Sebelum kau hilang ingatan (39)

267 28 7
                                    

"sekali lagi maaf bri, aku terpaksa"
Bisikku.

Abri hanya terdiam sambil memejamkan matanya.
Aku tahu ada sesuatu di dalam hatinya yang mengatakan kalau ini semua salah.

Sementara aku juga mulai di kuasai nafsu masa remajaku.
Aku memeluk erat tubuh Abri, aku menjilati dadanya yang mana itu membuat tubuhnya bergetar hebat.

Saat lidahku sibuk dengan dadanya, tanganku perlahan sudah menerobos masuk ke balik celananya.
Ada sesuatu yang sangat keras dan lengket di dalam celananya.

Aku sangat mengagumi tubuh Abri, di usianya yang masih sangat muda, tapi tubuhnya sudah terbentuk, tidak kurus, tidak gemuk, tidak terlalu berortot.

"hhh..... Mhh..... z...zal....., kau mencintaiku?"
Tanya Abri.

"sangat"

"kalau begitu silahkan lalukan apapun yang kau mau"
Sebuah kalimat yang membuatku terharu.
Aku kembali melumat bibir Abri dan tidak ada lagi perlawanan, dia langsung membalas lumatanku.

"kamu laki-laki kedua yang sudah mengungkapkan perasaan padaku.... "

Laki-laki kedua?!
Berarti sebelum aku ada cowok geser lain yang mendekati Abri?!.

"ayo zal lanjut..... "
Bisik Abri lirih.

Mendengar itu aku segera melepaskan seluruh pakaianku hingga tak ada yang tersisa.

Aku membuka celana milik Abri dan nampaklah sebuah benda yang harus aku lemaskan.
Ukurannya terlihat tidak wajar untuk anak remaja seusia Abri tapi inilah yang sangat aku tunggu.
Aset berharga ini sudah menjadi milikku, bersama dengan hati milik Abri.

"kenapa diam?, ayo jab....., kalau kau memang mencintaiku... "
Abri terdengar memancingku.
Akupun memasukkan benda pusaka itu kedalam mulutku, membuat pemiliknya bagai tersetrum hebat.

Dia mendorong kepalaku untuk membuat batangnya masuk seutuhnya, aku sangat tersiksa hingga hampir tak dapat bernafas, tapi anehnya aku semakin menyukai permainan ini.

Setelah cukup, aku mengambil sebotol handbody di atas mejaku dan melumuri pantatku.

Aku kemudian berjongkok tepat di atas batang itu.
Perlahan aku mencoba memasukkannya kedalam pantatku yang masih sangat sempit, namun saat kepalanya sudah mulai masuk, ada rasa sakit yang tidak dapat ku ungkapkan terasa.

Dan sialnya Abri yang sudah tenggelam oleh nafsu langsung mendorong batang pusaka miliknya itu hingga masuk sepenuhnya.

Air mataku mengalir sangat deras merasakan rasa sakit yang menyelimutiku.

Abri yang melihatku menangis segera menarik kepalaku dan melumat bibirku.
Sungguh sebuah tindakan yang tidak pernah kuduga akan terjadi.

Perlahan rasa sakit itu mulai menghilang hingga menyisakan sebuah perasaan yang aneh.

Saat Abri mencoba menggesekkan batangnya di dalam sana, aku merasakan sedikit perih namun ada juga rasa nikmat yang langsung membuatku merinding.

"aku mulai.... "
Bisiknya di telingaku.

Aku hanya mengangguk.

.
.
.

Keeseokan paginya...  

Aku terbangun dalam pelukan Abri.
Rasanya bagaikan mimpi aku dan dia bisa seperti ini.

Aku memandangi wajahnya yang sangat jantan itu, kulit sawo matang, sedikit kumis tipis, potongan rambut cepaknya...
Dan bibirnya yang tebal.

Saking terpukaunya aku, sampai tidak sadar kalau ada sperma yang mengering di tenggorokanku, itu membuat tenggorokanku jadi tidak nyaman.

Aku bangkit dan mengambil segelas air di atas mejaku lalu meminumnya.

Setelah itu aku kembali naik dan berbaring di samping makhluk yang paling aku kagumi ini.

Iseng-iseng aku mengelus dadanya dengan lembut, seketika membuat matanya sedikit terbuka.

"mmh.. Zal...... "
Ucapnya saat bangun.

"hihi, pagi bri"

"ini....sudah jam berapa?"
Tanyanya.

"jam 7 pagi bri"

"ohh...... "
Dia langsung memalingkan pandangannya dariku.

"ada apa bri?"
Tanyaku heran.

"bukan apa-apa, maaf soal yang semalam, aku hilang kendali.... "

"hahaha, tidak apa-apa bri, aku suka kok"

"zal... "
Abri menatapku dengan tajam.

"bri, aku sangat mencintaimu, kumohon jangan jauhi aku"
Aku menggenggam tangannya dengan erat.

Abri terlihat berpikir sejenak....
Kemudian...
"zal, kita berdua laki-laki, ini semua salah zal"

"apa yang salah dari perasaan Seseorang?, kau tahu perasaan tidak dapat di paksakan bri"
Kataku.
"kumohon bri, beri aku kes..... "
Belum selesai aku bicara, Abri langsung melumat bibirku.

"zal, dengan syarat tetaplah jadi dirimu sendiri... "

Dan akhirnya kami menjalin hubungan.

Setiap harinya aku selalu bermanja dengannya.
Semuanya sangat indah sampai.....

Pagi itu aku mencari Abri di kelasnya tapi dia tidak ada.
Lalu kemudian aku mendapatkan kabar....

"besok kita jenguk Abri di rumah sakit bagaimana?"
Teman-temannya dari kelas sebelah terdengar berbicara soal Abri yang di rawat di rumah sakit.

"maaf"
Aku langsung menghadang mereka.
"ada apa dengan Abri?"

"Abri semalam kecelakaan parah"

Hatiku hancur saat itu juga, dan semakin parah saat Abri sudah kembali beberapa bulan kemudian.

Pagi itu aku melihat Abri berjalan di depan kelasku bersama temannya yang bernama Andi.

Aku mencoba menemuinya, tapi saat aku sampai di depan pintu kelasnya, tiba-tiba pintunya terbuka dan seseorang menghantam kepalaku dengan gagang sapu hingga aku tak sadarkan diri.

Saat aku sadar.....
Aku sudah di kelilingi oleh beberapa siswa dari kelasnya juga Abri itu sendiri.
"uhh.... Dimana aku....?"

"maaf soal yang tadi"
Ucap seorang perempuan berbadan besar yang tadi memukuli kepalaku dengan sapu.

"iya, gara-gara dia kau jadi pingsan"
Sambung salah satu dari mereka.

"kau..... Ketua kelas, kelas sebelah kan?"

"i..iya, tadinya aku kesini mau pinjam sapu"
Ucapku.

"sayang sekali, sapu kami sudah patah"

"b...baiklah, kalau begitu aku permisi"
Aku turun dari meja dan berjalan keluar dari kelas Abri.
Sementara Abri hanya terdiam sambil memandangiku.

*****

Ada di episode 5 ya kejadian di sisi Abri :)

Jangan lupa vote :D

Selir Hati (Sejenak#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang