Krystal termenung, memandangi pria yang sedang tetidur dengan selang yang mengalirkan udara melewati hidungnya tanpa melakukan apapun. Sudah beberapa jam sejak pria itu menjalani operasi, namun tidak ada tanda-tanda pergerakan Minhyuk berniat untuk bangun. Mungkin efek dari obat bius yang diberikan masih ada seperti yang dikatakan Sulli kepadanya agar tidak menunggu dan terlalu khawatir berlebihan.
Krystal tidak makan, tidak tidur, tidak menjauh barang sedikitpun dari tempatnya, bahkan untuk ke kamar mandi sekalipun. Krystal akan menahannya semampu yang ia bisa. Dia tidak bisa meninggalkan pria itu sendirian setelah apa yang baru saja terjadi. Krystal benar-benar tidak bisa meninggalkannya.
Ketukan di pintu kamar inap Minhyuk terdengar, menyadarkan Krystal dari lamunannya. Dia menarik nafas kasar untuk kesekian kali, memberikan udara pada dadanya yang terasa sakit, menyisir rambutnya asal dengan jari sebelum berdiri dan membuka pintu, sesungguhnya ia tidak perlu repot-repot membukakannya karena biasanya yang datang ke kamar itu hanya dokter yang menangani Minhyuk atau Sulli yang menyempatkan diri untuk berkunjung. Namun biasanya mereka tidak pernah menunggu Krystal untuk membukakan pintu untuk mereka. Kebingungannya terjawab ketika mendapati kakaknya disana.
Minho berdiri tegap, menggerak-gerakkan jarinya gugup pada parsel yang berisi buah-buahan
ditangannya. Dibelakang pria itu berdiri Sulli yang berkali-kali memberikan permohonan maaf kepada Krystal tanpa bersuara. Entah apa yang terjadi, sepertinya Sulli sudah memberitahukan kepada Minho sesuatu yang harusnya ia tutupi.Jadi disinilah mereka berada, duduk di sofa yang berada tidak jauh dari tempat tidur Minhyuk, saling diam meski waktu terus berjalan. Hanya mereka berdua, Krystal dan Minho. Tanpa diminta, Sulli memilih tidak ikut bersama dengan mereka, sadar jika keberadaannya tidak akan membantu malah hanya akan memperburuk keadaan.
"Krys" panggil Minho memecahkan kedinginan diantara mereka.
"Hmm?" Krystal mengalihkan pandangan dari Minhyuk, membenarkan posisi duduk lalu memandang kakaknya.
"Kamu tidak akan bercerita apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Minho
"Sepertinya tanpa aku bercerita, kakak sudah mengetahui apa yang terjadi." Jawab Krystal
"Ya, aku tahu apa yang terjadi dengan Minhyuk. Tapi otak ku masih tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi ketika mendapati Amber berada dikamar lain dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dibandingkan Minhyuk." Ucap Minho
"Amber baik-baik saja. Luka pria itu tidak terlalu parah." Kata Krystal
"Ah, jadi mereka berdua berada disini secara bersamaan tidak dengan keadaan disengaja? Tapi memang ada kejadian yang membuat mereka berada disini?"
Krystal mengangguk, merasa percuma untuk berbohong, hal itu hanya akan menguras tenaganya. Dia butuh banyak tenaga untuk menjaga Minhyuk semalaman. Sepertinya tidak mengonsumsi apapun bukan pilihan yang baik karena ia sudah merasa lemas disekujur tubuhnya.
Merasa Krystal tidak akan menjelaskan apapun, Minho mengatup bibirnya, memutuskan tidak bertanya lebih lanjut. Ini adalah kali pertama setelah sekian lama mereka berdua serasa seperti orang asing yang tidak saling mengenal.
"Apa kamu ingat, kapan terakhir kali kita mengobrol lalu duduk santai berdua seperti ini?"
Manik mata Krystal berubah sendu, "Aku tidak ingat. Mungkin saat Ayah dan Ibu kita berdua memutuskan untuk berpisah?"
Minho menarik nafas, "Benar. Aku tidak menyangka sudah selama itu"
Minho tersenyum tipis. "Kita berhasil melewatinya, Krys. Sesuatu yang kakak rasa tidak mungkin, berhasil kita lalui."
Ingin rasanya Krystal tertawa sinis, namun yang terdengar hanya dengusan yang keluar dari mulutnya.
"Ya, hanya kamu yang berhasil, kak. Hanya kamu, dan aku tidak. Selama ini aku tidak pernah berhasil melaluinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fanfiction"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots