rajab.

"Untung tidak di rekam sama Zudy, bisa-bisa dapat masalah baru lagi"
Sambung Ikbal.

"Gus diam terus dari tadi?"
Aku melihat Gusti yang hanya diam seperti orang ngambek.

"Ini aku bicara"
Ucapnya datar.

"Hehe, tapi kau harus tahu bri, selain Fahmi... Gusti juga merasa kehilangan sejak kau sakit"
Jelas Rajab.
"Dia tidak ada teman sebangku di kelas"

"Hehe maaf gus...."

"Rajab juga... Pacar tapi tidak sekelas"
Kata Gusti.

"Hei, pacaran sama teman sekelas itu tidak ada seninya, tiap hari ketemuan..."
Jelas Fahmi.

"Mulai nih ngebucin lagi.... Hahahaha"
Ikbal menertawakan Fahmi yang mulai keluar aslinya.

"Tapi bucinku itu yang di sukai Abri, kan sayang?"

"Bucin boleh tapi jangan sampai goblok!"
Jawabku.

*****

Indah ya

Jangan lupa vote :)

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang