Abri terlihat merunduk, kemudian ia kembali menatapku dan tersenyum.
"lupakan saja mi"
"kumohon lupakan kalau aku pernah menyukaimu, mari kita berteman lagi"Tidak!
Aku juga menyukaimu bri!
"i..iya!, kita akan mulai dari awal lagi"
Mulut sialan!, jangan katakan itu!!!!"terima kasih mi!"
Ucap Abri.Huffff tidak apa-apa....
Setidaknya aku bisa semakin dekat dengannya.Tapi....
Apa aku sudah Benar-benar semakin dekat dengannya?
.
.
.Kami berkumpul di depan lab komputer, duduk melantai sambil menikmati cemilan dari kantin walaupun cuma kuaci :v
"aku tidak mengira kau akan kembali ke sini gus!"
Kata Ivan."hehe iya, aku tidak mengira juga bisa satu SMA dengan kalian lagi, apalagi sekelas dengan Abri"
Aku terus melihat Abri...
Belum berubah sifatnya sedari dulu.
Dia hanya tersenyum dan sesekali ikut tertawa dengan candaan kami.Anak yang polos...
Beruntungnya aku jika saja dia masih memiliki rasa padaku."mi?"
"i..iya bri?"
"Abri?, ini aku Ivan!, kau tidak fokus ya?"
"ma..maaf van.... "
Ucapku."lagi pula kau kenapa dari tadi hanya melihat Abri?"
Tanya Ikbal.Aku tahu, pertanyaan itu hanya menjebak saja.
"b..bukan haha, kalian salah lihat saja"
Jawabku berbohong.Aku kemudian mengeluarkan hp ku dan membuka Wa.
Aku mencari kontak Abri dan membuka blokirnya."aku minta maaf ya"
Isi pesanku.Tak lama kemudian Abri mengambil hp nya dari saku celananya.
"iya 😊"
Balasnya.Perasaan apa ini?
Di kirimi emot seperti ini kenapa aku jadi seperti salah tingkah?!"bagaimana kabarmu?"
Aku mengirimi pesan lagi.Abri terlihat mengetik, lalu...
"aku baik, kau?""aku juga, maaf soal kak Waldi"
"tidak apa-apa 😊"
"kalau begitu sudah dulu, nanti ketahuan sama yang lain"
"iya"
.
.
.Jam pulang....
Aku berjalan dari kelas menuju parkiran motor.
Di tengah jalan aku melihat Abri sedang mengunci pintu kelasnya.
Aku lalu menengok kanan kiri yang entah itu untuk apa lalu segera berlari ke arah kelas Abri."bri!"
Sapaku."eh Fahmi?, belum pulang?"
Tanyanya."ini mau pulang, aku melihatmu di sini dan aku langsung menemuimu saja"
"ohh begitu, sebentar ya.... "
Abri kemudian berjinjit dan berusaha menyimpan kunci kelasnya di celah bagian atas pintu tapi tidak berhasil.
"ihhh tinggi sekali!!!!!!!!! Dasar pintu sialan...... ""hei mau aku bantu?"
Tawarku.Aku mengambil kunci itu lalu menaruhnya di celah itu.
"nah sudah!""hehe makasih ya mi, maklum aku pendek"
"sama-sama, pendek tidak apa-apa, yang penting say.... Ahahaha maksudku yang penting sayang dengan keluarga"
"haha bisa saja, ayo keluar"
Kami berdua lalu berjalan menuju parkiran.
"kau pulang naik apa?"
Tanyaku."di jemput kak Aryo"
"k..kak..... Aryo...... "
Akhh aku lupa...
Kakak Abri sepertinya masih marah jika melihatku.
"hehe apa dia sudah di depan sekolah?""hmm.... Sepertinya belum, mungkin hari ini agak terlambat karena pagi tadi dia bilang kalau ada tugas mendadak"
"atau aku antar pulang saja?! Bagaimana?"
Berani sekali....."tidak perlu, aku kan juga sudah menghubunginya"
"be...begitu...... Kalau begitu aku temani saja kau menunggu kakakmu bagaimana?"
"apa tidak masalah?, kau mungkin ada sesuatu yang harus di kerjakan"
"tidak ada kok, tapi kita duduk di depan kantor saja, kan di luar gerbang jam begini panas"
Selain memang karena panas, aku memilih di depan kantor agar kakak Abri tidak melihatku.
"kita duduk di dalam pos saja mi"
Kata Abri sambil memasuki pos security.
"aku tahu, kau masih takut bertemu kakakku""weh!"
Ketahuan ya?
"hehe maaf ya bri""tidak apa-apa, aku akan bicara dengan kak Aryo agar dia mau memaafkanmu"
Baik sekali Abri.......
Tapi seram juga....Wushhhhh.....
Angin berhembus sangat kencang, menerbangkan dedaunan kering juga debu.
"aduh mataku.... "
Abri langsung menutup matanya."kenapa bri?!"
"mataku kemasukan debu...., duhh perih"
"mana sini aku lihat"
Abri kemudian membuka matanya perlahan.
"tahan ya biar aku tiup"
Lalu aku meniupnya.Tanpa sadar.....
Jarak wajah kami sangat dekat.*****
Chie :v
Jangan lupa vote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Hati (Sejenak#2)
HumorAbri terbangun dari Komanya dan menyadari jika semua yang telah ia alami bersama Fahmi dan teman-temannya hanyalah mimpi belaka. Namun justru itu adalah sebuah awal untuk kisah mereka, bagaimanakah mereka bertemu di kehidupan nyata?