Indication Of Krystal Mental llness.
So guys, di chapter ini gue akan membedah indikasi mental illnessnya Krystal.
Di chapter sebelumnya yang kalian baca, dimana saat Krystal merasakan bahwa Minho, Sulli, dan Amber mengucapkan kata-kata buruk kepadanya sehingga membuat Krystal panik, takut dan menangis. Sebenarnya saat itu Krystal hanya mengalami halusinasi.
Dari segi pandang psikologi, Krystal ini mengidap Skizofrenia.
Apa itu Skizofrenia?
Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi dimana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Skizofrenia sering disamakan dengan Psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, diantaranya Skizofrenia.
Berdasarkan WHO, diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita Skizofrenia. Penderita Skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Di samping itu, setengah penderita Skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, dan gangguan kecemasan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk Skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.
Psikosis atau Psikotik sendiri adalah kondisi dimana penderitanya mengalami kesulitan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala yang muncul dari penderita Psikosis umumnya berupa delusi atau waham, dan halusinasi. Orang yang mengalami kondisi Psikosis dapat melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau disebut dengan gejala halusinasi.
Sama dengan kondisi Krystal disini, dia dapat mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Yang membuat dia menjadi hilang kontrol atas dirinya, takut, dan cemas karena kalimat buruk dari halusinasi yang bisa dia dengar.
Selain halusinasi, penderita Psikosis juga kerap meyakini suatu hal, yang sebenarnya tidak benar, atau biasa disebut dengan delusi. Jadi, delusi tidak sama dengan halusinasi.
Apa penyebab Skizofrenia?
Gejala awal Skizofrenia umumnya muncul dimasa remaja. Oleh karena itu, gejala awal ini sering disalah artikan, karena dinilai wajar terjadi pada masa remaja. Pada pria, gejala awal muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejala biasanya menyerang kelompok usia 25-30 tahun.
Sejumlah gejala awal Skizofrenia, yaitu:
- Cenderung mengasingkan diri dari orang lain
- Perubahan pola tidurKurang konsentrasi dan motivasi.
- Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolahGejala Skizofrenia terbagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif.
1. Gejala Negatif
Gejala Skizofrenia negatif muncul ketika sifat dan kemampuan yang dimiliki orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan motivasi hidup menghilang.
Umumnya, gejala tersebut ditambah dengan ketidakmauan seseorang bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat bersama orang lain.
Ciri-ciri orang yang mengidap gejala Skizofrenia negatif, yaitu terlihat apatis dan buruk secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan diri sendiri, dan menarik diri dari pergaulan.
2. Gejala Positif
Sementara itu, gejala positif dari Skizofrenia biasanya berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan adanya perubahan pada perilaku.
Hal yang perlu diwaspadai, gejala Skizofrenia biasanya berkembang perlahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Pengidapnya bisa saja memiliki banyak gejala, atau hanya sedikit gejala yang dialaminya.
Pengidap Skizofrenia mungkin kesulitan menjalin hubungan dengan teman dan rekan kerja. Mereka mungkin juga memiliki masalah dengan kecemasan, depresi, dan pikiran atau perilaku untuk bunuh diri.
Saat penyakit berlanjut, pengidap Skizofrenia mungkin memiliki masalah dengan pemikiran, emosi, dan perilaku, termasuk:
- Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
- Isolasi diri.
- Mengurangi emosi dalam nada suara atau ekspresi wajah.
- Masalah dengan pemahaman dan pengambilan keputusan.
- Masalah memperhatikan dan menindaklanjuti aktivitas.
- Keyakinan yang dipegang kuat pada sesuatu hal yang tidak nyata (delusi)
- Berbicara dengan cara yang tidak masuk akal.Bagaimana cara mengobati Skizofrenia?
Sampai saat ini, belum ada obat untuk menangani Skizofrenia. Metode pengobatan yang dilakukan hanya sebatas mengendalikan dan mengurangi gejala pada pasien. Beberapa metode pengobatan tersebut adalah:
Obat-obatan
Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat dalam dosis seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak. Pasien harus tetap mengonsumsi antispikotik untuk seumur hidupnya, meskipun gejala yang dialami sudah membaik.
Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik. Bentuk obat yang diberikan tergantung pada kemauan pasien untuk diobati. Pada pasien yang mudah diatur, dokter akan memberikan antipsikotik bentuk tablet. Tetapi pada pasien yang sulit diberikan tablet antipsikotik, dokter akan memberikan antipsikotik jenis suntik.
Beberapa efek samping obat antipsikotik yang dapat muncul:
- Berat badan bertambah
- Gairah seks menurun
- Kejang
- Mulut kering
- Penglihatan kabur
- Pusing
- Tremor
- Tardive
- DyskinesiaAntipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama) dan atipikal (generasi baru). Saat ini, dokter lebih merekomendasikan antipsikotik atipikal, karena memiliki lebih sedikit efek samping dibanding antipsikotik tipikal. Beberapa jenis antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine, fluphenazine, dan haloperidol. Sedangkan jenis antipsikotik atipikal antara lain olanzapine, aripiprazole, clozapine, dan risperidone.
Psikoterapi
Psikoterapi untuk penderita Skizofrenia bertujuan agar penderita dapat mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Beberapa metode psikoterapi, antara lain:
Terapi individual.
Di antara caranya adalah dengan memahami pola pikir dan perilaku pasien.Terapiperilaku kognitif.
Terapi ini bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir pasien. Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan, akan membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan delusi, serta mengajarkan pasien cara mengatasinya.Terapi remediasi kognitif.
Terapi ini mengajarkan pasien cara memahami lingkungan sosial, serta meningkatkan kemampuan pasien dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan mengendalikan pola pikirnya.Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif, untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien.
Sumber: Google
KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fanfiction"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots