Sejak tadi, sorot mata Minho tidak pernah lepas dari sang adik yang terlihat lebih banyak tersenyum dibandingkan biasanya. Ini adalah pertama kali sejak. Entahlah pria itu lupa kapan terakhir kali ia melihat Krystal bisa tersenyum sebebas itu, tanpa beban dan tanpa kepalsuan. Senyum itu terasa begitu tulus dan hangat, seolah ingin menunjukkan kalau dia adalah wanita paling bahagia diantara semua wanita yang ada. Meski akhir-akhir ini Minho kurang mengenal adiknya itu, tapi ada satu hal yang ia tahu, Krystal akhirnya berhasil kembali menemukan jati dirinya yang dulu. Hidup tanpa tekanan dan bayangan menyakitkan karena suatu hal yang akhirnya merusak wanita itu.
Tidak banyak orang yang tahu kalau Minho adalah orang yang paling bertanggungjawab atas penderitaan yang dialami adiknya. Semua itu dia sembunyikan rapat-rapat dengan baik, karena mengungkit kembali kenangan itu sama saja akan membunuh mereka berdua secara perlahan. Sehingga akhirnya Minho memutuskan untuk bersikap biasa kepada adiknya itu, menjalani hidup normal dibalik seorang wanita yang sejujurnya sampai sekarang belum ia cintai. Dan kalau boleh jujur, pria itu tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa. Minho tidak bisa langsung menanyakan apa gerangan yang membuat adiknya berubah sehingga tidak lagi bertampang murung.
Tidak.
Minho tidak berani untuk menanyakannya, karena pria itu terlalu takut akan merenggut kembali kebahagiaan adiknya......
"Tunggu, sekali lagi... Ya gitu, fotonya setengah badan aja jangan full body. Sekali lagi. Udah?.. Bagus gak?"
Minho menyilang kedua tangannya, masih dalam posisi, mengamati kedua wanita itu dalam jarak aman. Pria itu tidak sedang ingin menganggu meski ia sudah ingin masuk ke dalam, dibandingkan berada diluar sini yang terasa begitu dingin. Minho mengamati Krystal yang mendekat kepada Sulli, mengambil alih ponselnya karena ingin melihat hasil jepretan kekasihnya itu.
Sungguh kejadian langka, sejak kapan adiknya yang sangat anti kamera menjadi suka berfoto layaknya wanita normal?
Wajah Krystal kemudian cemberut memandang ponselnya dan Sulli bergantian, "Foto sebanyak ini, kenapa gak ada satupun yang terlihat bagus sih?"
"Krystal Jung, kamu sendiri udah tahu kalau aku gak berbakat mengambil foto seseorang. Lagian sekarang anginnya lagi kenceng banget, jadi susah buat dapat gambar yang bagus. Atau mau Minho yang ngambil alih untuk motret kamu?" sahut Sulli beralasan, lalu ia menengok pada Minho yang memandang mereka tanpa minat.
"Oh, tentu tidak. Terimakasih. Aku lebih memilih hasil foto yang blur dibandingkan hasil foto yang diambil oleh orang yang gak niat. Jadi kakak ipar, fotoin lagi ya?" Rayu Krystal pada Sulli sambil menyerahkan kembali ponselnya.
Sulli sendiri hanya memutar bola matanya malas, tapi tetap menuruti kemauan Krystal.
Seperti Minho, Sulli juga tidak ingin merusak suasana hati Krystal yang menjadi sangat baik setelah pulang dari perjalanannya bersama Amber.
Senyum Sulli tertarik, merasa senang sekaligus terharu karena pasien dan sahabat baiknya itu kembali menjadi Krystal yang seharusnya. Seorang Krystal Jung yang akhirnya waras seperti dulu, tanpa ada ketakutan dan juga tangisan.
Setelah beberapa kali foto, Krystal kembali mendekati Sulli untuk melihat ponselnya. Tapi wanita itu menunjukkan raut wajah tidak puas saat melihat kembali jepretan Sulli. Dia ingin meminta wanita itu mengulang lagi, sebelum sebuah suara mengitrupsi keinginannya.
"Ehem. Aku akan pergi meninggalkan kalian dan masuk terlebih dahulu kalau masih ingin berlama-lama disini." Kata Minho
Krystal melirik ke belakang Sulli, melihat Minho yang sedang bersidekap dengan wajah ditekuk. Kakaknya itu mengetuk-ngetuk pada jam tangannya, memberi tahu para wanita itu bahwa mereka sudah terlalu lama berada disini karena kemauan Krystal. Krystal membalas Minho dengan senyuman lebar lalu menyimpan kembali ponsel di tas kecilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fiksi Penggemar"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots