****ABRI POV****
Hari ini wajah kak Aryo terlihat tidak seperti biasanya.
Dia sepertinya punya masalah."kak Aryo sehat kan?"
Tanyaku pada kak Aryo yang sedang mengemudi."kakak baik-baik saja bri, oh iya nanti sore kakak tidak bisa jemput kamu"
"kenapa kak?"
"kakak harus keluar daerah dulu selama 8 hari, mulai nanti sore yang jemput sama antar kamu ke sekolah Nima ya"
"oh oke kak, Hati-hati ya!"
"iya, ini habis ngantar kamu kakak langsung ke Bandara"
"jangan lupa pamitan sama orang rumah kak"
"iya, semalam kakak sudah bicara sama ibu"
"baguslah, Hati-hati ya kak, kalau bisa jangan lama-lama"
"kakak tidak akan lama bri, kakak janji"
*****
****ARYO POV****
Beberapa hari kemudian.....
Jauh dari tempat sekarang Abri dan keluarga yang lain berada."tidak..... Mungkin.......... "
Ucapku."kami sudah berusaha, tapi gerombolan itu berhasil melarikan diri, yang kami temukan di lokasi mereka menetap di hutan hanyalah barang-barang yang mereka gunakam sehari-hari untuk bertahan hidup dan 4 tubuh anggota yang telah di bunuh"
"pak....., apa....... "
"salah satu dari korban adalah pak Arsun, itu sudah teridentifikasi"
Kakiku terasa lemas hingga tak sanggup menopang tubuhku.
Aku terjatuh ke lantai dengan ekspresi tidak percaya dengan kenyataan bahwa....Orang yang telah menyelamatkanku dulu sudah tiada.
***Flashback....
Bugh!!!
"uhh..... "
Setiap hari....
Dalam hidupku dulu hanya ada jeritan dan rintihan dari keluarga yang tidak pernah menginginkanku."seharusnya kau tidak lahir!"
Hanya itu saja kalimat yang selalu keluar dari mulut ibu kandungku.Ia stress karena tekanan yang di berikan oleh ayah kandungku.
Setiap hari ia di pukuli, aku dan adikkupun begitu.Ayah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik.
Sepulang kerja ia selalu membawa aroma alkohol di tubuhnya.Jika sudah begitu......
Maka akan muncul bekas luka lagi di tubuhku, ibuku dan juga adikku."berhenti saja sekolah!, untuk apa juga, lebih baik kau kerja dan cari uang!!!!"
Bentak ayahku dan setelah itu ia langsung melemparkan kamus padaku..
.Di saat kedua orang tuaku bertengkar, aku dan adikku akan masuk ke kamar dan bersembunyi di bawah kolom tempat tidur.
Adikku selalu menangis dan berusaha menutup telinganya agar tidak mendengar ocehan kedua orang tuaku.
"kak.............. "
Aku hanya bisa memeluknya agar ia jadi sedikit tenang bila itu terjadi.
"ibu dan ayah cuma bercanda, jangan takut"
Dan hanya itu kata-kata yang bisa ku ucapkan pada adikku.Krieeek.....
Suara pintu terbuka, di ikuti oleh ibu yang masuk kedalam kamar sembari menutup pintu kembali.
Ibu selalu tahu dimana kami bersembunyi, ia langsung berjongkok dan menatap kami berdua di bawah ranjang.
Ibu menarik tangan kami dengan lembut dan memeluk kami sembari menangis.
"maafkan ibu, ibu tidak bisa memberikan kalian berdua kehidupan yang layak.... "Dalam pikiranku saat itu muncul sebuah pertanyaan.
Apakah harus aku yang mengalami ini?Krieeek.....
Pintu lagi-lagi terbuka dan ayah yang masuk dengan wajah marah juga di ikuti bau minuman keras yang sangat menusuk.
Sontak ibu langsung mendorong aku dan adikku kembali masuk ke dalam kolom tempat tidur.
"suami pulang kerja bukannya di kamar malah menangis di kamar anak!, sudah bosan begitu?!"
Mendengar amarah dari ayahku, adikku kembali menangis dan aku langsung memeluknya.
"BERISIK!!!!!"
Namun adikku malah jadi semakin takut dan tangisannya jadi makin kencang.
"arghhhhhhh!!!!!!!! Mana anak itu?!"
Ayah berjongkok dan melihat ke bawah ranjang, ia kemudian berusaha menggapai kaki adikku tapi di halau oleh ibuku."jangan!!!!! Jangan pak jangan.... Dia anakmu!!!!!!!! Jangan!!!!!!!"
"jangan ikut campur! Sini kau!!!!"
Ayah mendorong dan menendang ibu, lalu ia berhasil menggapai kaki adikku.Adikku berteriak ketakutan, aku segera menarik tangannya namun tenaga 14 tahunku masih amat lemah, aku tidak berhasil menyelamatkan adikku.
Ayah dengan emosinya menarik kaki adikku dan menyeretnya keluar dari kamar.
Aku segera keluar dari bawah ranjang dan mengejarnya.
Aku berhasil memegang tangan ayahku dan menggigitnya.
Tapi ayah langsung menendangku hingga aku tersungkur di lantai."KAKAK!!!!!!!!!!!!"
Teriak adikku yang di seret masuk kedalam kamar mandi."berhenti..... Ayah jangan....... "
Ucapku dengan lemah.
Aku ingin bangkit namun rasanya seluruh tubuhku sudah sangat lemas.
Aku hanya bisa memandangi ayah yang memasukkan kepala adikku kedalam ember yang berisi air.Air mataku mengalir sangat deras setelah ayah mengeluarkan kepala adikku namun tidak ada reaksi apapun lagi darinya.
Tanpa rasa berdosa, ayah meninggalkan adikku yang sudah tidak bergerak lagi di kamar mandi.
Ia berjalan menuju kamar yang tadi dan ku lihat, ayah mencekik ibu.Setelah itu, ayah berjalan ke arahku dan diam menatapku sejenak kemudian berkata.
"capek, nanti juga kau mati sendiri"
Bugh!
Ia menendangku dengan kuat hingga aku kehilangan kesadaran.
.
.
.
.*****
Kasihan Aryo.....
Jangan lupa vote :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Hati (Sejenak#2)
HumorAbri terbangun dari Komanya dan menyadari jika semua yang telah ia alami bersama Fahmi dan teman-temannya hanyalah mimpi belaka. Namun justru itu adalah sebuah awal untuk kisah mereka, bagaimanakah mereka bertemu di kehidupan nyata?