Sudah masuk hari ke 5 Lomba.
Beginilah....
Tiap hari aku hanya bisa menikmati pemandangan yang bikin gerah hati."Bri, tahu tidak persamaanmu dengan tenda?"
Tanya Fahmi pada Abri yang sibuk mengatur tas di dalam tenda."Tidak... Sudah sana ganggu yang lain dulu mi!"
"Sama-sama melindungiku...."
"Ahhh sayang...."
"Iya sayang..."
Cuih!
Gombal apaan begitu?!
Abri juga, dari kemarin aku di buat bingung.
Abri suka Fahmi dari segi mana?!"SIAPA KITA?!!!!!"
"SMA 8!!!!!!!!!!!"
Sahut para anggota yang baru kembali sehabis mendukung teman-temannya yang ikut lomba PBT (Pasang Bongkar Tandu).Abri dan Fahmi yang tadi berduaan di dalam tenda segera berlari keluar menuju rombongan yang terlihat penuh semangat dan kebahagiaan itu.
"Bagaimana Lombanya?!"
Tanya Abri."Kita Menang!!!!!!!"
Sontak mereka langsung bersorak kegirangan.
Aku hanya tersenyum dan berjalan ke arah mereka.
"Ingat, jangan besar kepala dulu, masih ada 5 lomba, kita harus lebih semangat!"
Aku memberikan sedikit wejangan pada mereka."Kak Isman benar!, kita tidak boleh lengah! Tetap berusaha untuk lomba selanjutnya!"
Sahut Abri yang tak kalah semangatnya..
.
.Sore harinya....
Aku mengambil handuk yang tergantung di tembok toilet masjid.
Sebenarnya ini masih jam 4, baru habis Sholat Ashar, tapi di jam segini masjid sepi, jadi tidak usah takut terganggu atau antrian panjang saat mandi.Aku melilitkan handuk itu di pinggangku.
Aku membuka pintu toilet dan...
"Eh? Kak! Maaf, ku pikir tidak ada orang di dalam"
Ucap Abri yang sepertinya tadi nyaris membuka pintu."Tidak apa-apa bri, mau apa?"
Tanyaku."Mau mandi juga kak, mumpung tenda lagi ramai jadi aku ada waktu hehe"
"Ohh begitu...."
"Hehe, maaf kak apa aku...."
"Ahh silahkan, saya juga sudah selesai mandinya"
Aku segera keluar dari toilet dan Abri masuk kedalam.Aku berjalan mendekati tasku dan mengambil baju gantiku di dalamnya.
Kemudian di saat aku sibuk memakai baju, aku melihat tas ransel milik Abri terbuka.
Aku mencoba mengintip isi tasnya....
Ada Parfum aroma Vanilla...
Aku mengambilnya dan coba mencium aromanya."Mhhh..."
Benar...
Ini bukan aroma Vanilla.
Tapi bau Abri.
Aku tahu karena di hari kedua lomba aku sengaja memeluknya sambil pura-pura masih tidur.Aku kembali melihat isi tasnya.
Ada baju Abri juga!
Aku segera meletakkan Parfum tadi di tempatnya semula dan mengambil baju milik Abri.
Seperti parfum tadi, aku menghirupnya...
Ughhh.....
Aromanya benar-benar Fantasiku kemana-mana."Kak Isman masih di luar?"
Aku jadi panik saat mendengar Abri dari dalam toilet itu mencariku.Aku buru-buru memasukkan kembali baju Abri ke tas dan tak lupa....
Memasukkan sesuatu ke dalam tasnya.****ABRI POV****
Kak Isman kira-kira masih ada di luar?
Odolku ketinggalan di tas :'("Kak?, kakak masih di luar?"
Sahutku lagi namun tidak ada jawaban.
Sudah pasti sih ini, kak Isman sudah pergi.Ya sudah.
Aku membilas diriku dengan air untuk membersihkan busa sabun yang melekat di tubuhku.Byuuurrrrr
Ahhh segar....
Akupun mengambil handuk dan mengeringkan badanku.
Setelah itu, aku mengenakan pakaian ganti yang sudah aku bawa masuk ke toilet sebelumnya.Akupun keluar dari toilet dengan perasaan bagai buah apel yang baru di petik di pagi hari.
"Eh?"
Aku melihat tasku agak berantakan.
"Kurasa tadi aku menutup resletingnya"
Ucapku.Aku berjalan menghampiri tasku dan memeriksanya.
"Tidak ada yang hilang...."
Setelah memeriksanya, cuma bajuku yang tadi terlipat agak terhambur.Mungkim cuma salah lihat saja tadi waktu aku ambil baju.
Pikirku.
Namun....
Aku melihat sesuatu di dalam tasku yang sangat aku yakini sebelumnya tidak ada di situ.
Sebatang coklat dengan kertas bergambar :) terlilit tepat di tengahnya."Ahhh romantis sekali...., Fahmi kah?"
Pikirku.
Dan memang siapa lagi?
Fahmi kan memang sudah bawaan lahir begini.Akupun kembali ke tenda dengan perasaan senang.
*****
Hei
Author mau menyampaikan, berhubung ceritanya sudah terlalu panjang, jadi author rencana bikin buku baru lagi tapi tetap lanjutan dari Selir Hati ini.
Jadi tetap ikuti ceritanya ya ;)Jangan lupa vote :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Hati (Sejenak#2)
HumorAbri terbangun dari Komanya dan menyadari jika semua yang telah ia alami bersama Fahmi dan teman-temannya hanyalah mimpi belaka. Namun justru itu adalah sebuah awal untuk kisah mereka, bagaimanakah mereka bertemu di kehidupan nyata?